CHAPTER 9

22.4K 1.3K 18
                                    

DANIEL DAVIS>>>

...........................................................................................

Paris dan Italia.

Tentu saja, aku tidak terkejut dengan negara pilihannya. Aku sudah membaca buku diarynya dan dua kota itu merupakan 'top visit' Abby. Paris, tentu saja pilihan setiap wanita. Kota romansa, apapun itu. Menggelikan. Sampai sekarang aku masih tidak dapat mengetahui alasan yang masuk akal mengapa setiap wanita ingin pergi ke Paris?

Seseorang mengetuk pintu rumahku, aku membuka pintu dan melihat Cam juga Daniel berada di depanku dengan wajah 'What the hell just happened?'

Kemarin siang, setelah Daniel menggeretku keluar dari rumah Maddy, aku segera kabur dengan alasan kalau dad membutuhkanku di bengkel. Lalu, pada malamnya dia terus menerus meneleponku tanpa henti tapi aku tidak berniat untuk mengangkatnya. Oke, aku hanya membalas pesan dari Abby – thank you Dani karena telah memberiku nomor perempuan itu. Aku sedikit terkejut ketika mendapatkan pesan dari Abby, bukannya aku tidak senang loh – aku malah bersyukur karena bisa mendapatakan nomer handphone Abby tanpa harus menggoda seseorang pun. Aku menggelengkan kepalaku ketika mengingat kejadiaan saat aku harus berurusan dengan Miss Lim agar mendapatkan nomer Maddy untuk Daniel. Untunglah aku tidak perlu mengalami hal serupa.

"Apakah mataku tidak salah melihat? Kau memberiku email yang menyatakan kalau nama pendampingmu adalah Abigail Summer?" jerit Cam bersamaan dengan perkataan Daniel.

"Apa kau gila? Kau melakukan sex dengan sahabat karib, Maddy. Perempuan itu sudah bersiap – siap akan membunuhmu jika sampai kau menampakkan wajahmu di rumahnya!" ujar Daniel tampak jengkel.

"Oke, gantlement!" ujarku mengangkat kedua tanganku, memberi mereka tanda agar mereka segera menutup mlutnya. "Kalian bisa duduk di sofa dan dengarkan aku menceritakan semuanya." Aku menahan tawa ketika mereka berdua mengikuti perintahku dan duduk di sofa dengan patuh. "Dengarkan baik – baik ceritaku karena aku tidak akan mengulangi lagi dan mohon tahan bibir sexy kalian berdua saat kalian ingin mengajukan pertanyaan karena aku akan membuka sesi tanya jawab di akhir ceriaku. Setuju?"

Mereka berdua mengangguk, mematuhi perkataanku. Aku berusaha menahan tawa melihat dua orang yang sudah menatapku dengan tidak sabar. Rasa penasaran ternyata mampu membuat mereka mematuhi semua perkataanku. Mungkin, aku harus lebih banyak memberi mereka kejutan agar mereka bisa tunduk kepadaku.

"Hei, Nate!" teriak sebuah suara langsung menerobos kamarku tanpa mengucapkan salam pembuka. "Apakah benar yang kudengar dari Dani kalau kau akhirnya jatuh cinta kepada salah satu perempuan one night standmu?"

"Halo, Aiden," ujarku menyapa temanku satu lagi. "Silahkan kau juga duduk disini untuk mendengarkan dongeng dari Daddy Nate."

"Mengapa Dani bisa menghubungimu?" tanya Cam kepada Aiden dengan curiga.

Aiden duduk di sebela Cam dan menggelengkan kepalanya. "Aku datang ke apartemenmu tapi Dani mengatakan kalau kau sedang tidak ada karena kau ingin memastikan hubungan percintaan Nate yang bisa dimasukkan dalam katagori tujuh keajaiban cinta. Dan Dani menceritakan semuanya dengan sedetail – detailnya."

Aku memutar bola mataku ketika mendengar kebohongan yang kulontarkan kepada Cam dan Dani. Mungkin, seharusnya aku berterus terang – dan Magdalena Autumn akan segera mengulitimu seperti pejagal yang menguliti sapi. Aku menggelengkan kepalaku dengan ngeri. "Sampaikan rasa terima kasihku yang terdalam untuk mulut besar Dani!" ucapku sinis kepada Cam.

"Apa yang ingin kau bicarakan kepadaku, Aiden?" tanya Cam tidak menggubris perkataanku.

" Aku datang kesana untuk berdiskusi denganmu karena perusahaanku ingin mengakusisi dari Offshore Company."

7Promises (FINISH)Where stories live. Discover now