12. Pengen up aja.

5.5K 270 10
                                    

Hehe, i'm back.













Mereka kini berkumpul diruangan yang biasa byan tempati. kak alice yang kebetulan sedang tidak ada pekerjaan yang berartipun langsung tancap gas mendengar kabar byan yang masuk rumah sakit, julianpun masih betah disana setelah menyelesaikan operasinya tepat saat byan selesai ditangani oleh sean.

"Jadi.. byan kenapa?" Tanya genta yang sudah terlalu khawatir sejak siang tadi.

Sean menghela napasnya berat.
"Biar kutebak. ia alergi sesuatu, sean?"

Yang mendengarnya sontak membulatkan mata mereka. bukan karena Julian yang menebaknya, tapi karena apa yang ditebak Julian

sudah lama mereka menghindari alergi byan.

Sean hanya mengangguk singkat mengiyakan, melirik byan yang masih tenang berbaring tak sadarkan diri dengan masker oksigen membantu pernafasannya.

"Kak, sean rasa byan makan sesuatu yang mengandung kacang atau sejenisnya.. dia hanya tau bentuk kacang, bukan?" Yang disana kompak mengangguk, itu memang benar. dan bukan rahasia lagi jika byan tak pernah diperbolehkan memakan kacang karena gen kuat ibunya yang juga alergi terhadap kacang, terakhir kali byan memakan kacang saat usianya masih sekitar 3 tahun, di mana mereka belum mengetahui jika ternyata byan memiliki alergi yang begitu sama dengan sang ibu. Mengakibatkan ia terbaring dirumah sakit kurang lebih seminggu, untuk menormalkan lagi tubuhnya.. ia bahkan hampir meninggal karena tak bisa bernapas normal.

Dan sejak saat itu mereka menjauhkan segala macam jenis kacang dari byan.

Bahkan mereka sampai ikut-ikutan tidak mengonsumsi kacang.

Hhh.. tapi sekarang mereka kecolongan.

"ini salah genta tak mengantarkan bekalnya tepat waktu.." celetuk genta.

Yang lain jadi memusatkan perhatiannya untuknya.

"Tidak ka.. sean juga salah karena lupa memberikan uang saku byan,"

"Tidak.. tidak.. ini salahku, tak bisa membuatkan bekal untuk byan," alice ikut menyeletuk.

Keenan mengernyit mendengarnya.

"Sudah sudah.. ini karena kita kurang ekstra menjaganya, karena ia bersekolah sekarang, kita berfikir semuanya aman, padahal ia jauh dari kata bisa 'mandiri'." putus julian yang akhirnya mengaku jengah atas kelakuan beberapa orang dewasa diruangan ini.

"Ahh.. ya, kita kurang menjaganya.."

"Kalian tau kak? "Sean menjeda kalimatnya, melirik byan lagi,

"Ia bahkan menolak untuk diberi oksigen, padahal mukanya sudah membiru. aku tak bisa memaksanya jika ia menangis.. "suara sean mulai bergetar, membuat atensi satu ruangan jadi kembali padanya.

Ia mengusap peluh diwajahnya..

"Jadi, kuputuskan untuk.. huks, membiusnya.. huks, aku tak suka melihatnya menangis ka.." yeu, sean malah sesenggukkan di tempatnya, membuat genta berdecak malas menyodorkan tisu didepannya untuk sean yg terlihat menjijikan sekarang..

"Terimakasih, huks.." ia menerimanya dan siap mengeluarkan sesuatu dari hidungnya,

"Shroottts.." seruangan itu memicing jijik ke arah sean,

BYANICE ✓Where stories live. Discover now