13.Here we go, babe.

5.6K 265 13
                                    









enjoy,







-

Byan akhirnya terbangun, cahaya matahari benar-benar telah mengambil alih ruang sekitarnya,

jam berapa, ini? batinnya. ingin tangannya tergerak reflek menyingkirkan semua hal yang dirasanya menganggu, tapi entah mengapa ia merasa seluruh badannya melemas seperti jelly, jadi tak ada pergerakan berarti yang terjadi padanya.

indra penciumannya mulai terusik dengan bau-bau yang begitu ia hafal sekaligus benci, bau obat.

kedua matanya membola saat menyadari ia bukan berada dikamarnya. ahh.. ia ingat segalanya sekarang, byan mendesah gusar hingga menciptakan embun dibalik masker oksigennya,

"Hy, by.. selamat pagi.." tentu suara itu mengagetkan byan, kak alice muncul dengan senyuman cool-nya.

"kamu butuh sesuatu?" tanyanya, berusaha mencoba menjinakkan byan.

byan mengangguk spontan.

"apa?" byan menggelengkan kepalanya membuat masker yang ia pakai sedikit berantakan dari tempatnya.

"kamu mau membukanya, by?" lagi-lagi byan hanya mengangguk.

"apa tak apa jika ini dilepas.. apa kamu sudah merasa lebih baik, by?" alice ragu untuk membantu byan melepasnya, tapi melihat ekspresi byan yang begitu dihafalnya membuatnya mau tak mau mengiyakannya.

terdengar helaan napas lega yang byan keluarkan setelah berhasil terbebas dari maskernya.

"ah, kaka lupa untuk memanggil julian kalau byan sudah bangun."

byan tak bisa berkutik, apa lagi mencegah calon istri kakaknya itu untuk memanggil julian.

selama alice sibuk dengan smartphonenya, byan mulai berfikir bagaimana caranya ia bisa keluar dari sini, ia benar-benar tak peduli dengan apa yang membuatnya kembali terbaring disini.. pikirannya hanya satu, yaitu keluar dari neraka dunia ini.

"nah, by..  julian akan datang sebentar lagi..  kau ingin minum dulu, by?" Byan belum sempat menjawab tapi kak alice dengan senangnya malah membantunya untuk duduk.

Air itu mengalir dengan rasa mengganjal di tenggorokannya. Rasa ini lagi,

Byan menyerit saat merasa wajahnya begitu kaku saat digerakan, alice hanya tersenyum menyadarinya,

"Tak apa by, hanya pembengkakan. wajar."
Dahi byan tambah berkerut,

Wajar katanya?

.

Byan tak berani bertanya sejak tadi, ia hanya diam dan menuruti semua yang dikatakan calon kakak iparnya itu, sampai julian datang dan merusak ketenangan paginya.

"Hy byanice, tak senang melihatmu kembali kesini, apa lagi dengan tubuh yang seperti itu,"
Tuh kan, sapaannya saja sudah berupa sindiran, apa lagi saat pemeriksaan kedepannya nanti?

Byan mendengus, sadarkah ia yang sama sekali belum bersuara sejak tadi?

"Kapan ini dicopot, alice ?" Tanya julian menunjuk masker oksigen yang terongok rapih ditempat asalnya, dahi alice berkerut. berfikir,

"Belum lama, tepat sesaat setelah ia terbangun,"

Julian mengangguk mengerti, dan mulai melakukan beberapa pemeriksaan kecil untuk byan.
"Kamu gak lapar, by?"byan menggeleng,

Julian meletakkan papan yang berisi rekam medis byan diatas nakas, ini hebatnya julian, ia jarang menemui pasiennya dengan perawat, ia selalu datang dengan tenang sendiri, yang byan tau, julian hanya ingin setiap pasien yang ditanganinya merasa nyaman jika bersamanya, para perawat bisa saja mengusik ketenangan mereka, ya.. walaupun jika dari sisi byan ia sih ingin bertemu perawatnya saja ketimbang julian '😒

BYANICE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang