mDH 8

16.4K 935 149
                                    

Woi

Do'ain aja biar g kumat, klo kumat normal paling nunggu 1-6 bulan, klo kumat sedang 7-12 bulan, klo kumat akut 1-3 thn mngkn. Baru deh update :)
____________________________

🖤🖤🖤

Hujan mulai turun membasahi bumi. Angin yang berhembus menambah hawa dingin yang kian terasa, meski jendela kaca hanya ada ventilasi udara yang sangat kecil diatasnya, namun tak urung angin pun bisa masuk melewati celah-celah itu, ditambah AC yang masih menyala. Saat ini waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi dini hari.

"Eeughh." Tampak seorang gadis menggeliat tidak nyaman di posisi tidurnya, badannya serasa berat seperti ditimpa sesuatu. Terlebih dengan hawa dingin yang membuat ia semakin merasa tidak nyaman, tangannya meraba-raba mencari selimut namun tidak ada, aneh.

Terasa seperti ada yang melilit perutnya dari belakang, perlahan mata sembab itu mulai terbuka, matanya menatap ke sekeliling ruang kamarnya yang gelap hanya diterangi oleh sinar rembulan dari balik jendela dengan gorden putih transparan.

Nina memejamkan matanya sesaat, mencoba mengatur emosinya yang minta keluar saat ini juga. Sekarang ia tahu mengapa ada sesuatu yang seperti menimpa tubuhnya. Tanpa membalikkan badannya pun dirinya sudah mengetahui siapa itu.

Jiwa frontal nya sudah memberontak meminta keluar, oke, untuk saat ini Nina tahan dulu. Lagi pula semua ini sudah terjadi, mau dia marahpun tidak akan mengembalikan kedua orangtuanya untuk hidup kembali. Terkecuali jika 'dia' yang memancing atau membuat kesabaran Nina habis, maka gadis itu tidak akan segan-segan marah.

Matanya terus menatap ke arah jendela kamar, menerawang jauh.

"Kebangun, hm?" Suara serak dan berat membuatnya keluar dari dunia lamunan. "Tidurlah lagi." Pinta sosok itu tegas.

Huft, bahkan dari nada bicara saja tidak ada rasa bersalah ataupun penyesalan. Keparat memang.

"Jangan mengumpatiku Nina. Persetan jika kamu membenciku, yang terpenting aku tidak menyesal sudah melakukan itu semua." Guman Exyaldo tenang, wajahnya ia benamkan di ceruk leher Nina. Mengabaikan raut wajah gadisnya yang saat ini tengah dalam mode singa.

Jangan salahkan Nina jika ia tidak bisa mengontrol emosinya nanti.

"Minggir!"

"Hm, diam sayang, aku masih ngantuk."

Ck, menyebalkan. Mood gadis itu sedang tidak baik, apakah ia ingin kepalanya menjadi samsak tinju amukan Nina?

"Singkirin kepala lo atau gue penggal!" Sarkas Nina tak berperasaan, lagi pula, apakah ancamannya tadi membuat Exyaldo takut? Bermimpi lah! Karena itu tidak akan terjadi.

Bukannya menyingkir, pria manusia jadi-jadian malah semakin menduselkan kepala dan mempererat pelukannya, seakan jika ia melepasnya maka Nina akan hilang ataupun lenyap. "Jangan berisik, aku ingin tidur." Ucapnya lirih.

Kalian pikir Nina akan diam? Oh, tentu saja tidak bos. "Minggir brengsek!" Pintanya sambil memberontak dari kungkungan sialan itu.

Oke, seperti yang dirinya katakan tadi, jika 'dia' membuat kesabarannya habis, maka emosinya tidak bisa di tahan lagi, persetan jika itu membuat Exyaldo marah. Harusnya kan dia yang marah, bukan manusia jadi-jadian atau setan ini!

"Gue bilang minggir! Lo budeg atau tuli hah?!" Teriaknya dengan suara tertahan.

"Jangan membangkitkan sisi hitamku kembali, aku sedang tidak ingin menyiksa tubuh kerempengmu ini."

my DeviL HUSBANDWhere stories live. Discover now