Rain of Love

3.7K 257 14
                                    

Hi everyone..
Oke sudah berdoa semuanya ?? Kita lihat ending part ini akan penuh dukungan untuk mas Kenneth atau kekesalan seperti biasanya.. Happy reading 💕

Berakhir pekan adalah sebuah cara untuk menghilangkan kejenuhan. Bagi Karen, entah akan menghabiskannya dengan liburan atau hanya bersantai di rumah, dia tidak terlalu menemukan perbedaannya.

Beberapa hari yang lalu sejak Rossie menginap di apartemennya, Karen jadi memikirkan ulang mengenai sikapnya belakangan ini terhadap Kenneth. Karen menghindari perdebatan dan Kenneth yang menghilang tanpa kabar.

Keduanya seperti magnet dengan dua kutub yang sama. Tolak menolak, dan jelas ada jarak kini diantara mereka.

Karen memandang undangan yang terletak di atas mejanya. Sebuah ajakan untuk merayakan peresmian salah satu project kolaborasi dari Joddy dan Vannesha, adik James. Mereka bergerak dalam bidang usaha yang sama saat ini, desain grafis. Meski Vannesha belakangan lebih sering menunjukkan minatnya pada desain fashion untuk perempuan.

Rossie memberikan undangan tersebut beberapa hari lalu saat menginap di apartemennya. Sejujurnya Karen tidak terlalu senang datang ke acara semacam itu. Ia bahkan tidak terlalu mengenal banyak orang di Indonesia selain beberapa temannya yang juga berprofesi serupa dengannya.

Karen menghabiskan waktunya di dalam apartemen sambil menunggu sore tiba. Dia memutuskan untuk datang karena tentu saja memandang hubungan pertemanannya dengan Anne dan adik semata wayang James tersebut.

Sambil menunggu, ada baiknya dia melakukan hal lain yang lebih bermanfaat ketimbang terus-menerus memikirkan masalahnya dengan Kenneth.

Mengambil kunci mobilnya, Karen beranjak dari apartemennya menuju ke tempat yang beberapa waktu belakangan ini tak sempat lagi dikunjunginya, makam Kirana.

Setelah membeli sebuah buket bunga, Karen melajukan mobilnya menuju ke area sekitar pemakaman dan memarkirkan mobilnya di salah satu lokasi yang terletak tidak terlalu jauh dari makam Kirana.

Berjalan menyusuri area pemakaman, Karen tiba di salah satu nisan dengan nama yang sangat lekat dalam dunianya. Ia meletakkan buket mawar merah yang selalu disukai Kirana semasa hidupnya.

Seperti bertemu sahabat lama, Karen berjongkok dan tersenyum sembari mengusap pelan nisan di hadapannya. Rasanya ingin sekali menumpahkan semua hal yang dirasakannya belakangan ini.

"Hei, mengapa membuat janji semacam itu dengan Kenneth ?"

Sebuah pertanyaan akhirnya terlontar begitu saja dari mulut Karen. Seolah mempertanyakan mengenai apa yang dilakukan Kirana di hari-hari terkahir kehidupannya.

"Kenneth mengatakan soal janjinya padamu untuk menjagaku"

"Aku seperti di hadapkan pada sesuatu yang tidak bisa kuselesaikan jika bersamanya. Berputar-putar dalam masalah yang tidak akan pernah selesai"

Karen menunduk lesu. Antara lelah dan jengah sudah bercampur menjadi satu.

"Aku tak ingin kami terluka lebih jauh lagi. Semua hal yang terjadi setelah kamu tidak ada membuatnya seperti banyak melakukan hal yang bukan menjadi keinginannya. Salah satunya adalah ketika dia berhadapan denganku"

"Aku tidak bisa menerima semua hal yang kamu minta padanya, termasuk soal menjagaku. Aku sudah memutuskan untuk melakukan semua hal sendiri"

Karen menarik nafasnya dengan lelah. Kentara sekali bahwa masalah yang dihadapinya jelas membuat batinnya cukup tersiksa.

"Aku akan melanjutkan hidupku kembali di Inggris setelah ini. Atau mungkin mencoba peruntungan di Jepang untuk melanjutkan pendidikanku"

"Aku tahu kita selalu merasa dekat meski kini ruang dan waktu kita jelas berbeda. Tak ada banyak hal yang akan kusampaikan padamu hari ini. Karena aku tahu, kamu pasti memahami apa yang aku rasakan bahkan ketika aku tidak mengatakannya"

Second Gift (COMPLETE)Where stories live. Discover now