"Beberapa orang?" kata Harry dengan serak kepadaku,

"Ya, well, ide itu nampaknya sangat populer, Harry, hehe," aku nyengir tanpa dosa diikuti dengan Hermione juga.

Ron menarik kursi-kursi dan Fred dengan santainya memanggil pelayan Hog's Head yang datang dengan bersungut-sungut—untuk memesan 25 butterbeer lagi dan menarik setiap uang dari anak-anak. Pesanan datang dengan cepat, aku menyikut Hermione agar mulai berbicara tentang misi ini.

"Hai," kata Hermione, suaranya sedikit lebih tinggi daripada biasa karena gugup. Kelompok itu memfokuskan perhatian kepadanya, walaupun beberapa mata terus melirik Harry secara teratur. "Kalian tahu kenapa kalian di sini. Aku punya ide—bahwa mungkin baik kalau orang-orang yang ingin belajar Pertahanan terhadap Ilmu Hitam dan maksudku, benar-benar mempelajarinya, kalian tahu, bukan sampah yang diberikan Umbridge kepada kita. Jadi kupikir lebih baik mengambil alih masalah ini ke tangan kita sendiri—melakukan mantra sebenarnya. Dan kita butuh guru yang pantas. Yang pernah bertarung mempertahankan dirinya dari sihir hitam,"

"Mengapa?"

"Ya, mengapa?"

"Karena Lord Voldemort sudah kembali, bodoh!" Ron memaki dan raut kesalnya tampak. Harry berdiam di pojokan, menghindari tatapan Cho.

"Itu kan katanya,"

Aku menyahut, "Bukan, itu kata Dumbledore,"

"Dumbledore berkata karena dia yang mengatakan!" Anthony Goldstein mengacungkan telunjukan kearah Harry yang kini—duduk dengan resah. "Intinya adalah, mana buktinya?"

Teman Ginny—anggota Quidditch Hufflepuff berkata, "Kalau Potter dapat mendeskripsikan bagaimana Diggory terbunuh—"

Harry bangkit dari kursinya dengan berang, "Aku tak akan berbicara soal Cedric, jika itu yang kalian harapkan, bubar sekarang juga," dia melirik cems padaku dan Hermione—berbisik lirih, "Ayo pergi. Mereka berada di sini karena mereka pikir aku orang yang gila,"

"Tunggu Harry—"

"Katamu kau bisa mengeluarkan Patronus?" aku menoleh dan menemukan Luna menyeletuk di tengah keheningan. Aku menghela napas lega. "Ya, aku pernah melihatnya,"

Dean terkejut dan terkesan disaat bersamaan, "Sungguhkah? Aku tidak tahu kau bisa melakukannya,"

Neville menoleh dengan gugup menatap sekeliling, "Ya, dan dia membunuh Basilisk dengan pedang yang ada di kantor Dumbledore,"

"That's true," sahut Hermione.

Ron menyela segera, "Di tahun ketiganya dia melawan ratusan Dementor sekaligus,"

"Dan tahun lalu, dia benar-benar melawan Kau-Tahu-Siapa—maksudku Voldemort secara langsung," tambahku.

"Tunggu," Harry berdiri dan membuat semua mata tertuju padanya, "Menghadapi hal di dunia nyata berbeda dengan sekolah. Di sekolah, jika kau berbuat kesalahan, kau dapat memperbaikinya besok. Tapi di luar sana... jika kalian melihat sesuatu yang buruk—"

"Itulah mengapa, kita membutuhkan Harry untuk tahu seperti apa melawan Kau-Tahu-Siapa—agar kita punya kekuatan," Hermione berkata jauh lebih serius dibanding saat dia mengerjakan essai.

Colin Creevey bertanya lirih, "Dia benar-benar kembali?"

Harry mengangguk lemah. Suasana hening beberapa saat—mencoba menganalisa kejadian yang terjadi belakangan tahun ini. Cho menatap Harry dengan penuh rasa cemas. Jika misalnya mereka tidak memercayai soal Voldemort kembali bukankah untung juga bagi mereka untuk bisa belajar mempraktekkan mantra Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam?

NEAR ✔  [Draco Malfoy x Reader]Where stories live. Discover now