Pernyataan Cinta

13.1K 309 6
                                    

Dua bulan setelah pernikahan Nicho dan Raisa, akhirnya Steven dan Laura menyusul. Hari ini, Nicho bisa menjamin jika dia adalah pria yang paling bahagia di seluruh dunia. Dengan Raisa duduk di sebelahnya, sebagai istrinya, begitu cantik, sempurna. Lagi-lagi dia membuat Nicho jatuh cinta.

Nicho mengecup punggung tangan Raisa.

"Sayang, kurasa setiap detiknya aku semakin jatuh cinta padamu."

Raisa tertawa.

"Kurasa kamu tidak pernah melewatkan satu detik pun untuk merayuku."

"Aku tidak merayumu sayang. Aku mengatakan yang sebenarnya." ucap Nicho dengan nada serius. Raisa mengangguk, sisa tawa masih tampak di wajah cantiknya.

Nicho menyambar vas bunga di meja mereka, lalu berjalan ke hadapan Raisa dan berlutut disana, menyodorkan sebuket bunga dari vas. Raisa melotot kaget. Tatapannya berpindah dari bunga di tangan Nicho, ke wajah Nicho.

"Apa yang kamu lakukan? Dan darimana kamu mendapat bunga itu?" tanya Raisa.

"Menyatakan perasaanku padamu di depan semua orang. Bunga ini ku ambil dari vas di meja kita. Kamu toh selalu menolak jika ku belikan bunga." Nicho memberi jawaban.

Raisa menampakkan senyumnya. Ia tersenyum geli sembari mengambil bunga di tangan Nicho.

"Kamu benar-benar tidak masuk akal sayang. Tapi, sekarang kamu bisa berhenti. Orang-orang melihat kita." kata Raisa.

"Mereka melihat kita karena kita ini pasangan romantis sayang." Nicho mengedipkan sebelah matanya.

"Dan kamu tidak perlu membuat keributan untuk mendapat perhatian lebih lagi." tutur Raisa. Nicho tersenyum geli.

"Kamu sumber keributannya sayang. Kamu yang membuat keributan di hati dan pikiranku." Nicho meraih tangan Raisa. "Terima kasih karena kamu bersedia menjadi istriku. Terima kasih karena kamu telah hadir dan menyempurnakan hidupku. Aku mencintaimu, Raisa Angelina."

Mata Raisa menatap Nicho haru.

"Aku juga mencintaimu, Nicholas William. Kamu tahu itu."

Nicho tersenyum sembari berdiri, menarik Raisa bersamanya hingga dia berada dalam pelukannya. Lalu, sorakan dan tepuk tangan memenuhi ballroom hotel tempat pesta pernikahan itu di selenggarakan.

***

Malam harinya..

Ketika Raisa keluar dari kamar mandi, dilihatnya Nicho sedang mengeringkan rambut dengan handuk di tepi ranjang.

"Kamu mandi dimana?" tanya Raisa seraya menghampiri suaminya.

"Di kamar mandi luar." Nicho melingkarkan lengan di pinggang Raisa yang sudah berdiri di depannya.

"Kamu pasti lelah menunggu mandiku ya?" Raisa menatap Nicho menyesal. Nicho menggeleng.

"Aku hanya tidak ingin kamu menungguku terlalu lama sayang."

"Menunggu apa?" Raisa mengerutkan kening.

"Menungguku selesai mandi." Nicho menyipitkan mata. Raisa berpikir sejenak.

"Tidak juga. Toh jika kamu mandi terlalu lama, aku pasti akan tidur lebih dulu." tanggapnya.

"Kamu akan apa? Tidur lebih dulu?" Nicho melotot tak rela.

"Apa yang salah jika aku tidur lebih dulu. Kamu juga bisa tidur lebih dulu tanpa menungguku. Aku tidak akan marah jika kamu tidur." balas Raisa bingung.

"Apa kamu tahu betapa aku telah menunggu malam ini?" balas Nicho.

"Apa hanya itu yang kamu pikirkan seharian ini? Tidur denganku?" mata Raisa menyipit. Nicho melepaskan tangan dari pinggang Raisa dan menarik rambutnya frustasi.

"Oh tidak sekarang sayang. Kumohon, jangan marah padaku sekarang."

"Aku hanya merasa lelah dan ku pikir kamu pun begitu." Raisa mengusap pipi Nicho lembut. Nicho mendesah berat. Ia menarik tangan Raisa dari pipinya dan mengecupnya.

"Baiklah. Kita tidur saja malam ini." Nicho tersenyum kecil.

Ia lantas naik ke tempat tidur sembari mengeringkan rambut dengan handuknya. Raisa menyusul Nicho.

"Lalu kamu ingin melakukannya sekarang?" tanya Raisa. Nicho mengerang seraya menarik diri menjauh dari Raisa.

"Jangan menggodaku sekarang.." Nicho melemparkan tatapan kesal.

Raisa tertawa pelan ketika Nicho berbaring di sisi tempat tidur, lalu menarik selimut hingga ke dagu. Ekspresinya masih kesal, persis seperti anak kecil yang tak di belikan mainan yang diinginkannya. Raisa turun untuk memindahkan handuk ke kamar mandi. Ketika ia kembali ke kamar, Nicho sudah memejamkan mata.

Raisa berhati-hati naik ke tempat tidur, berbaring di sebelah Nicho. Melihat helaian berantakan di keningnya, tangan Raisa terangkat untuk merapikan rambut suaminya. Mengejutkan Raisa, Nicho tiba-tiba mengerang dan membuka matanya.

"Jangan menyentuhku sayang." ucapnya penuh permohonan.

"Kamu marah padaku?" Raisa mengerjap.

"Jika kamu terus menggodaku seperti ini, aku.." Nicho menghentikan kalimatnya dan memejamkan mata.

Raisa mendekat pada Nicho dan menindih tubuhnya.

"Kamu tidak apa-apa dengan posisi ini? Bukankah kamu lelah?" tanya Nicho.

"Setidaknya aku ingin melewati malam ini dengan memelukmu." Raisa tersenyum.

Nicho bisa melihat ekspresi Raisa yang seolah menahan sakit, tapi istrinya itu bahkan masih bisa menunduk dan mencium kening suaminya.

Maka, ketika Raisa menarik diri. Nicho menahan tengkuknya, lalu mendongak dan mencium bibir istrinya dengan bibirnya. Raisa memejamkan mata, mengerang pelan.

"I love you, my hubby."






Tbc
15 Mei 2020

Jadi Pelayan Tuan Muda [END]Where stories live. Discover now