12

943 147 17
                                    

Jadi disini aku babat habis untuk cerita pada masa lampau dulu. Supaya kalian bacanya nggak bingung.

Okeyy

Happy reading!

~∆~

Hinata menurunkan kedua tangannya, menampilkan kecantikannya yang sangat terkenal di kalangan para bangsawan. Senyum nya terukir dari balik lipstik berwarna merah menyalanya.

"Selamat datang di kerajaan dinasty Giok." Sambut Madara. Terdengar biasa, tidak senang maupun benci. Biasa saja.

"Terima kasih yang mulia."

Naruto melihat dari kejauhan dua orang yang terlihat saling beramah tamah itu dengan tidak minat. Setelah beberapa saat mereka berjalan memasuki salah satu gedung di ikuti para penjaga dan pelayan di belakang mereka. Mood Naruto mulai buruk untuk berkeliling istana, akhirnya dia putuskan putar arah dan kembali ke kamarnya.

Ruangan yang meriah sudah di siapkan untuk penyambutan Hinata. Mata indigonya pun tidak henti-hentinya menatap memuja. Tempat ini lebih indah daripada kerajaan milik ayahnya, tentunya pasti kekayaan terjamin disini. Hinata bisa bayangkan emas-emas yang bergelimpangan di dirinya jika berhasil menjadi permaisuri dinasty ini.

"Silahkan." Ujar Madara bersamaan dengan para pelayan yang selesai menyusun makanan di meja lingkaran berukuran sedang itu.

Hinata dan Madara duduk berhadap-hadapan, memberi kesempatan kepada Hinata untuk mengetahui bagaimana rupa seorang Madara Uchiha yang dulu terkenal bengis. Cukup tampan baginya, hampir bisa menandingi kakaknya. Tapi sepertinya label darah dingin sudah hilang dari dirinya. Tentunya karena seseorang yang dia cintai. Naif sekali... Kelemahan Madara bisa Hinata manfaatkan sebaik mungkin.

"Jika aku boleh tahu, kenapa gadis sepertimu menginginkan untuk aku nikahi?" Tanya Madara langsung hampir menuju ke inti. Dia tidak ingin basa basi jika bicara dengan wanita.

Hinata tersenyum, bermaksud agar kecantikannya bisa Madara lihat walaupun dari mata. Tapi suatu saat dia pasti akan melihatnya melalui hati.

"Yang mulia... Sebenarnya saya sudah mengagumi anda sejak awal mula menjadi kaisar." Kebohongan yang klise, tujuan utamanya hanya untuk hidup lebih mewah daripada semasa dia menjadi putri Hyuga. Setidaknya itu yang di janjikan temannya yang seorang bekas permaisuri.

Tugasnya hanya membuat kehancuran terhadap kekaisaran ini. Tapi kenapa tidak mencoba cara yang bervariasi?

Madara masih belum menemukan sesuatu yang mencurigakan, tapi ada baiknya dia waspada. Matanya melirik Hinata saat cangkir mendekat ke mulutnya, dia akui Hinata memang pantas terkenal diantara bangsawan. Parasnya cantik dan sepertinya benar-benar di didik menjadi seorang bangsawan.

"Maafkan atas pertanyaanku yang lancang ini yang mulia. Kira-kira kapan pernikahan akan di laksanakan?"

Suara cangkir yang bertemu dengan piring kecil berbahan keramik terdengar. Suara itu berasal dari Madara.

"Aku akan membicarakannya dengan permaisuri, apakah dia setuju atau tidak dengan pernikahan yang akan di laksanakan." Padahal Madara tahu dengan jelas jika Naruto menolaknya mentah-mentah. Mengulur waktu memang tidak baik, tapi apa boleh buat. Madara belum menemukan alasan yang pas untuk menolak Hinata menjadi istri kedua. Lagipula setiap wanita ingin menjadi yang pertama, kenapa dia dengan sukarela ingin menjadi yang kedua?

Wajah Hinata nampak sedikit kecewa, tapi sesaat kemudian dia kembali tersenyum seolah perkataan Madara hanya angin yang lewat.

"Baiklah yang mulia."

The legend of Mafia [End] ✓Where stories live. Discover now