Bab 8

163K 16.4K 173
                                    


Wanita paruh baya itu, kini sedang memasukkan beberapa lembar pakaian ke dalam koper.

Sesekali melirik ke arah suaminya yang sedang bertelepon-ria dengan klien diseberang sana.

Wanita itu mendesah lelah dengan tangan yang masih asik melipat baju.

"Ada yang kamu cemasin, Yu?" Wanita paruh baya yang tak lain adalah Ayu itu segera menoleh ke arah suaminya, Tori, yang sudah selesai bertelepon dan langsung menghampirinya.

"Kita beneran ninggalin mereka, mas?"

Tori menghembuskan napas berat lalu beralih duduk dipinggir ranjang tepat disamping istrinya. "Kan kamu tahu, di Amsterdam ada kerjaan yang gak bisa ku cancel seenaknya."

Ayu melirik Tori sekilas, "aku boleh gak ikut saja?" tanyanya.

"Kamu itu istriku sudah seharusnya kamu ikut suamimu. Apalagi kamu masih sekretarisku" ucap Tori.

Dengan bahu yang meluruh, Ayu berkata dengan nada sedih. "Kamu tahu kan apa yang aku khawatirin?"

Tori tersenyum tipis, ia menyentuh lengan Ayu. "Hei dengerin aku, mereka itu abang-abangnya gak mungkin nyakitin adiknya sendiri."

Ayu menatap Tori ragu.

"Kamu lihat Damian, dia bahkan sudah mulai tinggal dirumah lagi. Padahal sebelum ada Beby, Damian tinggal diapartemen dan hampir tak pernah pulang hingga aku sendiri yang selalu menemuinya dikantor."

"Tapi, Dion dan Azka?" Tanya Ayu lirih.

Melihat kegelisahan Ayu, Tori berinisiatif memeluk sang istri. "Kamu gak usah khawatir soal Dion, diantara anak-anakku itu dia orang yang paling ingin punya adik cewek. Kalo Azka, dia masih butuh menyesuaikan keadaan."

"Jadi, jangan cemasin apapun." Lanjut Tori.

Ayu mendongak, "tapi kita disana dua bulan loh!"

Tori tertawa "Kenapa memang? Sekalian kita bulan madu." Tori menaik turunkan alisnya.

Dengan muka memerah Ayu memukul lengan Tori kesal, lalu menguraikan pelukannya. "oh iya, ini udah jam dua loh mas. Kamu kan harus jemput Beby."

"Sudah ada yang jemput."

Jawaban Tori membuat Ayu mengerutkan dahinya.

***

Tinn... Tinnn

Beby dan Fafa menoleh kearah mobil yang membunyikan klakson berhenti dihalte tepat didepan mereka.

"Itu jemputan lo, Beb?" tanya Fafa menunjuk mobil didepannya dengan dagu.

"Bukan Fa,"

Seingat Beby, ketika Tori berangkat kerja papanya itu menggunakan mobil berwarna hitam sedangkan tadi ia berangkat ke sekolah dengan Nio menggunakan motor. Sementara mobil yang berhenti didepannya itu berwarna silver.

Fafa mengangguk, "oh... Mungkin orang yang didalam lagi ngangkat telpon" tebaknya seraya mengangkat bahu acuh. Kemudian mengajak Beby untuk duduk.

Empat menit berlalu, tapi Tori tak kunjung datang. Apalagi mobil silver itu juga masih berada didepannya. Tak ada tanda-tanda orang yang akan keluar dari mobil tersebut.

Beby menghela napas, "kok papa gak dateng-dateng ya" ujar Beby mengerucutkan bibirnya sebal.

Fafa melirik Beby lalu terkekeh melihat wajah tertekuk Beby yang terlihat menggemaskan dimatanya itu. "Aduhh.. Lo lucu bang——"

Tinn... Tinnn

Ucapan Fafa terpotong oleh mobil yang masih didepannya itu tiba-tiba membunyikan klakson lagi. Fafa menyipitkan mata ke arah mobil silver itu yang terlihat mencurigakan.

Beby pun sama, ia terlihat mengernyitkan keningnya. Beby menengok ke kiri dan kanan kalau-kalau ada seseorang yang ditunggu oleh mobil tersebut. Tapi tak ada siapapun dihalte kecuali dia dan Fafa.

Tinn... Tinnn

Mobil itu membunyikan klakson untuk ketiga kalinya, membuat Fafa jengah.

Fafa berdiri berniat menegur orang didalam mobil silver itu agar tak mengganggu ketenangan orang.

Belum sempat melangkah, kaca jendela mobil itu terlihat diturunkan perlahan. Menampakkan seorang lelaki yang terlihat.... Tampan?!

Mata Fafa berkedut, entah ia harus marah atau malah merasa senang.

Sementara gadis mungil yang masih duduk dibangku halte segera berdiri. Mata Beby membesar. Ia terkejut bukan main jika yang berada didalam mobil silver yang terparkir selama empat menit didepannya itu adalah orang yang tak ia sangka.

"Bang Dion?!"

Pekikan itu membuat Fafa menoleh ke samping, dimana Beby berada.

Bang Dion? Kening Fafa berkerut, sepertinya ia pernah mendengar nama itu.

Dan seketika mata Fafa membola ketika ia sudah mengetahui siapa yang dipanggil teman baru-sebangkunya itu. Bukankah itu anak kedua Wiraatmaja? Aish... Betapa beruntungnya dia hari ini, sudah bertemu dengan anak keempat ketemu pula dengan anak kedua. Memang, Fafa tak pernah bertemu dengan Nio maupun Azka. Selain beda kelas apalagi Azka adalah kakak kelasnya, Nio dan Azka masuk kedalam kelas favorit dimana kelas itu hanya terisi oleh anak-anak konglomerat. Fafa sebenarnya sempat bingung dengan keberadaan Beby dikelasnya, padahal Beby merupakan sepupu keluarga Wiraatmaja.

Dion, orang yang berada didalam mobil itu diam beberapa detik lalu barulah ia berucap. "Ayo masuk, Beby."

Ini adalah kali pertama Dion memanggil namanya. Beby bersorak bahagia dalam hati. Bukankah berarti Dion telah menerimanya sebagai adik?

Dengan cepat Beby mengangguk-anggukan kepalanya tak lupa menyunggingkan senyuman lebar.

"Fa, Beby pulang dulu ya." Pamit Beby kemudian meninggalkan Fafa yang masih terbengong-bengong ditempatnya.



Tbc

Psst.. Jan lupa vote and komen

Kamis, 7 Mei 2020

alalaylay

Beby and Brother's [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang