3. Dihukum

3.4K 408 198
                                    

Tak terasa, Zahra dan teman-temannya yang lain sudah 2 minggu ada di sekolah barunya. Ia juga sudah mulai mengenal karakter teman-teman sekelasnya, mulai dari si pembuat rusuh, si ratu gosip, si pinter, dan lain-lain. Kalau tanya kebiasaan Zahra sendiri, ia adalah tukang telat.

"Selamat pagi anak-anak" Sapa Bu Arina dengan sumringah pada pagi ini dan siap mengajar matematika di kelas Zahra.

"Pagiiii buu" Jawab murid sekelas serempak.

"Minggu lalu ibu beri penugasan di buku kalian halaman 70-72 kan? Sekarang kumpulkan di meja" Ujar Bu Arina.

"Hah? Ada tugas apaan woi?" Tanya Raga yang kebingungan karena menurutnya hari ini tidak ada tugas apapun.

"Matematika bego. Lo kagak ngerjain apa?" Tanya Reihan menjitak kepala Raga.

"Aduhh, sakit pea. Gue gak tau ada tugas apaan, gila dah" Raga mengacak rambutnya frustasi.

"Lo kenapa gak tanya gue, Ga. Kan gue bisa kasih contekan sama lo kalo lo belum ngerjain tugas Bu Arina" Sahut Karin di meja seberang. Karin adalah teman Raga sejak SD, bahkan mereka adalah tetangga. Jadi Karin sudah mengenal Raga sejak kecil.

"Gue kagak tau kalo ada tugas. Kalo tau juga gue udah cari contekan" Balas Raga malas.

"Karena semua sudah mengumpulkan tugas, maka saya akan koreksi dulu jawaban kalian. Jangan ramai" Ujar Bu Arina lalu berjalan menuju mejanya dan mulai membuka buku tulis siswanya.

"Raga Pratama Setiawan dan Azzahra Paramita Rafardhana, mana tugas kalian? Mengapa disini tidak ada buku kalian" Bu Arina bangkit dari duduknya dan mulai mengabsen siapa yang tidak mengumpulkan tugas.

"Zahra belum dat..."
"Selamat pagi bu" Ujar cewek yang tiba-tiba datang didepan kelas dengan nafas yang terengah-engah seperti usai lomba marathon.

"Zahra, kenapa kamu baru sampai di sekolah?" Tanya Bu Arina kemudian beralih melihat jam tangannya. "Ini sudah 40 menit lebih bel berbunyi dan kamu baru datang?" Tanyanya lagi.

"Ma...af bu.. Tadi ada masalah di jalan. Mobil saya mogok bu, makanya saya lari dari bengkel kesini. Jadi te..lat deh" Jelas Zahra yang masih mengatur nafasnya yang tersengal-sengal.

"Zahra, kamu saya hitung terlambat dan tidak mengerjakan tugas, sama seperti Raga, sebagai gantinya kalian berdua saya hukum" Ujar Bu Arina dengan tegas.

"Hah? Ibu nggak kasian sama saya? Saya baru sampai loh bu. Saya juga udah ngerjakan tugas kok" Ujar Zahra mencoba untuk negosiasi dengan gurunya itu.

"Tidak, Zahra. Kamu tetap saya hukum dengan Raga. Kalian berdua silahkan berdiri di depan tiang bendera dan hormat sampai jam pelajaran saya selesai" Perintah Bu Arina. Jika sudah seperti itu maka tak berani ada yang membantah bu Arina, mengingat guru itu adalah salah satu guru yang paling ditakuti murid satu sekolah ini.

Dengan langkah gontai, Zahra mengikuti perintah gurunya, begitu pula Raga. Ia segera bangkit dan keluar menuju tiang bendera. Menurut Zahra hari ini adalah hari tersial dalam hidupnya. Karena kakaknya yang meninggalkannya maka ia terpaksa untuk bawa mobil sendiri, ternyata mobilnya mogok ditengah jalan dan sesampainya di sekolah, ia dihukum oleh Bu Arina. Parahnya lagi, ia dihukum bersama orang yang sangat ia benci. Sungguh lengkap sudah penderitaannya hari ini.

Selama menjalani hukuman, tak ada yang memulai pembicaraan baik dari Raga maupun Zahra. Mereka sama-sama memilih bungkam. Kepala Zahra mulai berkunang-kunang karena berada dibawah terik matahari, mengingat hari ini ia juga belum sempat sarapan, tenaga yang ia miliki sudah terkuras karena harus berlari dari bengkel menuju sekolahnya yang berjarak lumayan jauh itu.

"Ternyata cewek kaya lo bisa telat dan berujung dihukum juga. Gue kira cowok doang yang bakal kena hukum" Raga memulai pembicaraan. Zahra hanya meliriknya sekilas.

ZAHRAGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang