iii : rabu; pahit

3.8K 748 34
                                    

rutin setiap rabu, dua jam terakhir total diubah jadi jam eskul sebelum pulang sekolah, dan setelah sekolah dilanjut sesuai ketentuan eskul masing-masing.

latihan ramai masih buat arsen pasang raut datar, niat gak tarik atensi bocah eskul lain justru seragam putih-abu yang basah keringatnya buat perempuan makin sinting.

"munafik lo ya?"

selesai teguk pokari, arsen tatap bima yang duduk di sebelah. "apaan?"

"gak demen disoraki tapi pasang tampilan haus akan sorakan wanita, ai maneh sehat?"

"aduh, sirik terus manusia."

renaldi hasan datang dengan bola basket, ujungnya pasti didudukin, gak asing. tanpa permisi teguk pokari arsen gak ada sisa, toh, arsen gak akan bacot kaya bima juga.

"sirik tanda tak mampu, anjing. ogah amat sirik sama manusia kaya arsen."

"lo juga berbakat kok, bim,"

cengir, "hehe, emang sih hasan paling—"

"bakat dibacot, bukan disorak."

"—pALING ANJING SIA MAH."

arsen ketawa, gak mikir penontonnya di sekitar lapangan makin menggila. dua menit setelahnya, getar di saku celana seragam buat tawanya berhenti.





[ incoming call — athea jelek ]





"kenapa, te?"

"ke ruang padus dong, bawain cireng, pengen."

"gak minat."

telfon diputus arsen, ponsel balik dimasuk ke saku.

"bim, lo kan doyan julit, gosip anak baru tau gak?

"oh, pindahan dari bandung? antariksa?"

antariksa.

taehyung gak pernah seserius ini dengar celotehan bima selama kenal lelaki sunda itu.

"ah, gak heboh-heboh amat, gak cakep pasti."

"beda atuh, produk bandung mantap-mantap, lur," kata bima.

"ya lah, cirebon bosen, anjing. elo lagi elo lagi," kata hasan, lalu bima anarkis.

"aksan bilang mah anak padus? suaranya alus adem gitu, penasaran,"

padus.

antariksa.

"lah, sen, mau kemana?!"

"beli cireng!"

"kok cireng sih, bangsat????!!"












arsen gak pernah sesudi ini sebelumnya.

tiga ratus enam puluh lima hari lebih kenal jisoo athea, taehyung arsen belum pernah sebudak ini. bukan masalah cireng, tapi jarak antara ruang padus sama kantin yang dari ujung ke ujung.

ketuk halus pintu kayu, dan dapati athea yang pasang cengiran lebar. "LOH, ASTAGA. kAPAN LAGI BUCIN KAYA GINI LO YA AMPUN ARSEN. TERSENTUH."

heboh, memang. sama arsen doang.

"lebay, anjir."

lirik sedikit ke dalam, celah pintu sempit sekali. sialan, jisoo athea.

"dalem rame?"

athea angguk sekali sambil kunyah cireng isinya, "lagi gabut gitu, gak jelas tiap rabu."

antariksa lagi ngapain kira-kira . .

"cari siapa sih, kepo banget sama ruang padus."

diam sebentar, gelengan setelahnya. "enggak. ya udah gue balik ke lapangan."

"makasih cirengnya, sen."

entah sengaja atau enggak, athea buka lebar pintu ruang padus setelah perempuan itu masuk ke sana.

arsen yang masih di depan pintu cuma diam, niat lihat manis justru pahit yang muncul; berdua, di tengah ruang padus, antariksa dan ketua paduan suara, fahmin aksan.



























---

alo.

serendipity › tk.Место, где живут истории. Откройте их для себя