PART 11

295 30 2
                                    

Selesai ia membaca ayat suci Al Qur'an, Aina berjalan menemui Arkana. Meski Aina buta, ia tetap membaca Al Qur'an yang dikhususkan bagi orang orang yang kekurangan.

Ia sangat ingat sekali, jadwal piket Arkana yaitu hari jum'at. Ia menyusul Arkana dengan membawa sebotol air mineral.

Srak srak srak

Aina mendengar suara sapu, ia yakin jika itu Arkana yang sedang menyapu taman panti. Ia melangkah membawa kaki mungilnya menuju Arkana.

"Assalamu'alaikmu" sapa Aina

"Wa'alaikumsalam, ada apa" balas Arkana dingin.

"Arkana, aku bawa air minum. Pasti kamu letih ya, ini aku bawa air mineral jangan lupa diminum ya" sembari menyerahkan botol pada Arkana.

"Cocok banget jadi jalang!" Ucapnya lalu merampas kasar botol dari tangan Aina.

Aina senang, kali ini ia tak mendapat penolakan dari Arkana, namun rasa itu pupus kala ia mendengar sebuah percikan air pertanda Arkana tak mrminumnya melainkan membuangnua cuma cuma.

"Stop buat care sama gue !! Lo tahu Ai?!! Gue jijik sama cewek modelan kaya lo! Mau seberapapun lo suka sama gue, gue gak akan pernah bales rasa lo yang gak guna itu !! " ucapnya dan merubah aku kamu menjadi lo gue. Aina terkejud, kali pertama ia mendengar Arkana berbicara empat mata dengannya menggunalan lo gue.

"Aku tahu, mungkin kamu jijik. Ah aku lupa, bukan mugkin tapi sangat. Iya, kamu pasti jijik sama aku yang buta dan penyakitan ini. Aku sadar diri kok tapi setidaknya aku bisa ngasih tau kalau aku cinta sama Arkana meski tak berbalas" balasnya sambil tersenyum

Arkana berdecih dan meludah didepan Aina.

"Mending lo pendem deh rasa lo sedalem mungkin. Oh iya, sekalian sama diri lo yang nggak tahu malu"

"Arkana gaboleh bilang gitu"

"Cih! Lo tahu? Gue muak liat lo ngasih ini itu ke gue!! Satu hal yang perlu lo tahu dari gue. Gue selalu berdo'a semoga gue dijauhkan dari jalang kaya lo !! " Arkana meninggalkan Aina bersama luka baru.

Sebulir bening kini jatuh tanpa seijin puan pemilik mata. Tubuhnya merosot, tak kuasa menopang beban dan pedih yang ia rasakan. Sejijik ituka dia? Seburuk itukah dia? Senajis itukah dia?

Lalu, Aina meninggalakn taman yang mrnjadi sasksi bisu akan lukanya. Ia berjalan tertatih tatih menahan pedihnya harapan dan do'a Arkana.

Aina menangis sejadi jadinya mengingat harapan Arkana. Kini ia tengah duduk dimeja belajar, ditelungkupkannya kepala Aina. kini meja itu basah akan air mata yang mengalir begitu deras akan luka yang tetamat pedih dan menyiksa.

BUTA  (TERBIT)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon