45. Pulang?

1.2K 140 50
                                    

"ICE! SEMPAK PUNYAKU MAU DIBAWA KEMANA?!"

Setelah insiden kamu yang berniat menguasai dunia, semuanya berjalan dengan normal.

"Mau dikasih ke kak (Nama kamu), kayaknya persediaan sempaknya habis."

... Ya walau nggak normal-normal amat. Ice merasa bersalah karena telah menembakmu dengan bazokanya beberapa kali hingga kamu belum siuman sampai adzan maghrib.

Kini, para BoEl pada ngumpul di depan kamarmu.

"Yakali (Nama kamu) mau pake sempakku?!" Blaze langsung merebut kembali sempaknya dari Ice.

"Btw, kalian ngapain ngumpul di depan kamar (Nama kamu)?" tanya Halilintar heran.

"Ya mau ngecek keadaannya lah!" Taufan menjawab.

"Buka pintunya gih." titah Halilintar.

"Ketuk dulu lah, baru sopan." ujar Gempa.

"Ice, ketuk pintunya." kata Blaze malah menyuruh Ice.

"Kok aku?!" Ice sewot.

Ceklek
Pintu kamarmu terbuka dengan sendirinya, membuat BoEl tersentak.

Kamu menatap datar sekumpulan BoEl, "Kalian ngapain disini?"

Bukannya menjawab, BoEl malah menatapmu speechless. Pasalnya, warna ungu matamu belum juga hilang.

"(Nam...) 2x + 5y - 3y berapa?" Gempa bertanya untuk memastikan.

"2x + 2y?" Kamu membalasnya ragu.

'Aku kira hasilnya empat.' batin Ice sad.

"Kenapa warna matamu nggak berubah?" tanya Halilintar.

"Lho? Warna mataku memang begini kan?"

"Kak (Nama kamu) belum ngaca ya?" Ice mengeluarkan sebongkah es jernih kemudian menghadapkannya padamu.

Kamu mengaca di es itu, "Warna mataku kan memang begini."

"... Kamu nggak ngerasa janggal (Nam..)?" tanya Gempa mulai curiga.

"Janggal?" Kamu tersenyum penuh makna, "Nggak kok, kak Gem. Aku masih ingat kejadian tadi, semuanya."

Lagi-lagi BoEl terdiam, merasa aneh dengan kamu yang 'baru' ini.

"Udah kan interogasinya? Aku mau mandi."

Blaze menyirit, "Tumben mandi dua kali."

Kamu menatap Blaze malas, "Aku nanti mau pulang ke rumah."

"HAH?!"

•~•~•~•

"..."

Halilintar memandang kamarmu yang rapi serta baju-baju yang telah dikemas dalam koper. Entah mengapa ia merasa terpukul melihat kamarmu yang rapi karena biasanya berantakan.

"... Ternyata udah seminggu (Nama kamu) disini," Gempa berujar sedih menghela napas berat, "Besok juga udah mulai sekolah."

"Eh btw kak Gem, warna mata (Nama kamu) masih ungu. Apa artinya dia masih jahat?" Tanya Taufan berpikir keras.

"Ya enggaklah! Buktinya dia tadi normal-normal aja." Bantah Blaze positif thinking.

"Tapi kalau orang tuanya (Nama kamu) curiga gimana?" Halilintar bertanya.

"... Iya juga ya."

Bultorune, fire!!!♪

Dering ponselmu bergema di kamar. Ice yang di sebelah ponselmu pun mengangkatnya dengan seenak jidat.

"Hallo dengan ayam bakar KFC, mau dibungkus atau dikarungin?" Tawar Ice ngasal.

"Hallo dengan polisi 911, rumah Anda akan kami grebek."

"Hah?!" Ice kaged.

"Mau diancurin pake truk atau diledakin pakai bom?"

'ini siapa sih?' Ice pun melihat nama yang terpampang di ponselmu. Ayah.

"A-anu, maaf om. Ice bercanda aja tadi, hehe." canda Ice keringat dingin.

"Hish, (Nama kamu) mana? Kok malah kamu yang angkat teleponnya?"

"Lagi mandi."

"Udah Maghrib baru mandi?!"

"Iya, Om."

"Nih ya, om kasih tau," terdengar helaan napas berat dari seberang sana, "Mandi maghrib itu bisa didatengin setan. Terutama para tuyul."

"B-beneran Om?!" Ice panik karena abis ini pun dia mau mandi.

"Iya bener. Contohnya kalian."

"Jadi Om nganggep kita tuyul?" Kata Gempa yang sedari tadi menyimak.

"Garing Om." Tambah Halilintar.

"Ga lucu." Taufan menimpali.

"Cringe." Blaze ikutan.

"Hahaha," Ayahmu ketawa aja, "Tapi bener loh, nggak bo'ong."

"Terserah Om, deh." Ice memasang wajah datar.

"Kalian ngapain di kamarku?" Tanyamu yang baru selesai mandi. Perhatianmu teralihkan pada Ice, "Lagi telfon sama siapa?"

"Eh? Itu suara (Nama kamu) kan?"

"He?"

"Ini kak (Nam...)" Ice pun menyerahkan ponsel padamu.

Kamu mematikan mode speaker supaya BoEl tidak dapat pembicaraanmu. Kamu keluar kamar.

"Yha, padahal lagi asik." Blaze berujar sedih.

"Biarin lah (Nama kamu) ngomong sama bapaknya. Kita nggak perlu ikut campur." Kata Gempa berwibawa.

"Iya juga."

Tak lama kemudian, kamu kembali masuk kamar dengan mata berkaca-kaca. BoEl terkejut melihat kamu yang hendak menangis.

"K-kenapa (Nam..)?" Tanya Halilintar panik.

"Rumahku ...." Kamu menggigit bibir, "... Kebakaran."

"HAH?!"

♪♥♪

Lama-lama alurnya gini amat yha :'v
Sorry kalau garing dan tidak nyambung °^°

Btw, semangat puasanya!1!1!

12 Mei 2020

Seminggu Dengan BoboiboyWhere stories live. Discover now