Setiap kata yang digores tinta pada bidang putih itu, mulai Bagas baca dengan netra yang tidak mau berhenti membuat kristal bening yang sudah jatuh berulang kali.

Dear Denathan Bagas Nugraha,

Setiap kata yang ku tulis disini, adalah rasa yang tak pernah kau tahu. Karena ku selalu menyembunyikan semuanya, lewat ukiran senyum yang mampu dilihat banyak orang.

Ketahuilah satu hal, dalam setiap untaian kata yang ku ukir bahwa aku lemah, aku rapuh, aku tak sekuat yang semua orang pikir. Goresan senyum yang ku buat ternyata jauh dari apa yang aku ingin. Ku tersenyum karena ku sudah lupa caranya menangis, ku baik baik saja karena tak lagi pantas disebut tidak baik baik saja, ku selalu ceria karena kesedihanku sudah tak berbentuk.

Dan saat ku bertemu denganmu hampa ini pergi, sakit ini mulai terobati, luka ini mulai pudar. Karena ku pikir, kau orang yang terpilih untuk terus menjaga hati ini. Tapi nyatanya, aku salah lagi. Aku harus bagaimana? tolong jawab. Kamu tahu, kamu orang pertama yang membuatku menaruh hati tapi nyatanya, realita tetap tak bisa semanis ekspetasi.

Ku harus rela, kembali hati ini terluka, ku harus rela karena kembali rasa ini mati, ku harus rela kepercayaan ini kembali hancur, ku harus rela semuanya terenggut kembali dariku. Aku mencintaimu tapi sendirian. Andai kamu tahu, hatiku sakit saat ternyata akhir dari kisah hidupku tak seperti yang aku impikan. Karena mungkin, tuhan percaya bahwa sakit ini bisa ku lewati dengan baik.

ANATHAN  || ENDWhere stories live. Discover now