xii : bayi besar

1.9K 320 44
                                    

dua minggu lamanya arsen istirahat total. seratus persen fokus buat pulih; tanpa basket, tanpa sekolah, tanpa celoteh guru, tanpa rumus-rumus, tanpa athea, tapi dengan antariksa.

deklarasi teman baru jadi hal yang arsen syukuri, terimakasih banyak-banyak karena lelaki mungil itu ikut bantu dirinya. walaupun bukan hubungan yang arsen mau, seenggaknya mereka cukup untuk sekarang.

mereka tukar nomor, bahkan id pengguna aplikasi ngobrol online. sejauh ini mereka baik; mayoritas antariksa yang sekedar tanya kondisinya atau sedang dimana dirinya sekarang, karena arsen sedikit kurang nyaman lama-lama di ruang inap, dirinya gak suka bau rumah sakit.

tiga hari setelah menginap di rumah sakit, akhirnya arsen pulang. bukan ke rumah papa, terlalu riskan. jadilah dirinya dan meka tinggal di rumah arin untuk sementara, kakak perempuannya luar biasa senang karena rumahnya gak lagi kosong.

beruntung arsen punya kakak perempuan sesempurna arin. rasanya betulan lama sejak terakhir kali dirinya dirawat secara intensif di rumah satu paket dengan perhatian domestik yang dirinya lupa. contohnya, masakan rumah.

rumah papa terlalu kaku, berisi tiga lelaki yang nol besar dibidang olah bahan makanan mentah kecuali mie instan. sejak mama pergi dan dapat keluarga baru, papa berubah jadi lelaki yang haus kekuasaan, gila perfeksionis, dan anti kritik. sebelum mama pergi pun papa masih sama, tapi mama seolah jadi tameng setiap amarah papa meluap.

arsen pikir, ini salah dirinya yang terlalu banyak membangkang. mama jadi berusaha lebih keras untuk jadi tameng dirinya dan dua saudara lain. mungkin mama capek lindungi arsen dan dua anaknya yang lain, maka dari itu beliau pergi. seenggaknya, itu yang arsen percayai dari embel-embel alasan orang dewasa yang mama pakai waktu dirinya tanya kenapa barang-barang beliau mulai raib.

karena alasan itu juga, sampai detik ini arsen gak pernah berani hubungi mama. terlalu takut, terlalu pengecut.

disela pemikiran yang berlebihan soal banyak hal karena cenderung sering sendirian, antariksa muncul jadi teman lewat notifikasi. sederet kalimat yang arsen baca sedikit banyak jadi penenang sekaligus pemberitahuan ponsel favorit.

biasanya, jam-jam sore begini pasti ada satu atau dua gelembung pesan baru dari antariksa. entah ngomel soal guru galak yang anti sanggahan, supir ojek online yang ngaret, sampai jalanan kota yang cukup padat setiap sore. tapi hari ini kosong.

tangannya yang sembuh hampir sembilan puluh persen beralih ambil ponsel di nakas, ruang obrolan mereka masih seperti semalam. berkali-kali ketik pesan, tapi hapus kemudian. bingung harus pilih kalimat apa yang baik untuk bertanya. dua menit dan semakin frustasi, jempolnya tekan tombol panggilan, cuma lima detik dan langsung tekan tombol merah.

terlalu kaku, terlalu takut. mungkin nanti, mungkin antariksa masih sibuk. hela napas dalam dan kembali ke posisi tidur semula dengan ponsel disimpan di dada.

dua puluh detik setelahnya, arsen kaget bukan main karena getar ponsel dan nama penelepon buat akalnya hilang.




[ incoming call — riksa. ]




"halo, sa?"

"kenapa telfon?"

"gue— gue pengen aja."

"tapi dimatiin lagi?"

"yeah, hahaha. takut ganggu. lo sendiri kenapa?"

"niat ganggu."

serendipity › tk.Where stories live. Discover now