CHAPTER 14

16.4K 1.1K 14
                                    

CAMERON LEGROSS>>

....................................................................

ABIGAIL'S POV

"Apakah Daniel tidak memberitahumu jika kemunginan sahabatnya memiliki penyaikit biplar yang menyebabkan moodnya yang sering berubah?" tanyaku dengan marah kepada Maddy saat sahabatku itu baru mengangkat teleponku pada deringan ke tujuh.

"Er.... Halo juga Abby," ujarnya dengan nada bingung. "Sorry, aku tidak tahu tentang apakah Nate memiliki penyakit bipolar. Tapi, aku akan menyerahkan teleponku kepada sahabat masa kecil Nate yang mungkin tahu apa penyebab perubahan mood sahabat terbaiknya. kau bisa bertanya langsung padanya."

"Halo, Abby!" sapa Daniel dengan sopan.

"Apakah sahabatmu tidak memiliki penyakit bipolar sehingga moodnya sering berubah – ubah?" tanyaku dengan jengkel. Seharusnya, aku tidak boleh marah kepada Daniel karena ini semua bukan salah Daniel. Tapi, aku membutuhkan pelampiasan setelah seharian ini aku menjadi tempat pelampiasan Nate.

"Er... seingatku dia tidak memiliki penyakit apapun," ujar Daniel pelan. Lalu, dia tidak berbicara untuk satu menit penuh. "Apakah kalian bertengkar?" tanyanya dengan nada sungkan.

Ia sepertinya sedikit tidak enak untuk bertanya masalah pribadiku. Damn it! Bagaimana Maddy bisa seberuntung itu hingga mendapatkan pria seperti Daniel Davis. Bukan berarti aku ingin merebut pacar sahabatku karena Daniel sama sekali bukan tipeku. Tapi, semua perempuan pasti menatap Maddy dengan iri karena pacarnya adalah pria yang sangat gentlemen.

Aku berpikir sejenak. Sebenarnya, aku tidak terlalu suka bercerita masalah pribadiku dengan orang lain yang belum terlalu kukenal. Tapi, Daniel adalah sahabat Nate sejak kecil sehingga Daniel adalah satu – satunya kunciku untuk bisa mengetahui apa yang salah dengan sikap Nate hari ini.

"Kami bertengkar dan dia pergi entah kemana."

"Maaf, jika aku lancang," ujar Daniel dengan kalimat yang sangat sopan.

"What the hell?" teriak Maddy dengan bingung dari seberang telepon. "Sejak kapan kau menjadi seperti Cam? Kau tidak pernah berbicara sopan seperti itu bahkan saat kita baru pertama kali bertemu."

Aku nyengir membayangkan sahabatku yang berbicara dengan wajah jengkelnya. "Hei, Abby lebih tua daripada kita. Tentu saja, aku harus berbicara dengan sopan kepadanya! Oh, aku lupa mengatakan kalau mom memanggilmu tadi saat kau ke toilet" balas Daniel. "Abaikan saja perkataan Maddy. Bisakah kau menceritakannya dari awal?"

Aku segera menceritakan dari awal saat pertengkaran kami di restoran Budapest dan juga masalah di Chain Bridge. "Nah, aku bertanya kepadanya ada masalah apa karena aku melihat wajah jengkelnya setelah ia selesai berbicara dengan resepsionis dan dia malah membentakku. Sekarang, aku tidak tahu dia pergi kemana."

Daniel terdiam sesaat setelah mendengarkanku bercerita. "Kau membuatnya marah dua kali dalam waktu tiga hari."

"Hei, aku tidak pernah membuatnya marah. Tapi, dia yang selalu tiba – tiba meninggalkanku sendirian dengan moodnya yang gampang berubah. Sebentar dia tampak gembira dan tenang, lalu beberapa menit kemudiaan dia tampak marah," ujarku berusaha membela diriku setelah tuduhan dari Daniel.

"Kurasa kau membuatnya takut Abby," ujarnya tidak menggubris pembelaanku. "Selama ini Nate selalu menghindari pembicaraan serius mengenai dirinya. Maka dari itu, dia selalu membangun suasana tidak serius di sekelilingnya karena dia membenci hal itu."

"Aku tidak pernah berusaha untuk menceramahi..."

"Kau pasti menyentuh hatinya dengan perilaku atau perkataanmu tanpa kau sadari," ujar Daniel dengan serius. Aku terdiam sesaat berusaha meresapi perkataan Daniel. Aku menyentuh hati Nate? Aku hanya berbicara apa yang aku pikirkan dan aku tidak pernah berusaha menceramahinya tentang hidup yang dijalaninya. "Apakah Nate tidak pernah mengusirmu untuk kembali ke London?" tanya Daniel membangunkanku dari lamunanku.

7Promises (FINISH)Where stories live. Discover now