Ah, sial.
Berbeda dengan pikirannya yang terus mengarah hal baik, hatinya tidak bisa menerima kenyataan bahwa Senja memiliki seseorang yang perempuan itu pernah suka. Bahkan mungkin masih sampai sekarang.
Anggukan Senja berikutnya sukses memperparah suasana hatinya. Noah menghembuskan napasnya panjang, berusaha menjernihkan pikirannya. Ia kemudian kembali menatap Senja yang sedang menggoyangkan badannya ke kanan dan ke kiri.
Dengan mata yang berkilat tajam, Noah kembali membuka mulutnya. "Lo ... masih suka sama dia?" tanya Noah mencoba menutupi nada gelisahnya. Bahkan Noah juga tidak tahu apa yang membuatnya sangat kesal dan terganggu seperti ini.
"Kalau suka, masih. Masih sekali. Tapi, sayangnya kami udah nggak berhubungan." Kalimat terakhir yang keluar dari mulut Senja melegakan hati Noah dengan cara tak masuk akal. Menyadari itu, Noah mengernyitkan dahinya bingung. What the—
Mencoba tidak menampilkan rasa bahagia yang entah mengapa tiba-tiba muncul, Noah berdeham pelan—mengubur garis mulutnya yang hampir bangkit. Walaupun begitu, tak bisa dipungkiri betapa terganggunya Noah dengan nada Senja saat mengatakan bahwa perempuan itu masih sangat suka dengan lelaki bujangan itu yang tidak Noah ketahui siapa itu.
"Kamu ngomongin ini bikin aku semakin kangen dia, Noah," kata Senja tanpa rasa bersalah.
Kali ini, Noah sukses membelalak. Memandang perempuan itu tak percaya. "Kangen?! Lo ngomong itu di depan pacar lo sendiri? Wah. Keren banget," sindir Noah dengan dengusan kasar. Lelaki itu menggeleng tak percaya. Noah tidak menyangka Senja akan sejujur ini. Mungkin, untuk pertama kalinya Noah tidak suka dengan orang yang jujur.
Berbeda dengan Senja yang sibuk mengedipkan matanya bingung. Lho? Mengapa nada Noah terdengar kesal sekarang. Menggaruk tengkuknya pelan, Senja kembali berkata hal yang semakin memperburuk suasana hati Noah.
"Tapi, kan, kita pacaran pura-pura doang."
Well, perfect. Sangat perfect.
Noah ingat jelas bagaimana wajah Senja saat mengucapkan kalimat keramat itu. Ya, memang tidak ada yang salah dari perkataan Senja. Hubungan mereka memang hanya pura-pura semata, tetapi setidaknya ... setidaknya .... hah, Noah juga tidak tahu apa yang membuatnya terganggu seperti ini.
Sialnya, hal apa pun itu tidak bisa memperbaiki suasana hati Noah. Dirinya seperti dipancing oleh amarah setiap melihat laki-laki. Padahal dirinya sendiri adalah laki-laki. Noah ingat jika kalimat itulah yang menjadi penutup pembicaraan mereka. Setelah itu, Noah langsung mengantar Senja pulang tanpa mengucapkan sepatah kata apa pun. Salahkan Senja yang sudah merusak mood-nya dengan sempurna.
Tapi itu juga yang membuat Noah menyesal sekarang.
Karena sampai saat ini, rasa penasaran Noah pada lelaki itu masih tertanam jelas pada dirinya. Bahkan sekarang Noah berada di titik di mana ia ingin menyewa semua detektif untuk mencari semua hal tentang lelaki yang menjadi cinta pertama perempuan itu. Tunggu, atau mungkin yang kedua?
Pikiran itu membuat Noah berdecak kencang. Otaknya lah biang dari semua ini. Coba saja dari awal Noah tidak menanyakan hal itu. Mungkin sampai sekarang Noah masih tidak akan tahu tentang hal ini. Lebih baik seperti itu daripada ia harus merasa sangat terganggu seperti sekarang. Ignorance is bliss.
YOU ARE READING
𝐌𝐞 𝐀𝐅𝐓𝐄𝐑 𝐘𝐨𝐮
Romance[WAJIB FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACAA] SEGERA DIREVISI Start Revisi : SOON #7 Romance : 15 April 2022 #8 Romantic : 23 April 2022 #5 Senja : 16 April 2022 #1 fall : 22 April 2022 WARNING ⚠️ Cerita ini akan membuatmu sadar ada banyak cerita UNDERRATE...
Chapter 23 • Bermain dengan Api
Start from the beginning
