"Ya kan niatnya gue gak mau angkat, nunggu Mark manggil lo. Salah siapa lo dipanggil gak denger," ujar Zahra dengan gak santai. Kalau sudah begini pasti mereka akan bertengkar.

"Zahra! Meskipun lo teriak sekeras apapun. Kalau gue lagi di taman belakang gak bakal denger kali. Jarak ruang tamu sama taman belakang jauh!"

"Ya gausah ngegas! Mana gue tau kalau sejauh itu jaraknya. Gue kira bakal denger. Lagian tadi tuh udah niat gak gue angkat. Tapi ada air yang jatuh di handphone lo. Jadinya keangkat sendiri tuh telpon!"

Karena Zahra tersulut emosi hingga dia mengatakan dengan nada tak santai.

"Ini pada kemana sih orang-orang. Kok gak ada yang mau pisahin gue sama Renjun," pikir Zahra.

"Udahlah capek ngomong sama lo, lain kali gak akan lagi gue minjemin lo handphone!"

"Gak peduli! Gue juga gak akan minjem handphone lo! dan yang gue bilang tadi itu bukan alasan tapi kenyataan!" teriak Zahra dengan dirinya yang mengikuti Renjun hingga sampai di pintu taman belakang.

Terlihat Renjun sedang duduk di kursi taman dengan ponsel yang sudah menempel di telinga kanannya.

"Percuma dong, gue ngomel kalau dia sibuk telponan. Ngeselin," gerutu gadis itu.

Zahra pun berniat mencari anak anak yang lain. Merasa bosan karena tidak ada game yang bisa ia mainkan. Pasalnya ponsel Zahra disita oleh Chenle.

Zhong Chenle Abraham, biasa dipanggil Lele. Lelaki itu, saat Zahra marah kepadanya terkadang Chenle juga ikut marah. Tapi, Zahra tidak pernah berani marah berlebihan dengan lelaki itu, pasalnya Chenle akan menyita ponselnya jikalau Zahra memarahinya. Aneh bukan?

Contohnya seperti kemarin, Zahra berniat ingin mengirim pesan kepada orang tuanya, bahwa gadis itu sudah sampai di Bali dengan selamat. Tetapi, saat sedang asik-asiknya mengirimkan pesan, tiba-tiba ponsel Zahra diambil alih oleh Chenle.

"Le, gue mau kabarin ortu, jangan diambil!" ucap Zahra dengan nada tidak santai.

"Gak."

"Le, gue tuh mau ngabarin kalau gue sampe dengan selamat di rumah Renjun," eluh Zahra.

"Gak akan gue balikin. Kita kesini niatnya kan buat Qtime. Lah lu malah asik main handphone."

"Iya gue gak main handphone deh, tapi balikin handphonenya. Nanti kalau mama gue tanya kabar gak ada yang balas, terus khawatir gimana?"

"Nanti gue yang balas pesannya, sana masuk kamar!"

Dengan terpaksa Zahra pun menuruti perintah Chenle.

"Yah Kasian yang handphonenya disita," ejek Haechan.

Kamar Zahra, Haechan, Jeno dan Jisung ada di lantai dua, sedangkan kamar Renjun, Mark, Jaemin, Chenle ada di lantai bawah.

Mendengar ejekan Haechan, Zahra lebih memilih diam, gadis itu sedang tidak semangat untuk beradu argumen.

"Hape lo disita bang Chenle, Ra?"

Jisung yang baru saja keluar dari kamarnya dengan Jeno, melihat Zahra yang ditertawakan oleh Haechan.

Tanpa menjawab pertanyaan Jisung, gadis itu lebih memilih untuk menarik tangan Jeno untuk masuk ke dalam kamarnya. Zahra tak mengatakan apapun kepada Jeno, gadis itu langsung merebahkan dirinya di tempat tidur dan menatap langit-langit.

"Kenapa Ra?" Jeno mendekat dan duduk di tempat tidur tepat disamping kepala Zahra.

"Kesel sama Chenle."

Memang Zahra lebih dekat dengan Jeno daripada dengan yang lainnya, karena Jeno selalu menjadi tempat gadis itu meluapkan keluh kesahnya tentang sekolah, teman, maupun keluarganya.

Tangan Jeno terulur mengusap rambut Zahra, "Pakai handphone gue dulu, kalau memang penting."

"Lo emang sahabat terbaik gue," ucap Zahra seraya mencubit pipi lelaki itu.

"Jangan gitu, kalau gue baper, lo mau tanggung jawab?"

Seketika Zahra menarik tangannya dari pipi Jeno dan mengalihkan pandangannya membuat Jeno tertawa hingga matanya lelaki itu membentuk sabit.

Seketika Zahra menarik tangannya dari pipi Jeno dan mengalihkan pandangannya membuat Jeno tertawa hingga matanya lelaki itu membentuk sabit

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Mask | Jeno ✔️Where stories live. Discover now