38. Tell me, princess. what have made you so this sad.

4.4K 295 20
                                    

Areen mau apdet, tapi mager terus. huehe.

akusi gak mood pas ngetiknya. Jadi maap-maap aja klo kurang dapet feelnya. Okei.
soalnya Part kemaren votenya nurun kkk~~






(ง'̀-'́)ง kalo ada typo, maapin!


Tebak hal apa yang membuat byan kaget sekaligus senang saat terbangun pagi ini?

ia terbangun saat kak Keenan mengangkatnya untuk diletakan dikursi roda.

Kak Alice yang menyadari byan terbangun karena keenan pun mengomelinya ditempat. Direktur utama Anaies Group itu hanya bisa menyesal dan terus membujuk istrinya agar tidak marah berkelanjutan, karena hari ini mereka akan sama-sama menengok ke sekolah swasta yang didirikan oleh salah satu pemegang marga Anaies tertua kedua, Jorge Anaies.

Dan itu lucu bagi byan, meskipun ia masih belum sadar sepenuhnya. ia feeling saja ini akan membawanya pulang.

"Maaf sayaaang... Lagian byan gak apa kok kalo bangun, iya kan, by?" Byan megangguk ragu, ia bilangkan ia belum sepenuhnya sadar. heish.

"Maafin keenan ya by... Tadi aku bilang juga apa, ken! gendong aja kenapa sih, gini 'kan byan jadi bangun." Keenan harus sabar, istrinya yang sedang pms itu memang cerminan kandang macan.

"iya, udah maaf, sayang. Kapan kita mau pulang? Byan harus dadah-dadah dulu sama staff rumah sakit sebelum pergi." Alice melunak, ia juga melirik kearah jam yang tergantung disana menunjuk angka 7 dan 12.



"Kaak barangnya udah dimobil, Astagaa... Jangan nikahan mulu napa, pusing genta, disana pacaran disini nikahan. Byan ikut kakak ajalah ya, kita sapa staff duluan. Biar aja pasangan sutri ini nyelesain masalahnya. Ada julian diluar tau." Eh. Lagi-lagi byan hanya mengangguk. Ia melihat keadaannya, bajunya sudah diganti dengan yang lebih sehat. Sebuah kaus santai berwarna putih dilapisi mantel, juga celana bahan warna hitam melekat padanya. Dipunggung tangannya tersemat plester bekas jarum infusnya. Bagus. Jika harus menyapa para staf dan dokter rumah sakit ia tak perlu malu, bajunya sudah dalam keadaan baik. Hanya wajahnya saja yang mungkin masih bengkak, ciri khas bangun tidur.

"Kak gen coba liat muka byan, baik-baik aja gak?" Genta sedikit menjorokkan badannya untuk menatap adiknya lebih dekat.

Raut wajahnya ketara sedang berfikir keras, "Hm, baik kok. Masih cantik seperti biasanya."
Tangan byan reflek melayang, menepak sayang lengan kakaknya yang masih bisa terjangkau tangannya.

"Mulutnya, ish. Yang bener dong. Malu ni kalo keluar masih belekan." Genta tertawa, kembali kebelakang byan untuk mendorong kursi rodanya. Tumben byan tak menolah naik kursi beroda ini. Biasanya harus ditarik-tarik dulu baru mau duduk tenang. Bar-bar memang.

"Enggak kok, udah seger.. hawa paginya kerasa, lagian kak Alice pasti bersihin kamu sampe bener-bener bersih." Byan mengangguk-angguk pelan, jadi kak Alice yang mengganti pakaiannya? Baguslah, ia percaya jika itu kakaknya.

"Ke lobi dulu ya, by. Julian ada disana sama kak sean dan dokter diana, sekalian nemuin dokter lisa yang udah pengen ketemu kamu banget dari kemarin."

"Dokter lisa siapa lagi? Kok banyak banget dokter sih, bingung byan. Pusying." Dahinya berkerut, beberapa dokter maupun staf rumah sakit yang mengenalnya menyapanya dengan ramah saat dilewatinya. Ia lah, ia kan pasien suite yang paling sering bolak-balik.

"Nah, itu dokter lisa tuh sama julian, diana." Mata byan mengikuti arah yang ditunjuk jari kakaknya.

Ah, dokter berambut hitam legam sepunggung itu? Yang sedang berbicara berlawanan arah dengan julian dan dayana dokter.

BYANICE ✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora