mDH 16

7.3K 497 120
                                    

Maap lama g nongol, lagi sibuk kerja, klo gw gada muncul d WP, cari aja di ig @finnca

Gajadi update 1 tahun sekali, kemaren" udah pernah hehe

Yaaa, minimal ganti 6 bulan sekali gitu🙆🏻‍♀️

KABOORRR🏃🏻‍♀️
______________

Suara hiruk-pikuk terdengar dimana-mana, asap kendaraan bermotor, pemobil, bahkan pabrik-pabrik mulai mencemari udara dipagi hari ini. Tak hanya itu, jalanan ibukota yang padat pun menjadi sebuah pemandangan untuk rutinitas setiap hari. Semuanya ingin menjadi nomor satu dalam hal berkendara, menyalip kesana-kemari tanpa memperdulikan keselamatan pada dirinya sendiri, mengejar waktu yang terus berjalan tanpa henti.

Ah, dan jangan lupakan suara teriakan kernet bus umum ataupun angkot yang berbondong-bondong untuk mencari penumpang. Mengumpulkan selembar demi selembar kertas yang disebut 'uang' bahkan koinpun mereka terima. Peluh yang membasahi tidak menghambat aktifitas.

Berbeda dari diluar yang penuh dengan berbagai macam situasi, didalam mobil sedan hitam mewah itu sangat sunyi, tidak ada suara barang sedikitpun, semua hanya fokus pada pikiran masing-masing, menatap kedepan dengan penuh keheningan.

"Mikirin apa? Hm?" Jemari besar itu kini mengelus paha kanan sang gadis, membuat si-empunya terkejut setengah mampus.

Untung saja dirinya tidak kelepasan mengatai sang pelaku dengan sebutan anji--:)

"Kamu pasti udah tahu jawabannya, gausah sok-sokan nanya segala." Ucapnya ketus. Matanya masih fokus menyaksikan kesibukan para manusia yang terlihat dari luar jendela mobil, menghiraukan usapan dipaha yang membuat bulu kuduk meremang. Bahkan ada yang sedang kecopetan, si-pencopet yang berlari dan si-ibu-ibu yang berteriak meminta tolong tak lupa mengejar pencopet tadi, sungguh miris. Tidak-tidak bahkan lebih miris hidupnya saat ini, tidak bisa bebas dan banyak hal lainnya yang selalu dibatasi maupun awasi. Jangan lupakan hukuman yang bisa datang kapan saja.

Exyaldo terkekeh pelan, tangan kanannya masih fokus mengendalikan setir mobil, dan tangan kirinya juga sama fokusnya, mengelus paha sang istri.

Ia pikir berbasa-basi sedikit akan lebih baik, namun sepertinya tidak.

Apakah dirinya mengetahui apa yang sedang dipikirkan Nina? Jawabannya adalah 'iya!'

Semua yang memenuhi otak gadisnya sangatlah tidak mungkin terjadi, hanya ada kata kabur, bebas, dan menginginkannya mati. Astaga, apa mau Nina akan menjadi janda jika ia mati?

Benar-benar bodoh!

"Enyahkan semua pikiran di otak cantikmu itu, karena semua tidak akan pernah terjadi, maka dari itu, bermimpilah."

'Bisa mimpi lepas dari lo aja udah sujud syukur gue.' Gerutu Nina dalam hati.

Oh iya, aku belum menjelaskan kemana dan untuk apa mereka pergi, serta bagaimana semua ini bisa terjadi. Dan yang paling utama adalah, semua ini terjadi karena terpaksa. Ingat, terpaksa.

Saat ini mereka sedang menuju pada kampus tempat Nina menuntut ilmu. Pagi hari seperti ini? Bukannya Nina mengambil jam malam? Itu dulu, sekarang semua berbeda.

Exyaldo memberinya dua pilihan, berangkat kelas pagi, atau tidak sama sekali. Dan yah, apa boleh buat, dari pada dirumah terus-menerus, maka dengan terpaksa Nina mengambil pilihan opsi nomor satu.

Itu tadi adalah pilihan sesi utama.

Mengapa mereka berada pada satu mobil? Sudah kubilang bukan? Ini semua hanya karena terpaksa.

my DeviL HUSBANDWhere stories live. Discover now