Rencana Lamaran

4.8K 150 3
                                    

Haii.. Hai.. sahabat Online kuhh.

Mohon maaf, kalau banyak typo..

...

POV LINKA

Mendengar ucapan papa barusan, membuatku ingin memutahkan makanan yang ada didalam mulutku.

Aku masih muda, tidak perlu untuk dijodohkan. Aku tahu, menikah itu salah satu ibadah. Tetapi untuk saat ini aku masih belum memikirkanya. Aku masih sibuk dengan skripsi ku, aku masih sibuk dengan komunitas ku.

"Apa'an sih pa?" Kujawab penuturan papa dengan nada sengit

Papa menghembuskan nafas seraya mentap ku lekat "Papa serius sayang, lagian kamu ini udah cukup banget buat menikah. Papa dan mama rasa, anak temenya papa itu bisa membimbingmu menjadi lebih baik"

aku masih kesal dengan segala penuturan papa ku, bagaimana mungkin aku bisa setenang ini akan menghadapi perjodohan.

kali ini mama mulai membuka suaranya "Iya sayang, kami itu selalu khawatir sama kamu. kamu ini satu-satu nya anak perempuan di keluarga ini. mama sama papa cuman mau yang terbaik bagi kamu"

tanpa menjawab dengan sepatah katapun, aku kembali melanjutkan untuk menyendokkan makanan ke mulutku.

Kali ini aku masih tidak bisa berfikir dengan jernih, mengapa mama dan papa tiba-tiba menjodohkan ku dengan orang itu. orang yang belum pernah aku kenal.

haduhhh.. ditambah lagi dia adalah keluarga pesantren. apa yang harus aku lakukan? aku tidak sebaik mbak-mbak pondok itu. aku tidak bisa menjadi sekalem itu. aku belum bisa untuk mengurus rumah tangga. aku tidak bisa masak. aku tidak bisa beres-beres rumah. aku tidak bisa. beberapa bulan ini teman ku hanya nyanyian alam. apakah mereka bisa menerima ku?  menerimaku dengan kekurangan ku...

"Linka, gimana?" pertanyaan mama menghancurkan lamunan ku

"Apanya yang gimana ma?" tanya ku lagi, memastikan bahwa perkataan orang tua ku tentang perjodohan itu hanya lah ilusi ku.

"ya gimana, Nanti habis maghrib itu calon suami mu mau melamar kamu"

"Ya Allah... mama... tau deh. terserah mama papa aja. aku mau ke kamar dulu"  Aku pun pasrah dan harus menerima perjodohan ini.

ku langkahkan kaki ku menuju kamar ku, meninggalkan beberapa sendok nasi yang masih tersisa di piring. Sebenarnya aku masih ingin melanjutkan makananku, tapi apalah daya sebelum aku semakin merusak mood ku sendiri ku tinggalkan saja lah.

Ku masuki kamar ku yang terkesan acak-acakan bagi seorang wanita muda. Aku tidak memiliki waktu banyak untuk membereskan kamar ku ini.

kubaringkan tubuhku diatas kasur, sambil aku berfikir bagaimana nanti jika aku menikah. dalam lamunan ku masih mengkhawatirkan sikap ku yang terkesan sembarangan dalam bersikap. aku takut tidak bisa terlihat baik didepan suami ku kelak. meskipun aku tertekan dengan perjodohan ini, aku masih memikirkan ketidaksempurnaan ku dalam hal mengerjakan pekerjaan rumah tangga. selama ini aku tidak pernah ikut membantu mama ku memasak di dapur. Menyapu lantai pun aku jarang.

beberapa kali ku hembuskan nafas secara kasar. hingga aku membenamkan mata ku diatas bantal. Beberapa menit kemudian aku melonjak kaget dengan ide yang kufikirkan

"lihat saja, apa kamu bisa menerima ku" guman ku dengan menyipitkan mata

....

POV AUTHOR

Adzan Magrib pun berkumandang, langit pun menjadi gelap. Matahari kembali ke tempat persembunyianya. Bukan malu untuk bertemu dengan sang Bintang, melainkan ia harus menyinari tempat yang lainya. Malam tidak diciptakan sebagai hal yang mencekam dan dingin, lebih baik dipelajari lagi. Bahwa malam selalu menyadarkan, agar kita lebih menghargai kedamaian.

Hati Linka menjadi tak karuan, bagaimana mungkin hari ini ada seseorang yang ingin melamarnya. Terlebih lagi ia masih belum siap dengan segala perubahan yang mungkin harus dihadapinya. iya, hidup Linka harus berubah ketika ia menikah kelak.

"Sayang,, udah selesai sholat?" suara wanita dari balik pintu kamar Linka

"udah ma, bentar lagi ya" balas Linka dengan lembut. Sejujurnya, ia hanya bersikap untuk mencoba menjadi lembut.

"yaudah, mama tunggu bawa ya sayang"

"iya ma"

5 menit kemudian, Linka sudah rapi dengan gamis berwana pastel yang dipadukan dengan kerudung berwarna senada disertai motif bunga-bunga diujungnya. Iya,, ini menjadi hal yang tidak biasa dilakukan LInka, berpakaian gamis dan disertai kerudung yang menjulang kebawa. Setiap hari penampilan Linka tidak pernah seformal ini, ia mengenakan celana jeans yang dipadukan dengan kaos lengan pendek yang dirangkap dengan hem dan kerudung yang digunakan ala kadarnya.

"Weehh,, wayuuuu tenan adik ku iki" ucap Kak Ali yang tengah menggoda adik bungsu nya

"halllah, piye to mas? smpeyan iki ko yo kaet sadar toh nek aku ancen wayuu" ucap Linka sambil membenarkan ujung jilbab nya

"hahahahha... Ge eR kamu nduk" jawab kak Ali sambil menarik kerudung Linka

"Mas, mas.. rusak toh kudung ku. walah... maaaaa" teriak Linka pada mama nya untuk mengadukan kelakuan kakak sulungnya itu.

"wiss.. wiss.... ora usah tukaran. jall ga isin aa Link? maringene yo rabi malah sik koyok cah cilik. Kamu juga Ali, wes nduwe anak kok ya masih gangguin adik mu ini. oh ya, mana mas mu Arbani?" lerai Mamahanda tercinta

"ndak tau ma, kek nya masih pacaran sama istrinya. hahahah" jawab Linka sambil cengengesan

Tok Tok Tok....

Wadiddawww, kayaknya doi yang mau ngelamar aku datang nih. aduhh.. gimana ya. kok aku jadi gugup gini sih. biasa dong Linkaaa Pradipta Gunawan.. Pleasee.... guman Linka dalam hati

"wahh,,kayaknya calon besan yang datang nih. Linka cepet panggil papa mu di kamar ya" ucap Mamahanda dengan ceria

"As'salamu'alaikumm..... " Sapa seorang wanita setengah baya, yang wajahnya selalu teduh dan terlihat awet muda.

"wa'alaikum salam.. masha Allah.. ayok masuk, masuk" jawab seornag wanita yang membuka pintu dengan antusias

Mereka pun duduk diatas sofa di ruang tamu itu. Terlihat salah satu wanita bernama Khadijah duduk bersebelahan dengan wanita yang bernama Wati Hening. Sedangkan Kyai Hanan duduk bersebelahan dengan gus Azka.

Gus Azka yang memiliki paras rupawan. tatapanya selalu tajam namun tetap teduh. Mata nya yang menawan, siap untuk meluluhlantahkan pertahanan lirikan santriwatinya.

Mereka berempat sedang berbicara mengenai kenangan di masa lalu nya. Sebelum akhirnya Linka dan papa nya bergabung di ruang tamu.

suasana menjadi hening, saat pembahasan sudah mencapai inti pertemuan ini.

ekheemmm suara deheman dari pak Kyai Hanan memeca kesunyian hati Linka. Linka merasa hatinya hambar dan tak karuan.

"piye le, gimana?"  suara kyai Hanan mengintimidasi tatapan Gus Azka pada Linka

"Bismillahirrahmanirrahim... Saya Azka Maulana, ingin mengkhitbah putri om dan tante Linka Pradipta Gunawan untuk menjadi pendamping dan makmum dalam hidup saya" Suara Gus Azka terdengar gemetar namun pasti

.

.

.

jeng, jeng, jeng....

Happy Weekend, guysss...

(Calon) Suami PilihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang