Ngidam

11.6K 332 15
                                    

7 bulan kemudian

"Sayang.. bangun." Raisa mengguncang pelan tubuh Nicho yang masih tertidur dengan selimut membalut seluruh tubuhnya separuh kepala.

"Dasar pemalas." gerutunya. Pelan-pelan, Raisa mengusap rambut Nicho.

"Baiklah, bayi besar yang sebentar lagi menjadi ayah.." Raisa lantas mengusap perutnya sendiri yang telah membuncit seiring bertambahnya usia kehamilannya.

Nicho perlahan terbangun, dia melingkarkan kedua lengannya di pinggang istrinya. Dengan patuh, Raisa berdiri di antara kedua kaki Nicho yang terbuka. Raisa tersenyum, saat Nicho menatap lekat perut buncitnya dengan penuh cinta. Nicho mengusap lembut perut buncit itu sebelum menciumnya.

"Selamat pagi anak pertama Daddy.."

"Selamat pagi juga Daddy.." Raisa membalas sapaan Nicho untuk anak mereka.

"Oh, dia bergerak sayang.." Raisa segera meraih tangan Nicho dan meletakkan telapak tangannya di perut kanan bawah.

Nicho merasakan itu, anaknya tengah bergerak aktif didalam perut istrinya.

"Hai.. jangan nakal ya didalam perut Mommy." gumam Nicho sambil mengusap perut Raisa.

"Tidak Daddy, aku tidak nakal kok. Hanya saja, terasa sempit didalam sini. Jadi aku bergerak karena pegal." Raisa terkekeh sendiri dengan kata-katanya, sementara Nicho hanya tersenyum.

"Cepat mandi sayang, lalu sarapan." pinta Raisa pada Nicho yang langsung ditanggapi dengan decakan tak suka.

"Ini weekend tahu."

"Memang, kata siapa ini hari senin?" Raisa menarik tangan Nicho dan memaksanya berdiri.

"Ayo sayang."

Dengan gerakan malas, Nicho berdiri. Mengikuti langkah kaki Raisa menuju ke kamar mandi.

"Mau kemana sih? Aku bisa sarapan tanpa harus mandi."

Raisa memutar bola matanya.

"Kamu lupa ya? Semalam kamu berjanji padaku, hari ini kita akan pergi ke kebun binatang." Raisa meraih handuk putih disebelah kanan pintu kamar mandi dan menyerahkannya pada Nicho. Tanpa menunggu jawaban Nicho, Raisa mendorong tubuh Nicho agar masuk kedalam kamar mandi.

"Cepat ya, sayang. Aku tidak mau menunggu lama." Raisa mengerling genit sebelum pergi dari sana. Sementara Nicho tersenyum mendapati tingkah menggemaskan dari istrinya.

Oh, andai saja semalam dia tidak berjanji pada Raisa jika pagi ini mereka harus ke kebun binatang. Nicho pastikan mereka berdua tidak akan pernah keluar dari dalam kamar. Hari minggu, seharusnya ia manfaatkan sebaik mungkin. Mengajak Raisa seharian bergumul diatas ranjang misalnya.

***

Setelah menyelesaikan sarapan pagi, Nicho tak langsung membawa Raisa ke kebun binatang. Melainkan, membawa istrinya itu ke salah satu rumah sakit ibu dan anak untuk melakukan check-up rutin kandungan Raisa. Nicho telah membuat jadwal check-up untuknya. Satu bulan, minimal dua kali check-up di hari minggu. Karena, hari itulah Nicho seharian akan berada dirumah. Well, bukankah Nicho type suami sekaligus calon ayah yang sangat didambakan kaum hawa?

Lalu, jangan lupakan peran Jeremy, sahabat Nicho yang berprofesi sebagai dokter kandungan.

Lalu, jangan lupakan peran Jeremy, sahabat Nicho yang berprofesi sebagai dokter kandungan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nicho tidak lagi memeriksakan kandungan Raisa kepada sahabatnya itu. Karena dia tidak ingin perut istrinya dilihat pria lain. Nicho lantas mengajak Raisa ke dokter kandungan kepercayaannya bernama dokter Ana.

"Sayang, apa nanti kita akan menemui dokter Jeremy lagi?"

"Tidak."

"Kenapa?"

Nicho bergeming.

"Jika seandainya anak kita laki-laki, siapa tahu anak kita ketularan tampan seperti dia. Apalagi dokter Jeremy punya lesung pipi saat tersenyum. Aku sangat kagum padanya."

Nicho terdiam.

"Kalau begitu aku akan memintanya mengusap perutku nanti."

Nicho membelalak.

"Apa! Katakan sekali lagi?"

"Hmm, aku.. tidak, tidak jadi sayang. Jangan marah okey." Raisa lantas mengecup pipi Nicho.

Suamiku ini cemburuan sekali sih.








Tbc
21 Mei 2020

Jadi Pelayan Tuan Muda✔️Where stories live. Discover now