RE-LOAD | E M P A T

173 25 19
                                    

BAGIAN 4 – WHO'S U?

Dunia nggak sesempit itu. Tapi kenapa kita harus bertemu?

.

.

.


"Lah, suruh siapa kuliah di Bandung? Yang lain pada di Jakarta, lo berdua malah ke Bandung."

Aldi memutar bola matanya. Laki-laki itu tengah fokus menatap layar ponsel seraya duduk di sofa ruang tengah rumah Iqbaal.

Di sebrang sana, Endy dan Randy tampak mendengus sebal.

"Kita kan lulus jalur SNMPTN. Tapi pilihan ke-2." Sahut Randy.

Aldi terkekeh. "Iya deh, tapi gue nggak khawatir sih, soalnya kalian kan berdua disana nya. Jaga diri aja, jangan lupa makan tepat waktu."

"Iya, lo juga bro. Kita tadi hampir telat makan gara-gara ospek sialan. Tapi udah beres sih sekarang, kita lagi beres-beres barang di kosan."

"Maaf gue nggak bisa bantuin."

"Santai aja, lo juga pasti sibuk ngurus ospek lo." Ujar Endy sambil tersenyum lebar.

"Kalau gitu gue tutup dulu ya, ada sesuatu yang harus gue urus sekarang."

"Apaan, Di?"

"Ngurus bayi besar yang sekarang berubah jadi zombie." Cibir Aldi sambil melihat ke arah pintu kamar Iqbaal yang masih tertutup rapat.

"Yaudah tutup aja, Di, kita juga mau lanjut beres-beres kosan. See u,"

Aldi mengangguk. "See u too..."

TUT... TUT... TUT...

Sambungan telepon terputus. Aldi menghela napasnya.

Sepulang dari kampus, Iqbaal sama sekali tidak berbicara, bahkan saat sampai di rumah, laki-laki itu langsung mengurung diri di kamar.

Padahal Iqbaal tidak pernah mengunci kamar sebelumnya....

"Gue udah duga, lo pasti kayak gini kalau lihat cewek yang namanya Stiffa itu," Decak Aldi pelan. Ia berjalan menuju kamar Iqbaal lalu mencoba membuka kenop pintu itu. Tapi sayang, masih terkunci rapat.

"Baal, si Bani udah di jalan nih, ayo cepet turun. Kita siap-siapin dulu barang buat BBQ."

Tidak ada jawaban di dalam sana. Aldi menghela napas lagi.

"Yaudah, gue jemput Salsha dulu, kalau lo udah baikan, nanti keluar ya. Jangan kayak gini, gue khawatir..." ucap Aldi kemudian.

Tak mendapat jawaban lagi, akhirnya Aldi memutuskan untuk pergi dari depan kamar Iqbaal. 

Aldi tahu, Iqbaal sedang ingin sendirian saat ini, dan Aldi akan memberikan ruang untuk Iqbaal agar laki-laki itu lebih tenang.

***

"Ari itu nggak bisa hati-hati banget Stiffa. Masa dia nggak lihat-lihat jalan, jadinya keserempet kan!" Omelan Bunda Ari terdengar saat Stiffa mampir ke rumah laki-laki itu.

Stiffa nyengir tiga jari. "Iya nih Bun, kakinya sampai bengkak gitu, nanti kalau ketemu sama orang yang nyerempet Ari, Stiffa bakal serempet balik." Kata gadis itu sambil mengangguk antusias.

Bunda Ari geleng-geleng. "Kalian ini memang sahabat sejati. Bunda salut." Ucap Bunda sambil tersenyum.

"Yaudah kalau gitu, Bunda ke bawah dulu ya, mau masak." Pamit Bunda Ari kemudian. Stiffa hanya menganggukan kepalanya untuk membalas.

RE-LOADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang