22. Fakta (?)

1.5K 163 22
                                    

Pagi ini, Zahra memutuskan untuk berangkat sekolah lebih awal dari biasanya karena ia ingin menghindar dari Raga. Kejadian semalam membuatnya benar-benar ingin sekali membenci Raga. Tetapi ia heran, mengapa ia tak bisa sedikitpun untuk membenci cowok itu.

Zahra sebenarnya menyesal karena semalam ia jujur tentang perasaannya kepada Raga. Ia terlalu terbawa suasana hingga ia menumpahkan segala isi hatinya. Dan berakhir seperti inilah, lagi-lagi ia merasa seperti dipermainkan oleh Raga.

Sepertinya Zahra datang terlalu pagi hari ini. Karena sekolah masih sepi. Di kelasnya pun, hanya dia yang sudah datang. Tapi Zahra tak masalah karena dia berhasil menghindar dari Raga hari ini.

Beberapa menit kemudian, Zahra melihat Raga yang baru datang. Zahra merasa jika Raga akan menghampirinya. Zahra menunduk dan pura-pura membaca buku agar tak dihampiri oleh cowok itu.

"Ra, kenapa berangkat duluan?" Tanya Raga. Benar dugaan Zahra, Raga pasti menghampirinya untuk menanyakan hal ini. Zahra benar-benar malas dengan cowok yang ada di depannya ini.

"Gak papa" Jawab Zahra singkat.

"Kamu marah sama aku?" Tanya Raga.

"Gak" Lagi-lagi Zahra hanya menjawab singkat.

"Raa, aku tau kamu marah" Ujar Raga.

"Terus? Ngapain tanya" Ujar Zahra.

Raga terkekeh. Melihat raut muka Zahra yang marah, ia menjadi gemas. Raut mukanya sungguh sangat lucu menurutnya.

"Gak ada yang lucu. Ngapain ketawa" Ujar Zahra masih dengan nada ketusnya.

"Kamu makin cantik kalo lagi marah"

Blushh... Muka Zahra memerah seperti kepiting rebus. Ia menunduk untuk menyembunyikan rasa gugupnya. Jantungnya berdetak kencang.

"Kenapa nunduk sih?" Ujar Raga lalu memegang dagu Zahra dan menariknya agar Zahra tak lagi menunduk.

"Nyebelinnn" Ujar Zahra sebal.

Lagi-lagi Raga terkekeh. Melihat muka Zahra seperti ini, ia jadi ingin melahapnya. Gemas sekali.

"Maaf ya, kemarin aku ada urusan yang bener-bener penting" Ujar Raga.

"Sepenting apa?" Tanya Zahra.

Raga mengerutkan keningnya. "Kamu gak perlu tau" Jawab Raga.

"Kenapa?" Tanya Zahra.

"Ini urusan pribadi aku" Ujar Raga.
Zahra hanya mengangguk mengerti.

Waktu istirahat telah tiba, seperti biasanya Zahra bersama dengan Rania, Nadien, dan Tasya akan ke kantin untuk mengisi perutnya.
Saat mereka sedang asyik menikmati makanannya, tiba-tiba Raga bersama teman-temannya datang menghampiri meja keempat cewek itu.

"Haiii gaes , kita boleh kan gabung disini?" Tanya Fikri menyapa keempat cewek itu.

"Kagak!" Tolak Tasya cepat.

"Gue gak nanya lo. Geer amat sih" Ujar Fikri sewot."

"Udah ah duduk aja yok" Ujar Ardan kemudian langsung mengambil kursi yang berada di sebelah Nadien.

"Alah modus lo, Dan. Dasar fakboi" Ujar Reihan terkekeh, lalu ia mengambil tempat yang ada disebelah Rania. Sedangkan Raga sudah pasti ada di sebelah Zahra, kalau Fikri? Kalian tau sendiri dia pasti ada di sebelah siapa.

"Udah ah diem lo" Ujar Ardan memperingati.

"Makin hari lo makin cantik aja sih, Nad" Ujar Ardan mulai menggombal kepada Nadien. Sebenarnya Nadien tak seberapa minat dengan gombalan Ardan. Tetapi akhir-akhir ini debaran jantungnya sangat cepat ketika Ardan mendekatinya bahkan saat Ardan mencoba menggombal seperti sekarang ini.

ZAHRAGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang