CHAPTER 35

824 67 0
                                    

NATHANIEL'S POV

Aku masuk ke dalam kamar Abby berusaha menampilkan semua ekspresi kecuali sedih. Aku tidak boleh menampilakannya demi Abby. Aku harus menjadi kuat.  "Apakah ayahmu habis menangis? Aku melihat matanya yang memerah dan dia melakukan sesuatu yang sangat aneh," ucapku tanpa menatap Abby.

"Apakah dia memelukmu?"

"Ya... jika dia bukan ayahmu, aku akan mengira dia menyukaiku.."

"Nate, tentu saja ayahku menyukaimu."

"Ha... Tentu saja semua orang menyukai Nathaniel Allen!" ucapku, berusaha agar suaraku tidak bergetar.

Aku bisa merasakan Abby menatapku dengan tatapan bertanya, berusaha membaca emosiku. Aku bisa mengetahui kalau Abby sudah menyadari kenahan perilakuku yang tidak seperti biasanya. "Nate tatap mataku!" pintanya kepadaku.

"Apakah kau sudah selesai membereskan semua bajumu?" tanyaku tidak mengindahkan perintahnya. Aku tidak bisa menatap wajah Abby. Aku tidak tahu apakah pertahananku bisa kuat saat aku menatap wajahnya.

"Nate!"

"Mungkin aku akan kembali besok pagi saja untuk mengantarmu. Hari ini kau perlu untuk beristirahat," ucapku ingin segera keluar dari ruangan ini. Aku tidak ingin Abby melihatku menangis. Aku tidak ingin menjadi lemah di depannya.

"Nate, jika kau merasa lelah. Tidak apa untuk menangis," ucap Abby lembut. "Kumohon, aku ingin kau memperlihatkan kelemahanmu di depanku. Kau tidak perlu untuk selalu menjadi kuat."

"Aku ingin pergi dari tempat ini," ucapku akhirnya menatap Abby.

"Why?"

"Karena aku tidak ingin mendengar permintaan terakhirmu seperti yang kau lakukan kepada ayahmu, Abby. Aku tidak ingin kau menyuruhku untuk mencari pendamping lain atau apa pun itu," ucapku dengan suara serak.

"Bagaimana kau tahu?"

"Apa lagi yang bisa membuat seorang pria kuat seperti Mr Summer menampilkan wajah seperti itu kecuali, jika dia mendengarkan permintaan terakhir dari seseorang yang dicintainya."

"Maafkan aku Nate," ucap Abby dengan sedih. "Karena kau harus bertemu dengan seseorang sepertiku."

Aku segera menghampiri kasurnya dan memeluknya. "Tidak ada hal yang kusesali di setiap pertemuan kita. Tidak ada."

Aku merasakan bajuku mulai basah. "Aku merasa menjadi seseorang yang egois. Aku membuatmu mencintakui. Kau memberikanku banyak kebahagiaan dan kenangan, tapi aku tidak bisa membuatmu bahagia. Aku hanya membuatmu khawatir dan sedih."

"Aku selalu bahagia saat kau berada di sampingku."

"Tapi, sekarang kau ingin kabur karena kau merasa sedih," ucap Abby dengan suara tersedak. Aku tidak bisa menjawab tuduhannya, karena aku memang bodoh. Selalu berusaha  untuk kabur saat ada sesuatu yang membuatku tidak nyaman. "Tenang saja, aku tidak akan menyuruhmu untuk menikahi wanita lain jika aku tidak selamat dari operasi ini karena aku tidaklah sebaik itu."

"Abby..." Aku merasakan seperti ada seseorang yang meremas jantungku saat mendengarkan kalimat terakhir Abby. "Kumohon... jangan katakana hal itu lagi. Aku.. tidak senang mendengarnya."

"Oke.. oke.. maafkan aku," ucapnya melepaskan pelukan kami. "Kau akan menemaniku sepanjang malam ini, bukan?"

"Tapi, kita tidak tidak akan melakukan apa pun mala mini!" ucapku memperingati wajah Abby yang tampak menggerutu. "Abby, kau harus menjaga fisikmu untuk kemoterapi kau harus kuat."

"Ya.. ya. Kau membuatku merasa seperti seseorang yang memiliki libido tinggi, Nate!" gerutunya pelan. "HA! Aku tidak menyangka seorang Nathaniel Allen akan menolak seks. Maddy pasti terkejut saat mendengarnya."

7Promises (FINISH)Where stories live. Discover now