Quality Time With The Girl's

3.9K 257 12
                                    

Karen melangkahkan kakinya menuju tempat yang sudah hampir dua Minggu ini tidak lagi di datanginya. Memarkirkan mobilnya dengan cepat, Karen melangkahkan kakinya turun dari mobil dan berjalan pelan dengan sebuket bunga mawar cantik di tangannya.

Semalam, saat dirinya benar-benar meledak karena amarahnya dan bertengkar dengan Kenneth, ia memimpikan seseorang yang sudah sangat lama pergi meninggalkannya, Kirana.

Karen meletakkan bunga cantik tersebut di atas pusara tempat dimana Kirana beristirahat dengan tenang. Ia bahkan menundukkan tubuhnya dan berjongkok sambil menatap nisan yang berada di hadapannya.

"Aku pernah berjanji padamu, bahwa tidak akan menangis lagi setelah kamu pergi. Tapi entah mengapa janji itu sangat sulit kutepati" Karen berbicara dengan cukup jelas. Air mata lolos dari matanya dan dihapusnya dengan cepat.

"Begitu bodoh rasanya jika harus menangisi hal yang sama selama bertahun-tahun. Aku menyesal jika harus mengatakan betapa sulit berteman dengan pria yang kamu cintai itu"

Karen mencoba tersenyum jika mengingat bagaimana ia menyebut Kenneth di hadapan Kirana dulu. Pria yang kamu cintai ? Yang Kirana cintai, tapi juga dicintai oleh Karen. Rumit.

"Aku sudah memutuskan akan kembali ke Inggris begitu selesai membantu Kenneth dan rumah sakitnya. Negara ini bukan pilihan yang baik untuk melanjutkan hidup, karirku mungkin akan lebih baik ketika aku berada disana" Karen berusaha bicara dengan nada senormal mungkin.

"Aku seperti merasa kamu ada disini dan tersenyum mengejek padaku. Seolah kamu mungkin berkata, kapan aku akan menikah jika terus berbicara tentang karir ?" Karen tersenyum membayangkan jika kini percakapannya tidak dimilikinya seorang diri. Seolah Kirana ada disana dan meladeni ucapannya.

"Aku tak ingin berdebat dengan pilihan hidup sekarang, maaf jika pada akhirnya pilihanku tidak bisa membahagiakan semua orang" Karen mengucapkan pelan kalimatnya tersebut dengan sendu.

"Terima kasih sudah selalu mendengarkanku Kirana" Karen memegang lembut nisan yang ada di hadapannya dan kini berusaha berdiri, merapikan dirinya dan bersiap untuk pulang.

Hari beranjak sore dan Karen merasa sudah saatnya baginya untuk kembali ke apartemennya.

Ia berjalan kembali menuju mobilnya yang diparkir tidak begitu jauh dari pelataran pemakaman.

Terlihat siap mengendarai kembali mobilnya jika saja matanya tidak menangkap sesosok pria yang juga kini berjalan ke arah makan Kirana berada. Kenneth.

Karen dapat melihat dengan jelas dari dalam kaca mobilnya jika pria itu datang dan membawakan sebuket bunga cantik yang sama dengan yang dibawa oleh Karen sebelumnya.

Seperti berada di ujung mata pisau, Karen merasa tercubit saat tahu bagaimana Kenneth masih begitu mencintai Kirana saudarinya. Ada semacam perasaan tak menyenangkan yang muncul namun berusaha di tepisnya dengan cepat.

Mengapa perlu merasa tidak nyaman ? Toh sejak dulu pria itu selalu mencintai Kirana. Mengapa seolah menjadi perempuan pencemburu melihat Kenneth masih saja bertahan dengan perasaannya saat Kirana bahkan sudah tidak ada.

Tak ingin berlama-lama dengan perasaannya, ia sadar tak baik membiarkan perasaan seperti itu muncul dan menyebar dalam hatinya.

Karen memutuskan menjalankan kembali mobilnya menuju apartemen. Ini weekend dan mungkin akan ada yang bisa dilakukannya selama di apartemen agar bisa mengalihkan fikirannya tersebut dari apa yang sudah mengganggunya.

Tak membutuhkan waktu lama untuk sampai kembali di apartemennya, Karen memarkirkan mobilnya dan berencana akan pergi berbelanja bahan kebutuhan makanan untuk keperluan dapurnya. Mungkin memasak adalah pilihan yang tepat saat ini.

Second Gift (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang