Lalu mereka berada di taman belakang, detak jantung Aina berdetak tak karuan. Lalu Farikha mebisikinya bahwa Arkana tengah duduk dibawah pohon rindang.
"Assalamu'alaikum Arkana"
"Wa'alaikumsalam" jawabnya tanpa memandang Aina
Oh yaa,Aina! Arkana! Aku kedepan dulu ya. Mau nyicipi menu sepesial yang baru. Dadaaaa"
Sepeninggalnyaa farikha, tak ada sedikitpun suara yang memulai pembicaraan. 10 menit mereka bungkam dengan fikiran masing masing. Lalu Aina memberanikan diri untuk menbuka suara.
"Arkana, Aina bawa sarapan. Ada ayam rica rica loh Semoga kamu suka" sambil membuka tutup bekal dan menyerahkannya kepada Arkana.
Meracik tak semudah menilai, Aina begitu semangat kala ia memasak ayam rica rica. Namum semua masakan itu jatuh kala Arkana menolak membuat bekal itu terlontar jauh dan menumpahkan semua isi di dalamnya.
Membuat suara gaduh menyentak, menusuk dan merobek sang kalbu dan setetes harapan. Arkana bersiri dengan raut datar.
"Buat apa kamu membawa masakanmu kesini?" Tanyanya tanoa menatap Aina.
Aina tersenyum dan meraba semua masakan yang sempat jatuh diatas rumput jepang yang menyaksikan dalam diam.
Diambilnya nasi yang tumpah diatas rumput begitupun dengan ayam rica rica yang terpampang jelas. Ditaruhnya kembali ke dalam masakan yang sempat jatuh di atas hijaunya rumput jepang. Setelahnya Aina berdiri dan tak luput dengan senyum manisnya.
"Aku hanya menyisihkan masakan lebih. Tepatnya membuatkanmu sarapan agar kamu lebih hemat. Dan uang hasil kerjamu bisa kamu tabung buat kuliah nanti" tuturnya namun Arkana hanya berdecih.
YOU ARE READING
BUTA (TERBIT)
Teen Fiction❗❗❗❗REMEMBER ❗❗❗❗ Beberapa part akan mulai dihapus pada bulan maret Buta mengajarkan segala hal pada warna warni dunia. Beribu makna namun sulit tuk diresap dan berdiri kokoh. Layaknya air beralas daun talas, terombang ambing seperti buih dalam laut...