19. Teror

3.4K 567 12
                                    

Play the mulmed for more sensation

----

Taehyung meletakkan sebuah susu pisang di nakas rumah sakit. Ia menatap sekeliling dan mendapat kesimpulan jika Somi belum kembali. Kedua netra tajamnya menelisik wajah Jungkook yang masih memucat. Selang oksigen setia menempel di hidungnya.

"Aku membawa minuman kesukaanmu,hyung. Ayo membuat perjanjian denganku." Taehyung mengusap punggung tangan Jungkook dengan lembut.

"Jika dalam waktu 3 hari kau belum sadar, susu pisangmu ini akan aku curi dan aku minum seorang diri."

Taehyung terkekeh sendirian. Suaranya sedikit menggema di ruangan Jungkook yang sepi. Hanya terdengar detik jarum jam dan alat monitor jantung.

Belakangan ini Taehyung menjadi lebih pendiam. Dia yang biasanya tengil dan banyak tingkah kini menjadi sedikit cuek dan terlalu serius. Semuanya adalah akibat dari jabatan yang sedang ia pikul. Jimin sebagai sahabat Taehyung tentu merasa kasihan. Dari dulu Taehyung tidak pernah mengikuti organisasi, ribet dan melelahkan. Waktu bermain menjadi berkurang. Kini anak itu malah menjadi OSIS, Sie keamanan pula. Ditambah keadaan sekolah sedang kacau. Setiap hari selalu ada masalah dan pelanggaran yang di timbulkan.

"Hyung, sepertinya aku akan mendapatkan masalah. Kau tau sendiri kan? Zaman sekarang berbuat kebaikan itu mahal. Sedangkan suatu kesalahan di anggap wajar." Taehyung menghela nafasnya. Mengingat kejadian dimana ia di cerca banyak siswa ketika berusaha menegakkan peraturan. "Tak apa, aku pasti bisa----demi dirimu."

Taehyung tersenyum simpul. Memandang wajah Jungkook yang terlihat damai. Hatinya sakit. Berdenyut nyeri saat mengingat dimana Jungkook menangis di pelukannya tempo hari. Raut wajahnya terlihat sangat kesakitan.

Dari balik pintu yang berbahan dasar kaca pada bagian atasnya, Somi bisa melihat perlakuan Taehyung pada Jungkook. Somi yang awalnya akan membuka pintu secara langsung, mengurungkan niatnya. Dia memilih untuk mengetuk pintu terlebih dahulu.

Taehyung terkejut mendengar suara ketukan pintu. Ia melepas genggamannya pada tangan Jungkook dan menyadari jika Somi sudah kembali. Taehyung sedikit heran saat melihat Somi tidak sendirian. Ada wanita paruh baya dan seorang lelaki di belakangnya.

"Tae, kau sudah lama? Maaf merepotkanmu," Somi meletakkan mantel nya di lengan sofa. Dia beranjak ke wastafel untuk mencuci tangan sebelum mendekat ke arah Jungkook.

"Tidak ada perkembangan?" Tanya Somi.

"Tidak, tadi ada Dokter Seokjin kemari, dia bilang kalau masih belum ada perkembangan" Jawab Taehyung. Matanya menelisik ke arah lelaki di belakang Somi. Jika dilihat-lihat, ia terlihat sedikit mirip dengan Jungkook.

"Ah begitu,Tae ini bibiku, bibi Jungkook juga. Sedangkan dia adik sepupuku." Somi menunjuk Junsoo dengan dagunya. Taehyung hanya mengangguk. Setelah berjabat tangan,dirinya memutuskan untuk pulang karena ia paham jika mereka membutuhkan privasi.

---

Langit mendung menjadi teman Taehyung di perjalanan pulang kali ini. Motornya melesat membelah jalanan kota Seoul yang tidak pernah sepi. Suasana malam yang harusnya menjadi tenang, tidak berlaku disini. Jaket hitamnya ia rapatkan. Taehyung masih mengenakan seragam sekolah ngomong-ngomong.

Pikiran Taehyung tidak diam. Bayang-bayang Jungkook terus menempati ruang di akal sehatnya. Sejak dulu Taehyung tidak pernah tertarik pada seseorang,apalagi memiliki kekasih. Kalau untuk mengagumi ya sering. Jika ada wanita cantik di hadapannya tentu ia akan terpana, dia juga laki-laki normal. Tapi ini---- kenapa isi pikirannya penuh dengan Jungkook?

[Fin] Remedy | tkWhere stories live. Discover now