Bab 15-Lombok- Day 1

Depuis le début
                                    

Sial, padahal Cecilia sudah tahu dengan siapa Keyla mendatangi pantai pagi ini. Tetapi tetap saja bibirnya gatal untuk bertanya langsung. Entah mengapa Cecilia jadi merasa kesal, padahal Keyla jelas tidak melakukan apa-apa.

"Loh, Kak Keyla enggak jadi pakai kamar mandi?" Cecilia mengerutkan kening melihat Keyla hanya meraih handphone dan kembali pergi ke luar kamar.

"Mau keringin keringat dulu, enggak baik masih keringetan langsung mandi. Lo duluan aja yang pakai kalau mau?" Keyla tersenyum sekilas sebelum menutup rapat pintu kamar.

Cecilia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan. "Nggak, mood gue harus bagus hari ini. Udah jauh-jauh ke Lombok masa cuma di kamar doang?"

Setelah berhasil membulatkan tekad, akhirnya Cecilia Yolanda Lestari melangkahkan kakinya menuju ke kamar mandi.

🐵🐵🐵

"Loh?" Hans menaikkan kedua alis melihat Keyla kembali ke teras sendirian. "Cecil belum bangun juga?"

"Udah kok," Keyla tersenyum seraya duduk di samping George yang sedang menikmati secangkir kopi hitam. "Dia mau mandi dulu."

"Kirain," Hans menggeleng tak percaya. "Kuat juga tidurnua."

"Cecil memang kuat tidur kok," celetuk Elsa dengan bibir sibuk mengunyah biskuit. "Dia pernah baru tidur hampir dua puluh empat jam–"

"Uhuk.. uhuk..!"

Hans tersentak kaget saat George tiba-tiba tersedak kopi. Laila bahkan berhenti mengunyah biskuit dan ikut memperhatikan George yang punggungnya sedang ditepuk pelan oleh Keyla.

"Jadi gimana, Sa?" tanya Hans.

Elsa berdeham. "Jadi waktu itu dia habis begadang selama dua hari berturut-turut demi maraton nonton drakor. Akhirnya setelah tamatin satu cerita, dia baru bisa tidur. Biasanya, sih, bisa dua puluh empat jam tidurnya, bahkan pernah lebih. Tanpa makan, tanpa minum. Sampai mamanya pernah panik panggil dokter dikira Cecil kenapa-napa."

"Lagi ngomongin Cecil, ya?"

Kemunculan Jack dengan rambut berantakan langsung mencuri perhatian Hans, George, dan Dicky.

"Masih inget bangun?" sindir George membuat Jack cengar-cengir sendiri.

"Morning service-nya mantep kayaknya," goda Dicky sambil menaik turunkan alisnya genit. "Pantes betah di kamar."

"Gue enggak berniat bantah, sih." Jack terkekeh, "Mumpung orangnya lagi mandi."

"Untung masih inget tempat lo enggak mandi bareng–aduh!"

Dicky merintih kesakitan saat merasakan cubitan keras di paha kanannya. Dicky sudah siap marah, tetapi bibirnya langsung bungkam hanya karena melihat ekspresi mengancam Yosefin.

George mendengus. "Udah gue bilang kalau lo mau liburan mending berdua aja di dalam kamar rumah. Percuma pergi ke Lombok endingnya tetep di kamar."

"Wah.. belum tahu dia," Dicky menatap Jack penuh arti. "Kasih tahu, lah, gimana nikmatnya pelukan di atas ranjang sama istri sendiri. Apalagi pas morning service, duh, mantap–aduh!"

Dicky kembali terkejut saat Yosefin sengaja menyipratkan air tepat mengenai wajahnya. Wajah Yosefin sudah merah padam, malu hanya karena mendengar ucapan memalukan suaminya itu. Apalagi di depan dua gadis muda yang kini terlihat canggung.

Yutubir [END]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant