Lima : Guine's Thunder Class

7.1K 697 23
                                        

Aku terlonjak kaget, dan langsung menyumpah orang yang mengagetkanku. Aku berbalik, dan betapa ngerinya wajahku kali ini, ketika melihat Callisto yang kini menyandarkan punggunguna di batang pohon. Aku yang melihatnya langsung menjaga jarak sembari melontarkan sorotan tajam ke arahnya.

"Apa yang kaulakukan? Dan kenapa kau bisa ada di sini? Berkeliaran malam-malam di tempat ini?"

"Seharusnya aku yang menanyakan hal itu, bodoh! Aku disuruh oleh Pak Belbel untuk membawa beberapa tanaman untuk percobaan kelas yang akan kami lakukan nantinya. Nah, lalu kau kenapa di sini?"

Aku masih menatap tajam ke arahnya, "Aku melihat sekelebat bayangan---"

"Dan nyaris membunuh hewan peliharaanku?"

"Membu---APA? Hewan peliharaan?" tanyaku, terbelalak.

Callisto mengangguk. "Itu hewanku, setiap orang yang masuk Asrama Api akan mendapatkan hewan peliharaan seperti Nickkel yang akan membantumu kalau kau tengah kesulitan. Kupikir, kau akan bertahun-tahun berada di Panti Asuhan, menunggu sihirmu tanpa kepastian yang jelas untuk keluar. Dan tak kusangka, hari ini juga kau langsung mengeluarkan sihirmu di saat kau pertama kali masuk dunia ini. Luar biasa!"

Aku tidak suka nada suaranya yang memberiku pujian. Entah kenapa, aku ingin sekali menonjok wajahnya, tetapi, tunggu!

"Aku punya sihir? Hahaha, itu mustahil!"

"Ya ampun! Kau tidak melihat apa yang terjadi? Lihatlah!" Dia menunjuk bola bercahaya yang sekarang terkapar gosong di rerumputan. "Kau nyaris menjadikannya ayam bakar sungguhan! Itu karena sihirmu! Sihir Petirmu!"

Aku terbelalak, lalu teringat ucapan Deimos mengenai sihir seseorang akan keluar, dan terdapat simbol di tangannya. Aku melihat tangan kananku, dan terdapat simbol petir di tengah-tengahnya. Hal ini membuatku terlonjak kaget.

"Kau payah, sebegitu kagetnya sampai seperti melompat ingin bunuh diri."

"Diamlah!" Aku menatap tidak suka padanya.

Callisto berjalan mendekat, hal itu membuatku waspada, dan ternyata ia berjalan untuk mengambil hewan peliharaannya dan berseringai menghina padaku. Ia berbalik dan berjalan meninggalkanku.

"Dasar bodoh!" Gumamku.

"Siapa namamu?" tanya Callisto yang berhenti melangkah, ia bertanya tanpa menoleh sedikitpun padaku.

Aku tidak mau menjawabnya, tetapi ... mengingat aku sudah nyaris saja membakar hewan peliharaannya, maka aku langsung membuka mulutku. "Loxel!"

"Loxel," dia berbalik dan melempar sesuatu ke arahku, entah datangnya darimana refleksku ini, membuatku menengadah dan bersiap untuk meletakkan sesuatu yang dilemparnya, dan ternyata adalah sebuah boneka kelinci putih yang sangat imut. Kepalanya besar, bermata hitam, dan mulutnya berupa jahitan, tubuhnya kurus, karena aku sekarang ini memegang tubuh dan tangannya, memakai sebuah gaun bunga-bunga berwarna hijau tua sampai menutupi seluruh tubuhnya kecuali kaki bulatnya.

"Kalau tidak suka, buanglah! Lagipula aku menemukannya ketika tengah bersih-bersih," lalu Callisto menjauh dari hadapanku.

Aku hanya mengernyitkan alisku, ketika melihat di belakangnya terdapat jepitan hitam. Aku mengangkat kepalaku, dan berjalan kembali menuju Panti Asuhan.

Aku masuk ke ruangan makan, dan tersentak kaget ketika Fione langsung memelukku. "Ada apa ini?"

"Kami pikir terjadi sesuatu padamu?" Aku awalnya bingung dengan kata 'kami' lalu mengangguk paham ketika Ketto sudah berada di hadapanku.

"Aku melihat sekelebat bayangan!" Ucapku pada Fione.

"Bayangan?"

Aku mengangguk bersemangat, "Dan lihatlah ini!" Aku memamerkan tanganku padanya, dan sontak Fione langsung membulatkan matanya sempurna.

My MagicOnde histórias criam vida. Descubra agora