05

1.9K 219 21
                                    


WARNING! Ada adegan yang lebih baik di baca waktu berbuka puasa
_________________________

Beberapa hari berlalu, kaisar masih belum sadar dan sebuah surat berada di tangan Madara. Lebih tepatnya undangan. Mata tajamnya membaca isi undangan itu, tertera jelas jika undangan ini dari permaisuri. Tapi kenapa disini tertulis undangan pesta?

Madara menghela nafas kecil begitu tahu jika permaisuri sedang merayakan hilangnya kaisar. Sepertinya ada suatu hal yang tidak benar disampaikan oleh ratu kepada dewan istana. Seperti kaisar sedang ingin beristirahat dan berlibur mungkin?  Pasti seperti itu.

"Madara..."

Madara memalingkan wajahnya dan melihat Naruto yang memanggilnya.

"Air panasnya sudah... Siap." Entah kenapa wajah Naruto memerah, selalu teringat dengan kejadian waktu itu. Waktu Madara menariknya secara paksa dan berakhir masuk ke bak mandi.

Madara pergi begitu saja, tanpa sepatah dua kata, tanpa respon apapun. Mata Naruto hanya mengikuti gerak Madara yang melewatinya hingga akhirnya menghilang.

.

.

.

Permaisuri tertawa senang saat mendengarkan beberapa kata yang terlontar dari tamu-tamu nya, mereka sangat mahir menghiburnya. Bukan tanpa alasan, mereka ingin dekat dengannya supaya bisa terbantu dengan apapun.

Permaisuri menyadari hal itu, di setiap pesta yang dia adakan akan selalu ada orang yang dia nanti. Saat ini pun dia sedang menanti. Madara uchiha. Dimana pria itu? Seingatnya dia sudah memastikan undangannya benar-benar sampai di kediaman tamu.

Madara berjalan dengan pakaian serba hitamnya, dia terpaksa harus meninggalkan Naruto dan kaisar di kediaman demi ingin tahu tujuan permaisuri pengadaan pesta disaat sebelumnya kaisar berada dalam pembunuhan berencana.

Bicara tentang Naruto, kenapa ada sesuatu yang aneh di tubuhnya? Seperti ada yang bergerak-gerak di perutnya. Oh ayo Madara! Bersikaplah profesional, kau tidak pernah menyicipi indahnya wanita selama hidupmu. Tapi ketika rasa itu muncul, entah kenapa yang ingin direngkuhnya adalah gadis berambut kuning keemasan dengan kepangan panjangnya, wajah putih pucat dengan kedua pipi yang memerah seperti apel musim panas yang sangat disukai Madara, bibir merah seolah terpoles dengan madu kualitas terbaik hingga ingin ia cecap sampai tak bersisa, dan dia adalah Naruto.

Dengan cepat Madara mengembalikan dirinya ke kenyataan. Sejak kapan fantasi liarnya melahap pikirannya perlahan-lahan seperti ini.

Langkah Madara terus membawanya hingga sampai ke keramaian. Kontras dengan dirinya yang hitam, di tempat ini berwarna-warni. Pakaian yang digunakan para undangan bermacam warna, tentu dengan kualitas kain yang bagus. Tapi kehadirannya seolah terabaikan begitu saja. Mereka semua sudah mabuk pesona duniawi.

Mata permaisuri menangkap keberadaan Madara di ujung, bibirnya tersungging senyum. Merasa sangat senang karena pria itu datang. Dan kini ia bisa melancarkan aksinya.

Didekati lah Madara, sebelum itu permaisuri sudah memastikan jika dirinya tampil cantik dan menawan. Jika kau harus mendekati seorang pria, maka kau harus bisa nampak menggoda baginya.

Dia lupa sejenak jika yang didekatnya adalah Madara uchiha.

"Tuan Madara ..."

Madara menoleh begitu ada yang memanggilnya. Sang permaisuri dan Madara mulai malas menanggapinya.

"Yang mulai permaisuri." Sapa Madara balik dengan suara dan wajah yang datar.

"Aku senang kau datang memenuhi undanganku, bisakah kita bicara berdua? Aku sudah menyiapkan tempatnya."

The legend of Mafia [End] ✓Where stories live. Discover now