mDH 14

11.3K 713 276
                                    

Masih ada yg nungguin?

Part terpendek~

🖤🖤🖤

"Apa maksudmu?! Jangan membual!" Teriak wanita dengan jubah merah menyala, dirinya seketika berdiri dari kursi singgasana ketika mendengar kabar dari sang bawahan, dan itu berhasil membuat amarahnya keluar.

Bawahan atau prajurit itu membungkuk dalam, tanda hormat kepada sang Ratu. "Maaf Yang Mulia Ratu, tetapi saya tidak membual atas kabar yang saya sampaikan saat ini, Pangeran Exyaldo sekarang memang berada di alam manusia. Bersama dengan seorang perempuan yang mirip, Putri Veronica." Terangnya panjang lebar, dalam hati ia berdo'a agar Ratunya tidak memenggal kepalanya dengan sadis, semoga saja.

Terdengar geraman kemarahan dari sang Ratu, bagaimana bisa pria pujaannya bersama dengan perempuan yang sudah mati bertahun-tahun lalu? "Sialan! Aku bahkan sudah membunuh istri serta calon anaknya sendiri, bagaimana bisa? Reinkarnasi? Itu tidak mungkin." Ucapnya setengah tidak percaya pada diri sendiri. "Tetap awasi mereka, dan kau boleh pergi."  Titahnya tegas yang segera dilaksanakan oleh sang prajurit, sepertinya dirinya akan menggelar pesta dirumah karena masih selamat dari sang Ratu, beberapa kepala temannya bahkan sudah pernah hilang dari tubuh mereka masing-masing karena salah membawa berita, sungguh sebuah keberuntungan.

"Tunggu aku Exyaldo, akan ku musnahkan hama yang berani-beraninya merebutmu dariku."

🖤🖤🖤

Sudah hampir jam dua pagi, namun sepasang pasutri yang berada di atas ranjang sedari tadi masih saja beradu argumen, tidak ada yang mau mengalah satu sama lain.

"Ini kasur ku, jadi aku yang berhak izinin siapa yang boleh tidur disini atau enggak."

"Tapi aku suamimu, sepasang suami istri harus tidur bersama satu ranjang, sayang. Bahkan seharusnya kita sudah melakukan 'itu'." Ucapnya enteng tanpa melihat respon dari lawan bicaranya.

Nina mendelik menatap tajam Exyaldo. "Lambemu!" Geramnya tertahan.

"Kamu bilang apa?"

"Nggak."

Melakukan 'itu' katanya? Ck, tidak akan Nina biarkan, di grepe-grepe saja rasanya dia sangat ingin membunuh makhluk jadi-jadian yang cosplay jadi suaminya, apalagi sampai melakukan adegan yang hiya-hiya, jangan sampai deh.

"Sana ih! Udah mecahin hp ku juga! Kasurnya kecil, gamuat buat berdua."

Kecil? Bahkan untuk empat orang sepertinya muat:) kasur gw aja cuman 90*200, karena yang sempit itu lebih nyaman, eh?

Exyaldo mendengus kesal, malam ini ia sangat malas berdebat, tapi gadis didepannya ini sangat bersih keras untuk mengusirnya. Asal Nina tahu, bahkan hampir setiap malam mereka selalu tidur bersama, tak lupa dengan bumbu-bumbu pelukan serta grepe-grepe dikit, setelah pagi, baru Exyaldo pergi agar tidak kepergok Nina.

"Sudahlah, berhenti berbicara, aku sudah mengantuk dan ingin segera tidur." Detik itu juga laki-laki yang bertubuh kekar itu langsung merebahkan tubuhnya di kasur, tak perduli dengan tatapan horor gadis di sampingnya.

Saat Nina hampir protes, dirinya tiba-tiba ditarik Exyaldo hingga mereka sama-sama berbaring dengan berpelukan, ah ralat, hanya Exyaldo yang memeluknya, posisinya saat ini menyamping saling berhadapan.
"Apaan sih woi! Lepas, aku gabisa napas anjeng!" Teriaknya tertahan, karena saat ini wajahnya terbenam di ketiak Exyaldo. "Hoeekk, baunya asem anjiirr." Lanjutnya lagi, tentu saja berbohong, bau aslinya sangat wangi, khas aroma woody, nyaman.

