7 | Jangan Pergi

2K 296 47
                                    

Mansion megah itu terlihat cukup ramai, mayoritas tamu berasal dari kalangan kerabat dan saudara terdekat. Sang empunya rumah masih belum menunjukkan batang hidungnya sampai saat ini, yang menyambut para tamu malah sang adik.

Ruang tamu megah nan mewah itu seketika terasa sesak, Kayra dibantu dengan bi Ina serta ART lainnya terlihat cukup sibuk menyajikan makanan serta minuman untuk tamu yang datang. Ketika Kayra hendak berjalan menuju dapur tiba-tiba lengannya ditarik dari arah samping.

"Dayra mana? Kenapa tadi malem nggak pulang kerumah?"

Kayra yang ditarik dengan tiba-tiba sontak menoleh kearah Abian dengan perasaan jengkel. "Ih sakit ka Abian! Sabar dulu dong," seru Kayra seraya melepaskan lengannya yang ditahan oleh Abian.

"Yaudah jawab, kakak lo mana?"

Kayra memajukkan bibirnya kearah depan. "Iyah iya! Ka Dayra dikamarnya, nah ter-

Tanpa menunggu Kayra menyempurnakan kalimatnya, Abian langsung melesat kearah kamar Dayra, Kayra mendecak pelan melihat kelakuan Abian. "Anjir!"

Lupakan tentang sifat Abian yang menyebalkan, Kayra langsung saja mengambil beberapa barang yang tadi ia butuhkan dan melesat pergi keruang tamu. Dipojok dekat pintu masuk terlihat para sahabat Dayra sedang berkumpul, Kayra langsung saja menghampirinya.

Ketika Zara sedang melihat keadaan sekitar niat hati hendak mencari Dayra, dari arah ujung sana ia melihat Kayra hendak melangkahkan kaki kearah tempat duduknya, Zara tersenyum tenang.

Tanpa rasa canggung Kayra langsung gabung bersama para sahabat kakaknya, "Hai ka, gimana kabar?" sapa Kayra ramah kemudian menyalami mereka satu persatu.

Sheila mengusap air matanya serta ingusnya dengan cepat dan langsung saja menyambar Kayra kemudian mencuri pelukkan darinya. "Sabar yaa kay, gue ngerasain kok gimana rasanya kehilangan. Apalagi kehilangan orang tua yang menjadi tempat sandaran utama kita," lirih Sheila ditengah isak tangisnya.

Senyuman manis Kayra bertengger indah diwajahnya yang cantik, "Hmm iyah ka, aku sama ka Dayra juga lagi berusaha untuk mengikhlaskan walau ya gitu, sulit hehe,"

Satu pelukkan berhasil bergabung diantara Kayra dan Sheila, "Huaaaaaaa rasanya gue pengen nangis kejer aja jadinya anjirrr hikss hikss," jerit Zara tak kalah heboh.

"Thanks ya ka," saut Kayra lemah.

Melihat Zara yang tiba-tiba menangis dan ikut berpelukkan membuat Naura meringis pelan, bukannya Naura tidak sedih dengan keadaan mereka, tapi sifat Naura seperti itu. Selalu terlihat tegar diluar padahal rapuh didalam, Naura hanya berharap setelahnya mereka segera dilimpahi berbagai kebahagiaan yang bertubi-tubi.

Ketika Kayra sedang berbagi suka duka dengan sahabat-sahabat kakaknya, tanpa mereka sadari diujung sana tepatnya dibawah tangga menuju lantai dua mansion megah ini berdirilah sesorang dengan baju hitam lengkap dengan penutup wajah. Sosok misterius itu ternyata tengah mengepalkan tangan dengan cukup keras sepertinya tengah menahan amarah.

"Masih bisa ketawa ya? hmm oke," gumamnya pelan.

-----------------------

Sudah hampir satu jam Abian berada dikamar itu, melihat apa yang tengah Dayra lakukan, lebih tepatnya menunggu Dayra berbicara. Abian tidak mengerti kenapa dirinya sekhawatir ini pada Dayra, melihat sikapnya yang selama ini tidak menganggap kehadiran Dayra dan secara tiba-tiba malah sebaliknya, semua orang yang melihat ini pasti tidak akan percaya.

Abian jengah, tidak mungkin dia hanya menjadi patung pajangan saja disini bukan? Dengan segenap keberanian akhirnya ia pun sedikit menurunkan egonya, dan memulai percakapan.

ABIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang