16. Surpriseee!!!

Start from the beginning
                                    

Chintya tertawa. "Gue emang gila, gila karena gue cinta sama lo, Radit" Ujarnya.
"Gue mau lo jawab sekarang juga atau cewek itu akan mati sekarang juga" Ujar Chintya menatap Radit dengan tatapan tajamnya.

"Oke, gue turutin apa mau lo" Jawab Radit. Ia tak mau ada korban karena keegoisannya. Lebih baik, ia menderita daripada orang yang sangat ia sayangi meninggalkannya.
Karena ancaman Chintya tidak pernah main-main apalagi jika sudah menyangkut Radit. Chintya akan terus berbuat nekat demi mendapatkan Radit kembali.

"Pilihan yang cerdas. Gue mau, lo gak boleh dekat sama siapapun itu. Kalau gue lihat sekali aja lo deket sama cewek apalagi cewek itu, gue gak akan segan-segan bunuh dia" Ancam Chintya. "Oke kalau gitu, gue pulang sekarang, dah sayang" Ujar Chintya lalu ia masuk ke mobilnya dan menjalankannya menjauhi sekolah Radit.

Radit menjambak rambutnya frustasi. Selalu saja ia terjebak dengan ancaman yang dibuat oleh Chintya. Radit ingin melawan, tapi tak pernah bisa, dan yang bisa ia perbuat hanya mengalah dan menuruti semua kemauan cewek berhati iblis itu.

Bisa-bisanya ia disukai oleh cewek semacam Chintya, daripada begitu, mending Radit tak disukai oleh siapapun karena hidupnya akan lebih baik daripada ia seperti ini.

*****

Raga baru saja selesai mandi, kemudian ia akan makan malam terlebih dahulu lalu ia segera merebahkan tubuhnya di kasur.
Raga menuruni tangga untuk menuju ke ruang makan. Saat ia berjalan, ponsel yang ada di saku celananya berbunyi. Raga melihat nama yang tertera disana. Ternyata telfon dari Fikri.

"Hallooo" Raga menempelkan ponselnya di telinganya.

"Ga, gawat. Gawat banget, Ga" Ujar Fikri dengan paniknya.

"Gawat apasih lo? Ngomong yang jelas" Ujar Raga.

"Zahra, Ga, Zahraa" Ujar Fikri. Raut muka Raga berubah saat Fikri menyebut nama gadis itu, ada apa lagi dengan gadis itu.

"Zahra kenapa?" Tanya Raga yang saat ini sudah sangat khawatir.

"Zahra kecelakaan" Ujar Fikri. Tubuh Raga melemas, ia langsung terduduk di anak tangga yang ada di rumahnya. Kakinya sudah tak kuat lagi menahan tubuhnya.
"Gue sekarang ada di depan rumah lo. Lo cepet keluar dan gue anter ke rumah sakit tempat Zahra dirawat sekarang juga" Ujar Fikri.

Tanpa menjawab perkataan Fikri, Raga segera berdiri, ia harus kuat malam ini dan ia harus segera menemui Zahra sekarang. Raga segera keluar rumah dengan pakaian seadanya. Ia hanya memakai kaos polos berwarna putih dan celana pendek selutut  berwarna hitam. Ia segera berlari keluar rumah. Raga melihat mobil Fikri sudah berada di depan rumahnya. Dengan langkah cepat, Raga membuka mobil Fikri dan menyuruh Fikri untuk segera menjalankan mobilnya.

Fikri memarkirkan mobilnya di salah satu cafe yang ada disana. Fikri melepas seat beltnya.

"Fik, lo gila?" Ujar Raga.

"Apasih, Ga?" Ujar Fikri yang masih tak mengerti maksud Raga.

"Lo ngapain ngajak gue ke cafe bego, Zahra ada di rumah sakit sekarang. Anterin gue kesana" Ujar Raga.

"Lo turun dulu. Gue mau makan, laper" Ujar Fikri.

"Gak. Mending gue berangkat sendiri. Mana sini kunci mobil lo" Ujar Raga mengulurkan tangannya untuk meminta kunci mobil ke Fikri.

"Gak. Lo harus ikut gue. Lo juga gak tau kan dimana rumah sakit Zahra? Sekarang lo turun. Ikutin mau gue" Ujar Fikri. Raga mendengus kesal, disaat-saat seperti ini, Fikri masih bisa saja memikirkan perutnya yang lapar. Sedangkan pikiran Raga sudah tak tenang mengenai keadaan Zahra.

"Lo cepetan ya makannya. Kasian Zahra" Ujar Raga.

"Iya bawel amat sih kaya ibu-ibu arisan di komplek rumah gue" Balas Fikri. Raga hanya memutar bola matanya malas. Kemudian, Raga mengikuti Fikri dari belakang.

"Kok sepi amat nih restoran? Lo yakin mau makan disini, Fik?" Tanya Raga yang masih melihat keadaan cafe di sekitarnya.

"Ga, gue ke kamar mandi bentar, ya. Lo tunggu disana aja" Ujar Fikri menunjuk meja dan kursi yang ia maksud.

"Jangan lama-lama" Ujar Raga. Fikri memberikan jempolnya sebagai jawaban dan ia segera pergi.

Cafe ini seperti cafe yang sudah dibooking untuk sebuah acara, karena malam ini benar-benar tak ada pengunjung selain Raga dan Fikri.
Cafe ini seperti sedang merasakan makan di alam terbuka dengan tenaman-tanaman yang ada di sekitarnya, juga ada lilin yang menghiasinya. Raga takjub dengan suasana ini, bisa-bisanya Fikri mengajaknya makan disini dan dengan suasana seperti ini. Seperti orang yang mau ngedate aja, pikir Raga.

Raga masih mengelilingi sekitar tempat duduk yang Fikri maksud, ia masih ingin menikmati suasana itu.

"Surpriseeeee" Teriak seseorang dari belakang Raga. Raga menoleh.

"Zahra? Lo? Lo?" Tanyanya bingung.

"Happy birthday to you
Happy birthday to you
Happy birthday happy birthday happy birthday to you" Semua menyanyikan lagi happy birthday untuk Raga. Disana sudah ada Zahra, Fikri, Ardan, Nadien, Tasya, Rania dan juga Reihan.

"Happy sweet seventeen, Raga. Maaf ya gue gak bisa romantis. Nih, tiup lilinnya, jangan lupa make a wish dulu ya" Ujar Zahra. Raga segera memejamkan matanya, setelah selesai ia meniup semua lilin yang ada di atas kue yang dibawa oleh Zahra.

"Makasih, Ra. Ini lebih dari cukup. Gue seneng banget" Ujar Raga.

Raga menoleh dan melihat kearah Fikri. "Lo bohongin gue?" Tanya Raga.

"Peace broo. Ini juga disuruh Zahra" Ujar Fikri dengan tangannya yang membentuk huruf V.

"HBD bro, semoga panjang umur, makin sukses ke depannya" Ujar Reihan menyalami Raga dan merangkulnya sekilas.

"HBD ya broo. Wishnya udah diwakilin sama Reihan" Ujar Ardan.

"HBD, Ga" Ujar Nadien.

"Ucapannya udah diwakilin Nadien" Sahut Tasya.

"Gue juga sama kaya Tasya" Sahut Rania.

"Thanks buat kalian semua. Gue seneng banget malam ini. Meskipun awalnya di prank. Gue kaget banget, kata Fikri, Zahra kecelakaan" Ujar Raga melirik Fikri.

"Eh gue gak nyuruh lo bohong gitu ya, Fik. Gimana sih lo?" Ujar Zahra.

"Ya biar dramatis aja. Seneng banget gue lihat muka Raga yang panik banget tadi. Gue diomelin mulu apalagi pas gue ajak kesini. Ngomelnya udah melebihi emak-emak di komplek gue" Fikri terkekeh sambil membayangkan muka Raga yang panik seperti tadi.

"Dasar lo kampret" Raga menjitak kepala Fikri dengan keras.

*****

JANGAN LUPA PENCET TOMBOL VOTE

TERIMAKASIH YANG SUDAH MEMBACA😊❣

ZAHRAGA Where stories live. Discover now