"Tidur atau kucium bibirmu itu sampai kamu pingsan?"

🖤🖤🖤

Suara gesekan pedang bersautan sangat nyaring, membuat siapa saja yang mendengarnya akan merinding sendiri. Terdapat seorang pria paruh baya dengan lihai memainkan pedangnya yang terlihat sangat tajam, tak lupa dengan lawannya.

"Kekuatanmu masih baik juga, Paman. Aku agak sedikit kewalahan menghadapimu." Ucap lawan main Raja McKenzie, setelah itu ia terkekeh kecil, lalu berjalan duduk di kursi yang sudah disediakan.

Raja McKenzie juga melakukan hal yang sama, duduk. Dirinya menerima teh hijau dari pelayan, lalu meminumnya sedikit. "Mengalahkanmu adalah hal yang mudah, Jhonatan." Balasnya dengan nada sedikit sombong.

Jhonatan, ia adalah keponakannya yang sedang singgah atau hanya sekedar gabut semata untuk bermain-main di istananya. Memang agak aneh, tapi begitulah kenyataan laki-laki yang lebih tua sedikit dari sang anak, Exyaldo McKenzie.

Mengingat nama Exyaldo McKenzie, Raja McKenzie rasanya ingin membunuh darah dagingnya itu sendiri. Dia sangat kesal dengan Exyaldo yang terkadang suka seenaknya mengambil tindakan, seharusnya diumur yang sudah tidak muda lagi, Raja McKenzie harus hidup santai, damai, dan berbaring nyaman di ranjang empuknya. Tapi kenyataannya, ahsudahlah. Dirinya harus sesekali ikut campur dengan urusan sang anak semata wayang. Jika tidak, entah bagaimana nasib kerajaannya nanti. Dan jika urusan ini sudah berakhir, mau tidak mau ia harus menyuruh Exyaldo menggantikan posisinya.

Jhonatan memakan kue kering yang disediakan di atas meja. "Hmm, ngomong-ngomong dimana anak pungutmu itu Paman? Aku tidak melihat batang hidungnya sedari tadi." Tanyanya dengan tampang tidak berdosa, memang keponakannya yang satu ini sedikit tidak memiliki akhlak.

"Sedang mengejar cintanya."

"Hah? Bukankah sudah mati? Apakah upil semut itu ikut mati juga?" Gumam Jhonatan pada diri sendiri yang hanya ditanggapi Raja McKenzie dengan helaan napas lelah. Kapan warasnya laki-laki bernama Jhonatan ini.

Lama berbincang-bincang dari segi hal serius sampai pembahasan absurd Jhonatan, tiba-tiba muncul bayangan hitam yang mendekat kearah mereka, lebih tepatnya sang Raja.

"Ada apa Bram?"

Bayangan hitam itu menggumpal menjadi satu sehingga menciptakan sesosok pria berjubah hitam yang sedang menunduk hormat. "Maaf mengganggu Yang Mulia, saya hanya ingin menyampaikan jika wanita ular itu telah mengetahui keberadaan pangeran Exyaldo McKenzie sekarang." Terang Bram sopan.

Sudah ia duga, cepat atau lambat wanita sialan itu pasti akan mengetahui apa yang dilakukan putranya. "Biarkan saja, aku ingin tahu seberapa besar Exyaldo akan mengurus masalahnya sendiri, biar anak itu tahu menahu dan paham perasaan apa yang ia rasakan saat ini, ataukah obsesi semata atau sudah mulai jatuh cinta, kurasa dia sudah dewasa dan bisa mengatasinya, aku hanya ingin kau melindungi gadis itu Bram."

Sepertinya mulai saat ini, Raja McKenzie tidak akan terlalu banyak mencampuri urusan Exyaldo, dia ingin tahu seberjuang apakah anak devilnya itu.

Dia hanya akan melindungi gadis malang yang menjadi sasaran obsesi Exyaldo saat ini, bisa saja lelaki itu akan bertindak yang tidak-tidak atau hal nekat lainnya, karena ia tahu watak keras sang Pangeran yang tidak bisa dibantah atau diganggu gugat, artinya semua yang ia inginkan itu mutlak.

🖤🖤🖤

TBC

Spam komen?→→

Finna McKenzie 🖤

my DeviL HUSBANDWhere stories live. Discover now