35. Perpisahan

2.3K 183 105
                                    

"Perihal senyuman, bukankah itu hal yang paling menyakitkan jika dikaitkan dengan perpisahan?"

HESPER

Now Playing Music
Ku Cinta Nanti - Ashira Zamita

(Akan diupdate jika komentar mencapai 160. Ayo komen, di setiap paragraf kalo bisa biar cepet update. Semangat.)

Hari ini, tepat hari di mana kelas 12 menyelenggarakan ritual perpisahan yang menyedihkan. Setelah tiga tahun berjuang, akhir cerita mereka harus terbelah. Tara dan Dayra baru saja selesai menampilkan penampilan grup padus mereka dengan kostum kebaya berwarna mocca juga riasan riangan di wajah.

"Day, ke sana, yuk!" ajak Tara. Dayra terlihat mencari handphonenya di tas. Sesekali mata gadis itu melihat ke arah jam tangannya, "Lo liat handphone gue gak?"

"Di kost kali ketinggalan, lo kan suka gitu."

Dayra menepuk dahinya, "Gue pulang duluan, Ta!" Dayra mengambil tasnya dan berjalan dengan terburu-buru. Tara tak mempersalahkan hal itu, dia menarik tangan Raya menuju tempat duduk paling depan.

Semua orang ramai berdiri dan berebut tempat paling depan, sebab penampilan ansambel akan segera di mulai. Tara dengan gesit akhirnya sampai di paling dengan dengan Raya yang menggerutu kesal.

"Gak selau amat sih!"

Tara hanya terdiam, menatap Altara dengan gitar bassnya di depan. Dia menggunakan jass abu-abu. Sangat tampan di mata Tara. "Meleleh gue, Ray!" pekiknya, kala Altara mulai memetik gitar bass di pangkuannya.

"Videoin dong, Ray!"

Raya mengambil handphonenya. Karena, dia tahu handphone Tara pasti kapasitas. Musik mengalun begitu indah, harmoninya bersatu padu menciptakan sebuah kenyamanan bagi si pendengar. Lagu yang mereka bawakan adalah lagu dari Zivillia yang Tara tak tahu judulnya. Tara tak berhenti menatap Altara di sana.

Dia sebenarnya kurang suka dengan pertunjukkan seperti ini. Hanya karena Altara lah dia tergerakk baris berada di paling depan, padahal, biasanya selalu tidak pernah ingin menonton.

Tara berdoa dalam hati, agar Altara menatapnya.

Tara membulatkan matanya kala doanya terijabah. Altara yang sebulan tidak pernah mau menatapnya itu kini menatapnya. Ya, hanya padanya.

Jika Tara tak percaya dengan tatapan Altara. Beda halnya dengan Altara yang kini mengingat ucapan Tara padanya untuk tersenyum di acara perkemahan waktu itu. Altara tersenyum. Ya, seperti ucapannya hanya untuk Tara.

"Ray, itu Altara liatin gue? Senyum ke gue? Atau gue yang geer?" tanya Tara.

"Nanti lo liat aja di videonya. Nih gue taro kameranya di atas kepala lo, biar puas."

Tara mengangguk, dia tidak sabar melihat hasil videonya, semoga benar Altara tersenyum padanya.

"Jangan ngangguk anjir, kameranya gerak kalo lo ngangguk!"

Tara memutar bola matanya kesal, hanya sedetik, lalu dia tersenyum melihat Altara di depannya yang masih tersenyum juga menatapnya.

"Sini gue liat," celetuk Tara seusai penampilan mereka. Tara merebut handphone Raya dan memutar videonya. Benar. Altara menatapnya. juga tersenyum. Hanya padanya, karena bola mata Altara tak pernah berpindah dari satu objek, yaitu Tara.

tling

Lagi lagi sebuah pesan masuk menggunakaan sandi morse. Tara mengerucut, "Lo bisa gak sih komunikasi tuh jangan pake morse! Jangan-jangan lo diem-diem pedekate sama orang yang jago morse ya!" tuduh Tara.

HESPER (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang