2 MEET HIM

1.1K 85 23
                                    

---oo---

SEOUL...

Sekali lagi... yah... sekali lagi Yuri menghirup nafas panjang dan dalam. Ia sudah pulang. Ia sudah menginjakkan kaki di negara tempat ia lahir dan dibesarkan. Sudah cukap lama dia meninggalkan Korea. Seingatnya sejak dia lulus SMU. Itu sudah lebih dari 5 tahun yang lalu.

Korea saat ini sedang musim panas. Yuri sedikit membuka kaca jendela mobilnya, agar ia bisa merasakan angin kota Seoul.

'Rasanya berbeda sekali.' Gumamnya dalam hati.

Kedua matanya mengamati sekeliling. Orang-orang berlalu lalang. Ada yang terburu-buru, ada yang hanya berjalan lambat seolah malas menjalani hari yang panas. Mobil-mobil cukup padat. Pertokoan beramai-ramai menggelar pesta diskon untuk koleksi musim panas terbaru. Pedagang buah kaki lima juga nampak ramai. Warna-warni buah khas musim panas berjejer rapi dikios mereka. Yuri benar-benar sudah kembali.

Yuri meninggalkan Korea bukan karena tidak menyukai kampung halamannya atau memiliki kenangan buruk semasa kecilnya. Tidak, bukan itu. Dia hanya bosan dengan kehidupannya yang selalu diawasi kedua orangtuanya. Terutama sang ayah. Segalanya selalu diatur dan diawasi oleh sang ayah, tentu dengan alasan dia seorang perempuan dan putri tunggal. Bahkan dulu ketika dia masih duduk di kelas 12 SMU, ayahnya sudah mengatur masa depannya untuk kuliah dimana dan mengambil fakultas apa. Yuri sama sekali tidak diberi kesempatan untuk memilih sendiri yang ia mau. Setelah ia merajuk berminggu-minggu dengan sang ayah, akhirnya sang ayah luluh dan mengijinkannya pergi kuliah ke Amerika dan mengambil fakultas yang benar-benar ia sukai.

Yuri suka melukis sejak kecil. Ia juga suka menyanyi. Pokoknya hal apapun asal berbau seni, Yuri pasti menyukainya. Jiwanya berbanding terbalik dengan keinginan sang ayah. Ayahnya seorang pembisnis bidang keuangan. Ayahnya memiliki mimpi jika Yuri bisa meneruskan bisnis ini -mengingat dia anak tunggal sekaligus pewaris-, tapi Yuri benar-benar tidak memiliki bakat dalam matematika. Nilainya tak pernah mencapai yang terbaik. Selalu pas-pasan.


---oo---

Suara pintu berdecit.

Yuri mengedarkan pandangnya.

Kamar bernuansa putih yang ia rindukan. Semuanya masih tampak sama, tidak ada yang berubah.

Puas memandangi kamarnya dari muka pintu, kini Yuri siap melangkahkan kaki mengitari kamar lamanya. Poster-poster di dinding, stiker dan foto-foto ala anak SMU masih rapi disana. Boneka-boneka kesayangannya juga masih rapi diatas tempat tidur. Koleksi novel dan komiknya masih penuh di atas rak. Beberapa catatan tugas dan jadwal pelajaran ketika ia masih sekolahpun juga masih ada. Kamar ini masih persis seperti terakhir kali ia tinggalkan dulu.

"Ibu, sengaja tidak membuang barang-barangmu. Ibu hanya meminta pelayan untuk rutin membersihkannya saja, supaya tidak berdebu dan rusak." Suara sang Ibu mendekat.

Yuri tersenyum, meletakkan kembali selembar foto yang memperlihatkan dirinya dan beberapa teman perempuannya saat SMU.

"Terimakasih, Bu. Semua barang ini penuh kenangan." Ucapnya masih menatap poster-poster dan foto-foto yang menempel di dinding.

"Segera mandi dan beristirahatlah... Ibu akan memanggilmu saat makan malam." Sang ibu-pun berlalu dari kamarnya.


---oo---

Makan malam keluarga pertama setelah Yuri kembali pulang. Malam ini para pelayan menyajikan banyak sekali menu yang sebagian besar memang makanan kesukaan Yuri. Dia tahu pasti ibunya yang memiliki ide ini. Walau Yuri sangat membatasi porsi makan malamnya -demi bentuk tubuh- dia tidak memprotes. Yuri tidak tega melakukannya, karena sejak tadi dia bisa melihat wajah berseri ibunya yang terlihat sangat senang dengan kepulangan dirinya. Sepertinya dia memang sudah meninggalkan kedua orangtuanya terlalu lama.

CONQUER YOUWhere stories live. Discover now