Part 10

270 22 0
                                    

Pukul 8 malam, Aina merasa pusing namun ia mencoba mengacuhkannnya. Ia meraba dinding dan berjalan menuju taman panti.

Ia duduk diatas bangku putih sembari menikmati semilir angin malam.

"Terimakasih angin, semoga semilirmu membawa duka dan lukaku" tuturnya pada angin

"Hai bintang, meski netraku tak dapat memandangmu. Hatiku berkata kamu bersinar terang malam ini. Malam ini aku ingin bercerita, kamu tahu ini penolakan yang ke-456 kali sejak aku tinggal dipanti. Tapi aku tak apa, setelah ini aku tak menjadi wanita bodoh sedunia lagi" ucapnya sekali lagi sembari tersenyum.

"Kenapa kamu tidak cerita sama bunda Aina" tanya bunda

"Ah bunda, sejak kapan?"

"Baru saja, Aina suka begitu ya. Gak mau cerita sama bunda"

"Kan bunda udah tahu Aina sakit apa" balas Aina

"Bukan itu maksud bunda, kenapa kamu gak curhat sama bunda sih? Siapa tahu bunda bisa mengobati luka kamu"  Ucap bunda sembari
menyentil hidung Aina

"Ah bunda. Aina baik baik aja kok. Baik banget malahan, gak ada yang namanya luka dan kepedihan dikamus Aina. Semua yang tampak luka dan pedih adalah sebuah percikan kebahagiaan yang tersembunyi"

Aisyah hanya tersenyum menanggapi penuturan anak asuhnya. Gadis cantik yang rela mendonorkan mata untuk Arkana.

"Ayo masuk, sudah malam. Ga baik anak gadis diluar malam malam"

Setelahnya,Aisyah mengantarkan Aina menuju kamarnya. Saat melewati kantor panti, mereka berhenti sejenak. Membuat jantung Aina berdetak tak karuan, ia tahu jika ia seperti ini sudah dipastika ia sedang bersama Arkana di dalam satu tempat dan waktu.

Memang benar adanya, kala Aina mendengar melody sang puan kala sedang berbicara dengan Aisyah. Lalu Aisyah mengantarkan Aina kembali kekamarnya.

BUTA  (TERBIT)Where stories live. Discover now