CHAPTER 16

16.8K 1K 6
                                    

ABIGAIL'S POV

Kami berdua menggunakan kereta cepat untuk pergi ke Venice, Nate mengatakan kalau dia mulai bosan dengan yang namanya pesawat terbang. Aku hanya tersenyum dan mensyukuri kalau Nate lebih memilih menggunakan transportasi lain. Tentu saja, Nate memilih tempat duduk VIP.

Sofa berwarna cokelat yang tampak sangat nyaman dengan karpet berwarna cokelat tua, membuatku tidak bisa merasa tidak nyaman. Belum sempat lima menit aku duduk, handphoneku berdering dan nama Maddy terpampang di layarku. Aku tersenyum sekilas kepada Nate yang duduk di hadapanku sambil berbisik kata Maddy.

"Oh, halo Maddy."

"Abby," ujar suara sahabatku tampak lega ketika mendengar suaraku. "John mencarimu dan mom sudah tidak bisa menahannya lagi." Selama ini, dad memang selalu menelepon Magda untuk memastikan keadaaanku dan jarang meneleponku atas permintaanku dengan alasan aku tidak ingin dad selalu mengangguku dengan teleponnya yang selalu mencemaskan keadaanku.

"Er... aku akan meneleponnya habis ini," ucapku pelan.

"Ya, cepatlah. Sebelum John beli tiket untuk penerbangan ke London," ujar Maddy dengan panik. "Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan dilakukannya kalau melihat kau tidak ada di sini."

Aku meringis ketika membayangkan perkataan Maddy. Dad adalah ayah paling protektif yang pernah kutemui. Tapi, aku tidak bisa menyalahkannya. Dia sudah pernah kehilangan mom dan kondisi tubuhku saat kecil juga tidaklah terlalu baik.

"Aku akan meneleponnya, segera!"

"Jangan lupa menggunakan nomor prifat, Abby!" guman Maddy. "Oo. Bagaimana perjalananmu dengan Nate? Apakah kalian sudah berbaikan? Daniel tidak mau menceritakan apa yang kau bicarakan dengannya kemarin malam!"

"Tentu saja dia tidak ingin membicarakannya," ucapku kepada Maddy.

"Apa kau tertarik dengan pacarku?" tanyanya dengan langsung kepadaku. "Mengapa tidak ada satu pun dari kalian yang ingin bercerita kepadaku tentang pembicaraan kemarin."

Aku memutar bola mataku mendengarkan komentar konyol sahabatku. "Beraninya kau menuduhku berbuat seperti itu kepada sahabatku sendiri!" gertakku kepadanya.

Tidak terdengar jawaban untuk beberapa detik. "Maafkan aku, seharusnya aku tidak mencurigaimu dan Daniel seperti itu. Daniel tampak sangat marah ketika aku menuduhnya seperti itu kemarin malam."

"Maddy, seriously! Jika kau terus menerus melakukan kesalahan itu, aku tidak akan kaget kalau Daniel akan segera meninggalkanmu!" pekikku pelan kepadanya terlalu terkejut mendengar pengakuannya. "Tidak ada pria yang akan senang jika perempuannya berperilaku posesif seperti gurita yang mengekangnya."

"Aku tahu!" ujarnya dengan suara tercekat. "Tapi, aku takut dia akan meninggalkanku karena aku menolak untuk melakukan...."

"Maddy, kita sudah membicarakan masalah ini dan kalian sudah sepakat akan melakukannya saat kau sudah siap!" ucapku dengan sinis. "Dan, dia mau menunggumu."

"Bagaimana kalau dia seperti mantan pacarku yang sialan itu?" ujarnya di sela tangisan. "Pria itu berkata akan menungguku tapi nyatanya dia malah berselingkuh di belakangku."

Hatiku sedikit melembut mendengar kekhawatiran Maddy. "Hei, aku merasakan kalau Daniel benar – benar peduli kepadamu, lagipula Magda juga terlihat setuju tentang hubunganmu dengan Daniel."

Maddy terdiam beberapa saat. "Sepertinya, aku harus meminta maaf kepada Daniel."

"Apakah kau sedang mengalami penyakit bulanan?" tanyaku berusaha mencari penyebab emosi Maddy yang naik turun.

7Promises (FINISH)Where stories live. Discover now