My Magic : (Extra Part) II

2.4K 194 88
                                        

-

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

-

2. Kematian dan Penguntit

Aku langsung menatap Madam Crocos. Yakin bahwa Madam Crocos pasti berpikiran sama denganku. Mustahil adanya pengguna sihir api sedangkan Dewa-nya saja sudah lenyap dari dunia Gelgonthes kecuali bahwa dia itu adalah Dewa itu sendiri.

"Crocos, aku yang akan menanganinya."

Segera aku berlari dan menariknya yang segera memberontak dan melepaskan cengkeramanku dari tangannya.

"Kau ini kenapa?" tanyanya.

Aku langsung menatapnya dan sedikit membungkuk, "Ah, maaf. Aku Loxel. Aku yang akan melayani bagi siapa yang sudah memiliki sihir. Jadi, silahkan ikuti aku." Kataku seraya menarik tangannya keluar dari Panti Asuhan.

Namun, saat kakiku menginjak rerumputan sekitar Panti Asuhan, aku merasakan sesuatu melesat dengan cepat yang arahnya berasal dari belakangku dan melesat nyaris mengenai pipi kananku membuat mataku terbelalak saat melihat sebuah batu kini hancur di atas rerumputan karena kekuatan besar yang melempar batu itu.

Lalu, aku mendengar bunyi ranting patah dan segera mataku mengarah ke tempat bunyi itu berasal. Di sana, di luar portal Afragis, di balik pohon rimbun, aku melihat sosok hitam berjubah yang bersembunyi dari balik pohon dan ia segera berlari masuk ke dalam hutan. Aku langsung mengejarnya dan meninggalkan Zero di tempat.

Aku harus menemukan orang yang nyaris membunuhku dan Zero. Beruntung saja, batu itu tak mengenaiku dan Zero. Kalau aku menangkapnya pasti akan aku siksa sebelum ia mati. Namun, hasilnya nihil, aku malah kehilangan jejaknya. Ia begitu cepat berlari dan menghilang dalam sekejap. Padahal aku mengejarnya dengan kekuatanku. Aku menghela napas dan mengusap keringatku karena terpaan sinar mentari yang masuk melalui celah-celah daun di sekitar pepohonan yang rimbun.

Aku kembali berjalan keluar dari hutan ini dengan lesunya dan melihat Zero yang kini berdiam di tempat dengan tatapan bingung ke arahku.

"Kau tak apa-apa?" tanyaku.

"Aku baik-baik saja."

Aku hanya bisa menghela napas dengan lega, "Syukurlah, kalau begitu. Ayo!" Kataku seraya menyeretnya untuk melanjutkan perjalanan menuju castle.

Aku dan Zero masuk ke dalam castle yang mana di lorong aku sudah disambut dengan tatapan bingung dari semua orang yang berada di lorong istana ini.

Aku mengabaikan bisik-bisik yang mendesing di sekitarku, tujuanku hanya satu, yaitu pergi ke ruangan Fravel. Yakin, bahwa ini akan menjadi berita paling bersejarah dan menghebohkan. Tentu saja, bagaimana bisa adanya keturunan Dewa Triton sedangkan keturunan sebelumnya dan Dewa itu sendiri sudah lenyap. Kami tiba di depan ruangan Fravel. Tetapi, aku menghentikan langkahku dan berbalik menghadapnya.

My MagicWhere stories live. Discover now