Part 12

3.7K 140 27
                                    

Asslamu'alaikum, guyyyysss....

Maap yaakkk, up nya lama.

🚫 Jangan Plagiasi

---

Linka Pov

Pelan-pelan mataku menangkap cahaya disamping nakas, juga telingaku menangkap lantunan ayat suci Al-Qur'an yang sangat merdu.

Aku membuat penyeimbangan antara alam mimpi dan dunia fana ini. Sesekali pandangan ku menjadi nyata, juga telingaku menjadi tajam menandakan ini bukan dialam mimpi.

Maka Nikmat Tuhan Mana Lagi Yang Engkau Dustakan?

Melihat suami duduk bersila diatas sajadah sembarimelantuntkan kalam ILLAHI sembari mata nya nampak terpejam.

Syahdu.

Kata itu mewakili perasaan ku sekarang.

Sembari terus merasakan suaranya melantunkan ayat suci Al-Quran, aku menutup mata ku. Bisa kurasakan tulusnya suara itu menggema diaetiap sudutnya.
Setelah sekitar 20 menit aku mendengarkan lantunan syahdu itu. Segera aku membuka mata perlahan.

Suami ku itu segera mentapku dengan senyumanya.

"Assalamu'alaikum..sayangnya mas" ucapnya sembari melangkahkan kaki nya menuju tempat tidurku.

Aduhhh, mampus. Ketahuan lagi ngintip neh.

Aku pun bersuara dalam diri.
Memperingatkan hati, agar tak semakin meninggi.

Dengan deru jantung yang masih bekerja ekstra, aku pun memilih mengucek mata yang tidak terasa gatal itu.

"Ehhh..." Hanya itu respon yang bisa aku suara kan.

"Asslamau'alaikumm..." Dia berucap salam lagi sembari mengaitkan jari-jari kami.

"Waalaikumsalam..." Aku pun mencoba menjawab dengan setenang mungkin sembari mengukir senyum ranum.

"Mas bentar lagi mau ke masjid sayang..."

"Iya"

"Boleh pilihin baju nya ngga yank?" Itu adalah permintaan pertamanya sejak menikah kemarin. Bahkan, aku yang tak tau diri ini pun tidak peka sama sekali. Harusnya dari kemarin aku sudah mempersiapkan keperluanya. Aku yang terlalu masa bodoh dengan lingkungan ini merasa perlu untuk memperbaiki sikap.

"Iya" setelah menjawannya, aku pun melepaskan kaitan jari-jari kami. Lalu aku bergerak untuk duduk sebentar.

"Oke, mas tunggu" kini ia juga duduk di sebelahku.

"Iya" aku menyanggupinya dan segera berjalan menuju alamari pakaian. Tak banyak yang kuketahui tentang mempersiapkan baju untuk laki-laki. Dengan hanya bermodalkan insting, aku pun mencocokkan baju kokoh dan sarung yang senada ditambah dengan peci hitam.

Setelah beberapa menit aku berkutat di area almari pakaian, aku pun berjalan menuju pria yang sedari tadi menatap ku dengan ukiran senyum yang manis.

Setelahnya aku memberikan racikan baju itu, dia mengucapkan terima kasih dengan mengusap puncuk kepalaku. Segera ia berjalan menuju kamar mandi untuk mengganti baju kokoh, serta sarungnya.

Adzan subuh pun berkumandang, suara ayam ikut merentang.
Dan juga, cahaya fajar sebentar lagi akan merenggang.

Memikirkan itu, aku masih teringat akan pengalaman fajar. yang membuatku menjadi pribadi penuh ambisi. Berambisi untuk menjadi yang lebih baik, lebih tangguh untuk dikecewakan. Entahlah, dimasa lalu aku pernah benar-benar menyukai sesuatu dengan sangat hebat, dan berkahir dengan pengkhianatan. Maka dari itu, aku harus menjadi berharga ketika mendapat acuhan.

(Calon) Suami PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang