#9 Semangat Mily!

185 54 2
                                    

👨‍🦽

Tahun pertama kuliah dijalani Mily dengan cukup berat. Pemandangan yang setiap hari dilihat Andy, Bryan, Clay dan Dylan hanyalah Mily yang begadang sepanjang malam di kamarnya, yang tak jarang pula malah tertidur di meja belajarnya.

Tahun kedua dimulai. Mily yang sudah berusaha sangat keras mengejar ketertinggalannya mulai sedikit menikmati kuliahnya. Di tahun ini Mily sedikit bisa bernapas lega. Mily tak lagi mengurung dirinya di kamar untuk belajar seperti setahun belakang. Mily juga sudah jarang begadang. Di tahun ini Mily lebih sering belajar dan mengerjakan tugasnya di luar kamar.

Mily mulai muak dengan kamarnya. Ia tidak menyangka selama setahun ia betah hanya berdiam di kamar. Mily bahkan lebih sering berada di kamar kakak-kakaknya, terutama Dylan, katanya sih ingin suasana baru namun jiwa mengganggu dan menjahili masnya itu tak pernah hilang.

“Dek sana ih, mas lagi lukis, harus fokus,” ujar Dylan mengusir Mily.

“Yee kan Mily mau liat, lukisan apa sih yang bisa mahal gitu,” ucap Mily cuek dan tetap berdiri di samping Dylan sambil mengamati lukisannya.

Ya, sekarang Dylan tak hanya melukis sebagai hobi tapi sudah beralih menjadi pekerjaan. Enam bulan lalu, Clay yang hobi fotografi mengabadikan beberapa lukisan Dylan dan mengupload hasil jepretannya ke media sosial pribadinya. Rupanya, ada beberapa orang yang tertarik dengan lukisan Dylan bahkan bertanya apakah lukisan itu dijual atau tidak. Sejak itulah Dylan mulai menerima banyak pesanan.

“Sana ga? Mas aduin ke mas Bryan baru tau,” ucap Dylan lagi mendorong Mily keluar kamarnya.

“Dasar tukang ngadu,” balas Mily lalu keluar dari kamar Dylan, ngambek.

Tak hanya Dylan korban Mily, Clay dan Bryan pun juga kena. Untung saja Andy sudah pindah. Andy baru saja menikah 3 bulan lalu. Awalnya ia bersikeras ingin tetap tinggal di rumah bersama Reyna, istrinya. Andy masih merasa dirinya harus menjaga adik-adiknya, seperti pesan ayah bundanya. Namun keempat adiknya meyakinkan bahwa mereka semua sudah dewasa dan akan baik-baik saja meski Andy tak lagi serumah dengan mereka. Dylan yang paling semangat meyakinkan Andy dengan alasan nanti Reyna digangguin Mily.

Mas mbak percaya deh sama Dylan mending jangan tinggal disini, ntar mbak Reyna digangguin Mily terus kaya Dylan,” ucap Dylan.

“Ga kebalik tuh. Mily kan kalem, mas tuh yang suka bully Mily," ucap Mily tak mau kalah.

“Eh udah udah kok malah berantem,” ujar Bryan menengahi.

“Mbak Reyna kan seneng ada Mily, iya kan Mbak?" tanya Mily sambil melirik Reyna.

Reyna yang tadi tertawa melihat perdebatan dua kakak-beradik tersebut kemudian mengangguk menjawab Mily. Reyna sebenarnya tidak keberatan tinggal bersama mereka. Ia malah sangata senang, apalagi ada Mily. Reyna adalah anak tunggal dan dari dulu dia sangat ingin punya adik perempuan.

“Mas tenang aja, Clay bakal bantuin mas Bryan jagain nih anak berdua,” ucap Clay menunjuk Mily dan Dylan dengan dagunya.

“Iya mas, mas sama mbak kan juga pasti butuh privasi,” tambah Bryan.

Andy akhirnya menyetujui permintaan adik-adiknya walau masih sedikit berat. Sebelum pindahan ia juga meminta Bryan untuk menjaga 3 adiknya yang lain dan segera menghubunginya jika ada masalah.

Mily kemudian beralih ke kamar Clay.

“Mas, ngapain?” tanya Mily pada Clay.

“Katanya banyak tugas” ucap Clay tak menjawab pertanyaan Mily.

“Nanya apa dijawab apa” balas Mily geleng-geleng kepala.

Mily kemudian merebahkan dirinya di salah satu beanbag atau yang biasa Clay sebut dengan sofa malas.

“Heh kok malah tiduran”

“Bentar doang mas”

“10 menit, kalo lebih gaboleh ngerjain tugas di kamar mas lagi"

“Iye bos siap”

***

Tahun ketiga Mily disibukkan dengan skripsinya. Mily ingin cepat lulus agar cepat menyandang gelar dokter, padahal ia sadar setelah sarjana perjalanannya masih panjang menuju dokter spesialis. Di tahun ini Mily kembali lebih giat setelah tahun lalu ia banyak bersantai.

Mily berhasil menyelesaikan sarjananya dalam waktu 3,5 tahun yang dilanjutkan dengan koas dan internship selama 2,5 tahun. Koas dan internship membuat Mily sangat lelah, bahkan ia sempat terpikir untuk berhenti saja. Namun ia kembali mengingat tujuannya, menyembuhkan Dylan. Mily lalu melanjutkan sekolah spesialisnya di bagian syaraf selama kurang lebih 3 tahun.

👨‍🦽

Next chap kuy 👇👉

EMILY Where stories live. Discover now