12.

13.2K 2.2K 1.6K
                                    


Umbridge semakin bertambah curiga—terbukti dengan pengumuman lowongan untuk menjadi Tim Penyelidik di bawah kaki Umbridge. Anggotanya berasal dari Asrama Slytherin yang isinya juga itu-itu saja.

Fred, George, dan Harry—dilarang bermain Quidditch seumur hidup. Itu sinting. Di bawah pimpinan menteri tentu kami ini bukan apa-apa untuk mampu membantah peraturannya. Wajah tak bersemangat muncul setiap hari. Ron berulang kali meminta maaf soal kebobolannya menjaga gawang—dan itu sebenarnya justru membuat Harry terus merasa kepikiran dan marah. Walau sebenarnya bukan salah Ron juga yang merasa bersalah. Tidak ada siapapun yang bisa disalahkan.

Hermione dan Ron sudah selesei berpatroli. Aku merasakan koin galleon palsu dari Hermione di sakuku memanas. Harry baru saja mengumumkan waktu pertemuan—sekitar lima belas menit lagi anggota DA akan berkumpul di Ruang Kebutuhan. Aku menghembuskan napas kasar.

Harry mengetahui keresahanku, "Aku hampir lupa mengucapkan terima kasih atas pembelaanmu,"

"Itu bukan pembelaan," ujarku. "Itu kenyataan bahwa Umbridge masih bersikap seperti anak-anak,"

Berita soal aku yang ada di kastil selama McGonagall memarahi anak-anak sudah tersebar—itu bukan hal buruk. Hal buruknya adalah soalku yang harus diberi detensi oleh Malfoy atas perintah Umbridge—juga menyebar. Anak-anak Gryffindor kalau bertemu denganku cuma mengatakan 'sabar' banyak kali.

"Coba kau pikir hal positifnya, kau bisa berduaan dengan Malfoy," goda Ron, menghibur atau mengejekku? Merasa tidak bisa mengontrol ekspresi, aku mengalihkan pandangan

"Aduh, Ron. Jangan menambah suasana hati [Name] jadi buruk," kata Herione.

Ron mengernyit heran, "Aneh. Biasanya dia arah-marah kalau kuolok-olok begitu,"

Karena yang kau katakan itu benar Ron. Astaga. Pantas saja kau tidak memahami perasaan Hermione selama ini.

"Aku malas berdebat," kataku parau.

Ngomong-ngomong, ini adalah hari detensi pertama kali dengan Malfoy. Sebenarnya aku sudah bingung dari tadi bagaimana harus bertemmu nanti. Tapi itu tak sebesar rasa kecewaku karena tidak bisa berkumpul di DA. "Kalian... nanti ajari aku ya?" ujarku memelas.

"Sebenarnya kau sudah hebat," Ron memujiku. Rasanya langsung terbang—jarang sekali dia memujiku.

"Aku bisa mengajarimu saat akan tidur. Lebih mudah diingat," Hermione menawarkan.

"Uh, ya, thanks. Masalahnya adalah aku tidak tahu akan kembali pukul berapa,"

Harry menatapku—memberi kesan menyemangati dalam wajahnya, "Ayo [Name] semangat!"

***

Malfoy memintaku menemuinya di perpustakaan dan menyuruhku membawa alat tulis. Masih belum jelas setiap kapan detensi akan diadakan. Aku mulai merasa lapang menerimanya. Menyadari bahwa itu adalah kesalahan murniku—buat apa aku membantah Umbridge padahal sudah jelas dia kan bisa melakukan segala hukuman. Ya, ya, itu kebodohanku yang tidak bisa mengontrol emosi.

Koridor kastil remang-remang. Lampu perpustakaan menyala kekuningan—belum tutup. Kriet, aku membuka pintu masuk dan ada Madam Pince yang sedang membaca novel sambil menyeruput kopinya. "Selamat Malam, Madam Pince," sapaku.

Madam Pince menoleh ke arahku terheran-heran, "Malam. Well, ada apa yang membuat [Name] kemari? Mana Hermione?" beliau meletakkan cangkirnya.

NEAR ✔  [Draco Malfoy x Reader]Where stories live. Discover now