Part 26

1.9K 113 13
                                    

"Kamu kenapa diam saja? Kamu masih memikirkan kejadiaan yang tadi? Kamu pasti sedih ya karena hubungan kamu sama Cakka sudah berakhir?" Tanya Alvin pada Ify yang sedari tadi hanya diam menatap jalanan di samping kirinya. Saat ini mereka masih dalam perjalanan menuju sekolah Al.

"Ya kalau sedih sudah pasti. Tapi aku sadar kalau ini memang jalan yang terbaik untuk kita berdua. Selama ini aku berhubungan dengan Cakka, tapi hati aku gak pernah ada untuk dia. Tanpa sadar setiap hari aku sudah menyakiti hatinya dan sudah banyak merepotkan dirinya. Jadi perpisahaan ini adalah keputusan yang tepat. Dengan begini Cakka tidak akan pernah sakit hati lagi, tidak akan pernah direpotkan lagi oleh aku dan Al, dan dia akan hidup bahagia bersama Acha yang jelas-jelas bisa mencintai dia dibandingkan aku. "
"Jadi kamu sudah mengikhlaskannya? "
"Ya aku sudah mengikhlaskannya. Lagipula aku akan terus-terusan menjadi wanita yang jahat, jika tetap mempertahankan Cakka. Dia tidak akan pernah bisa bahagia bersama aku. "
"Mengapa kamu tidak pernah mencintai Cakka? Padahal dia sangat tulus mencintai kamu. "
"Entahlah, memang kalau urusan hati itu tidak pernah bisa dipaksakan. Selama ini aku sudah berusaha mencintai Cakka, tapi tetap tidak bisa. "
"Lalu bagaimana dengan Al? "
"Itu dia yang sebenarnya sedari tadi sedang aku pikirkan. Bagaimana caranya memberi dia pengertian tentang berakhirnya hubungan aku dengan Cakka dan alasan kita pindah ke rumah kamu? Tidak mungkin aku bilang ke dia kalau kita sudah diusir oleh Cakka. Aku tidak mau Al membenci Cakka nantinya."
"Kamu tenang saja. Kamu pasti bisa memberi pengertian ke dia. Kalau perlu nanti aku juga akan bantu memberi pengertian ke Al tentang semuanya. " Ucap Alvin sambil mengusap lembut pundak Ify. Senyuman lembut terukir di bibirnya.
"Terima kasih, Vin. " Ucap Ify yang membalas senyuman lembut Alvin.

"By the way, kamu kok bisa ada di restoran itu juga? " Tanya Ify.
"Ya aku kebetulan mau makan siang di sana. Eh tidak sengaja, aku melihat Cakka dengan Acha berduaan. Tidak hanya berduaan, aku juga melihat tangan mereka saling menggenggam satu sama lain di atas meja. Dari situlah aku marah, karena aku gak terima kamu dikhianati sama Cakka. "
"Oh begitu ceritanya. Aku harap setelah ini kamu jangan pernah benci ya sama Cakka. Kamu harus tetap menganggap dia sebagai sahabat kamu. "
"Kenapa aku tidak boleh benci sama Cakka, Fy? "
"Ya karena ini semua bukan sepenuhnya salah Cakka. Ini juga salah aku, salah kita. Dia melakukan ini karena kita yang lebih dulu melakukannya. "
"Tapi ini namanya dia balas dendam sama kita. "
"Tidak apa-apa Alvin. Balas dendam itu sah-sah saja kok menurut aku. Jadi kamu jangan benci dia ya. "
"Ya kalau dia jahat lagi sama kamu dan Al, jangan harap aku tidak membencinya. "
"Dia tidak jahat Alvin. "
"Ya sudahlah terserah kamu. Ini kita sudah sampai. Mau kamu atau aku yang turun samperin Al ke kelasnya? "
"Aku saja. "
"Ya sudah aku tunggu di mobil ya. "
"Oke."
Ify pun keluar dari mobil dan berjalan menuju kelas Al.

Tak lama Alvin melihat Ify sudah kembali menuju mobilnya bersama Al.

"Hai Dad! " Sapa Al ketika mobil pintu depan sudah terbuka.
"Hai son! Ayo cepat masuk! "
Al menanggukan kepalanya sambil masuk ke dalam mobil. Seperti biasa, ia akan duduk di kursi favoritnya yaitu di depan. Sedangkan Mommynya mengalah, kini ia sudah duduk di kursi belakang.
"Tumben Daddy Alvin sama Mommy yang jemput Al pulang sekolah? " Tanya Al yang sepertinya sedang bingung.
"Iya tadi tidak sengaja Daddy ketemu sama Mommy di restoran, jadi sekalian saja kita jemput kamu. Kenapa? Kamu tidak senang ya kalau kita yang jemput? " Ucap Alvin.
"Ya senang lah Dad. "
"Bagus deh kalau kamu senang. "
"Iya Dad. Ayo Dad, kita pulang sekarang!"
"Oke, ayo! "
Alvin mulai menyalakan mesin mobilnya, lalu mulai menjalankan mobilnya meninggalkan halaman sekolah Al.

"Al, sekarang kamu ganti baju dulu ya! Nanti ada yang mau Mommy bicarakan sama kamu. " Ucap Ify ketika mereka sudah sampai di rumah Cakka. Jujur ia masih bingung akan bicara apa nantinya pada Al yang masih kecil.
"Bicara apa, Mom? "
"Nanti saja, setelah kamu ganti baju. "
"Oke Mom. "
Al berjalan menuju kamarnya untuk berganti baju.

He is My SonWhere stories live. Discover now