3 | Mari Berteman?

1.5K 354 134
                                    

Pemandangan sore jika dilihat dari pinggir pantai memang sangat indah, apalagi jika mendekati waktu sunset. Pasti mayoritas orang akan berbondong-bondong untuk mengabadikan moment tersebut.

Namun, sepertinya sunset pada sore hari ini sedikit murung. Seperti salah satu pengunjungnya, Dayra.

Linang air mata yang tadinya hanya menggenang di netra Dayra langsung jatuh begitu saja saat gadis itu mengedipkan mata.

"Gue nanya sama lo, Ra!" bentak Abian dengan nada suara satu oktaf lebih tinggi dari sebelumnya.

Kejadian tadi pagi masih terus berputar didalam ingatannya. Dayra mematung. Merasakan sakit dihatinya karena dihunjam oleh peluru pemberian suaminya, sekalipun itu hanya berbentuk ucapan.

"Hai," sapa seseorang dari arah samping,

Gadis cantik itu masih terdiam, tidak sadar bahwa kini ada seseorang yang tengah menatap wajahnya lekat-lekat.

"Ekhem, hai." ulangnya kemudian.

"Eh? Eh iya hai juga." respon Dayra singkat, seraya merapihkan anak rambutnya yang sedikit berantakan serta mengusap wajahnya pelan guna menghilangkan jejak air mata.

"Salken yaa, nama gue Farel. Farel Bramasta," ujar pria tersebut sambil tersenyum manis kemudian mengulurkan tangannya kearah Dayra.

Dayra tersenyum canggung.

"Iya salken juga, gue Dayra." balas Dayra seraya menerima jabat tangan dari pria dihadapannya.

"Eum, gue ngga harus ngenalin diri pake nama panjang juga kan?" lanjut Dayra kemudian.

Pria bernama Farel itu tergelak. "Haha, bisa aja lo,"

Dayra hanya tersenyum menanggapinya.

"Biasanya gue kesini kalo lagi sedih," kata Farel membuka percakapan dengan nada santai.

Dayra spontan bertanya, "Oh jadi sekarang lo lagi sedih?"

Mendengar hal itu membuat Farel tersenyum kemudian mengangguk pelan.

"Kita sama dong berarti, gue juga lagi sedih,"

Farel memutar tubuhnya sedikit kearah samping. Mengarahkan pandangannya kearah Dayra, "Gak perlu cerita lo sedih kenapa, yang per-

"Dih pede banget si lo? Siapa juga yang mau cerita?" protes Dayra diiringi sedikit tawa.

Farel terkekeh pelan melihat kelakuan gadis cantik yang baru dijumpainya beberapa menit silam.

Dengan posisi yang belum berubah, Farel pun memberanikan diri untuk bertanya, "Lo mau jadi temen gue?"

Dayra tersenyum. Kemudian menganggukan kepalanya pelan, "Boleh dicoba."

--------------------------

Setelah obrolan tadi sore, Dayra dan Farel tidak langsung pulang tentunya. Farel mengajak gadis itu untuk berjalan-jalan bahkan membeli beberapa pakaian serta makanan.

Farel adalah sosok pribadi yang cukup menyenangkan dan juga sopan, maka dari itu Dayra langsung pas mengobrol dengannya.

Jika dibandingkan dengan Abian? Sungguh jauh berbeda. Padahal Farel dan Dayra baru saja kenal. Namun interaksi yang dilakukan keduanya tidak mengatakan demikian.

"Farel, udah ayo pulang. Lagian ngapain si lo tiba-tiba ngeborong dagangan orang," protes Dayra.

"Gue pegel nih," lanjutnya kemudian.

Farel menoleh kearah belakang kemudian tersenyum nakal. "Ah, lo ngasih kode biar gue gendong kan?"

Mendengar Farel mengatakan hal itu membuat emosi Dayra tersulut.

ABIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang