HARI PERTAMA

4.5K 155 20
                                    

Hallooooo guys, Author muncul nih. Part ini paling panjang dari part sebelum-sebelumnya. 1835 kata

Ini gaada adegan perjanjian pernikahan kok, gaada yang pisah2 ranjang, gaada yang cuek-cuekan.

Sengaja bangettt, mau bikin kalian baper. Ini tadi aja author terbang gara-gara baper.

Sooo... Happy reading all....

⚒Plagiat No, Imajinasi Yes⚒

-----

LINKA Pov

Sudah lebih dari sekitar 5 jam an aku duduk disini. Bersama mama, kedua kakak ipar ku, umi, dan beberapa kerabat lainya. Aku mulai merasa kesemutan di area kaki ku, sebenarnya sudah sejak tadi. Namun kali ini rasanya seperti sudah mati rasa.

Aku diam saja, aku tidak berani menggerutu. Karena kalau aku mengaktifkan mode diri sudah dapat dipastikan, aku akan dihadiahi tatapan tajam mama.

Aku tahu, sebenarnya mama itu orang yang baik. Tapi terkadang terkesan sering memaksakan kehendaknya.

Haduhh, kemana kah diriku yang selalu pecicilan itu. Aku rindu tingkahmu itu, self.

Aneh memang, seseorang merindukan tingkah pecicilan dirinya sendiri.

Entahlah, yang jelas disini aku tidak bisa menjadi diriku sendiri.

Setelah larut dalam pemikiran ku, kulihat beberapa kerabat keluar ruangan. Tak kusadari acara telah usai. Aku bersorak ramai dalam hati.

Kini aku menghembuskan nafasku secara lega.

Aku bererima kasih pada diriku sendiri, yang tidak bertingkah aneh dan memalukan sewaktu acara tadi. Melihat orang orang yang mulai berdiri, aku berinisiatif untuk berdiri juga. Aku juga tidak akan tahu bagaimana langkah kaki ini selanjutnya.
Saat aku mulai menggerakkan kaki ku, terasa sakit. Aku pun jatuh terduduk lagi diatas karpet.

Umi Khadijah yang melihatku pun berkata "Masha Allah...ndukkk. kamu kenapa?" Tanya nya dengan lembut.

Semua orang melihat kearahku. Termasuk Mama. Aku tahu arti tatapan itu. Sejak kedua orang tua ku menetapkan perjodohan ini, mama sedikit menunnjukkan perbedaan sikapnya. Mulai dari aku yang sering diisuruh ini itu. Aku tidak tahu, mungki saja mama mengkhawatirkan sikap ku yang ceroboh itu.

Aku pun meringis kaku "kesemutan, umi..." Jawabku lirih.

Sedetik kemudian, beliau tersenyum sembari membisikkan sesuatu pada santri yang kulihat tertunduk pilu saat gus Azka menghampiriku beberapa jam lalu. Kulihat matanya tertunduk sembab.

5 menit berlalu, kaki ku tak kunjung membaik. Malah sekarang bertambah dengan kurasakan perutku yang mulai sakit. Kucengkram erat baju gamis ini. Memang dihari pernikahan ku ini aku tidak memakai gaun yang menjuntai ke belakang. Selain karena acaranya memang diadakan mendadak, aku  pun risih jika harus menggunakan gaun seperti itu. 

Dengan langkahh yang terlihat tergopoh-gopoh gus Azka datang, kemudian kuliaht sekilas kedua alisnya hendak menyatu. Kulihat juga sorot mata nya menyiratkan kekhawatiran.

Kemudian dia duduk didepan ku, kulihat dia tersenyum kecil. Aku hanya bisa merutuki diriku sendiri. Kenapa aku bisa selemah ini. Aku memang jarang duduk dilantai selama berjam-jam, apalagi tadi sangat lama menurutku. Mungkin lebih tepatnya, aku tidak betah lama-lama duduk melipat kaki diatas karpet seperti tadi. Sudahlah, sudah terlanjur.

Kini gus itu sudah mengulurkan kedua tanganya sembari tersenyum.

"Kenapa?" Dari sekian kata, dia memilih kata kenapa untuk menanyakan keadaan ku.

(Calon) Suami PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang