Promise ?

3.5K 271 9
                                    

Kenneth Calling ...

Karen menatap layar pada ponselnya yang sedang menyala. Sebuah panggilan muncul dan itu membuatnya tampak bingung. Hingga beberapa saat Karen tampak tak bergeming.

Meski cukup lama, ia akhirnya memutuskan untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Halo" suara Karen nyaris tersedak saat kini panggilan dalam ponselnya menghubungkannya dengan Kenneth.

"Halo" sebuah jawaban dengan kata yang sama akhirnya di dengar Karen. Suara Kenneth terdengar datar seperti biasanya.

"Kamu sudah tidur ?" Pria itu bertanya singkat mengenai kegiatan Karen saat ini. Tampak ingin tahu apakah panggilannya saat ini cukup menganggu.

"Belum, Rossie dan Anne baru saja pulang. Kami menghabiskan waktu bersama di apartemenku" entah mengapa kalimat itu keluar begitu saja dari mulutnya. Padahal Kenneth jelas hanya bertanya soal Karen yang sudah akan tidur atau belum.

"Mereka mengunjungimu rupanya. Pasti menyenangkan. Anne pandai membuat cake, kamu harus mencobanya suatu saat nanti" Kenneth berkata lagi. Sungguh, itu kalimat terpanjang yang pernah di dengar Karen selama mereka berbicara santai seperti ini.

Karen tersenyum singkat. Tak membalas lagi ucapan pria itu karena sibuk dengan perasaan yang berkecamuk dalam dadanya. Kenneth juga tak lagi mengucapkan apapun.

Untuk beberapa saat, jeda di telefon itu membuat mereka hening.

"Karen ?" Suara Kenneth memanggil namanya akhirnya terdengar setelah beberapa saat hanya keheningan yang terjadi diantara mereka.

"Ya ?"

"Bagaimana kondisi lenganmu ?" Pertanyaan itu muncul begitu saja dari mulut Kenneth. Karen sebenarnya penasaran ingin melihat bagaimana ekspresi wajah pria itu sekarang.

"Emm, aku baik-baik saja" Karen sedikit berbohong jika harus mengungkapkan bagaimana kondisi lengannya yang masih terlihat memar dan merah.

Meski Kenneth menyebalkan, Karen tak ingin membuat pria itu semakin merasa bersalah.

"Tommy sudah sampai di apartemenmu ?" Pria itu bertanya lagi.

Karen tak pernah mendapati pria itu bertanya seperti ini sepanjang mereka mengenal. Entahlah, meski menyenangkan mendapati hal-hal sederhana semacam ini, Karen tak ingin terlampau bahagia.

"Ya, sore tadi" Karen menjawab pelan. Ia tahu arah pembicaraan Kenneth akan berlangsung kemana.

"Maaf" sebuah kata terdengar begitu saja dibalik telefonnya. Dan Karen hampir saja meloloskan air mata saat mendengarnya.

Ia seperti tak percaya bahwa Kenneth mengucapkan hal semacam itu padanya sekarang.

"Karen ?" Pria itu memanggil lagi dalam telefonnya saat Karen tak juga kunjung bersuara.

"Kamu masih bersamaku ?" Suara Kenneth terdengar lagi untuk memastikan.

"Ya Ken, aku masih disini" Karen akhirnya berkata pelan. Berusaha bersikap sewajarnya.

"Maaf soal semalam" Kenneth mengucapkan lagi kata maafnya dengan jelas.

"Tak apa, aku baik-baik saja. Terima kasih atas kirimanmu" Karen mengucapkan kalimat yang sejak tadi ingin disampaikannya. Sebuah ucapan terima kasih.

"Aku tak pernah melihatmu seperti semalam, well yeah.. mungkin aku memang menyebalkan" Kenneth berbicara dengan nada tertawa di akhir kalimatnya. Hal itu membuat Karen membayangkan senyum simpul yang pernah menghiasi wajah Kenneth dalam beberapa kesempatan.

Second Gift (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang