corat coret 6

59 53 3
                                    


"Ya benar. Kenapa tadi kita nggak bareng?" jawab Karin. Dia datang langsung menjewer telinga Malik. Dia kesal kenapa harus naik transportasi umum kalo ternyata anggota keluarga serumah juga dateng kesini membawa mobil.

"Awww... sakit Karin. Lepasin." Malik mengaduh, Karin memang bersungguh-sungguh menjewernya. "Alice... kasih tau temen kamu biar lepasin telinga ku." Ucap Malik sembari melirik Alice.

Alice melipat tangan didepan dada, dia memiringkan kepala dengan wajah tak acuh nya lalu berkata, "Dia saudara kamu, kenapa minta tolong kepada ku?"

Alice berbalik arah dan pergi. Setelah puas menjewer Karin pun melepaskan telinga Malik dengan sendirinya. Dia menghampiri Alice yang sedang berjalan ke arah hogwarts express. Malik mengekori dari belakang.

"Malik.... Fotoin kami berdua." Karin memeberikan phonselnya pada Malik. Alice memelototkan mata tanda tak setuju. "ayolah Alice kita harus mengunggah foto agar bisa menikmati pameran ini secara gratis."
Alice pasrah, seandainya jika tidak ada Malik pasti dia telah berpose dengan alay.

Malik memfoto beberapa kali. Dia tersenyum dilihatnya pose kaku Alice tapi tetap cantik. "tersenyumlah...." Ucap Malik. Alice enggan menurutinya. "aku akan menutup mataku. Aku hitung sampai tiga dan tersenyumlah..." ucap Malik sebelum membidik. Anehnya kini Alice menurut.

Mereka telah mengunggah beberapa foto dan kini saatnya menikmati pameran.

"Wand challenge... ayo kita coba." Ucap Malik berjalan paling depan. Dia mencari celah di antara sebagian pengunjung yang ada didepan cermin Wand Chalenge. "Expelliarmus..." Malik memulai gilirannya dengan mantra dan gerakan yang sangat tepat.
"Accio..."
"ALOHOMORA..."
"APPARTE...."
"AVADA KADAVRA!"

Alice dan Karin sama-sama tercengang, "wow dia hapal semua mantera dan gerakannya." Gumam Alice.

"Aku bahkan baru tau kalo dia seorang potterheads." Jawab Karin.

"Crucio..." Ucap Malik menyebut salah satu kutukan tidak termaafkan.

"kalian mau gantian?"

"Tentu saja. Kau pikir hanya ada kamu disini?" Karin merebut tongkat sihir dari tangan Alice.

"Sorry." Ucap Malik, mata nya tetap tertuju pada Alice.

Alice masih menjaga jarak meski kini dia tidak lagi protes ketika jalan bertiga. Tapi dia telah berjaga-jaga seandainya Malik berbuat macam-macam dia siap meninjunya.

"Jubah penyihir, ayo kita mencoba nya." Ucap Alice setelah dia selesai dengan tongkat sihirnya.

"Aku mau pakai jubah nya Harry potter," ucap Karin.

"Kamu kan cewe biar buat aku aja." Ucap Malik.

"Biar aja weeeee..." Karin menjulurkan lidahnya.

Alice tercengang melihat dua saudara itu saling berebut, Alice tau karakter Karin sahabatnya. Tapi kini dia melihat sisi lain dari Malik yang misterius dan tengil. Dengan santai dia memakai jubah hermione. Karin berpose penuh kemenangan karena Malik mengalah dan memakai jubah Ron weasley.

Waktu untuk bersenang senang telah usai. Mereka selfi disemua instalasi Harry Potter. Alice sempat merengut karena harus pulang bareng dengan Malik. Dia tidak suka dengan pemilik mata yang selalu menatap nya lekat. Mengharap lebih pada hubungan mereka yang tak mungkin terjadi.

"Tenang saja dia nggak akan macem-macem, kalo sampai dia macem-macem, aku sendiri yang akan mengusirnya." Ucap Karin membujuk Alice agar setuju untuk pulang bareng Malik. Lumayan kan ngirit ongkos dan nggak ribet? Batin Karin.

"Mengusir?" Malik membelalakan matanya. "Kalian keterlaluan, mau menumpang tapi mengancam kejam." Ucap Malik. "lagi pula, apa itu definisi berbuat macam-macam?"

"Jangan mengganggunya, jangan merayunya. Paham?" Karin berkacak pinggang menatap Malik.

"Suka-suka aku. Lagi pula aku tidak pernah merayunya, aku hanya mengatakan kejujuran." Sanggah Malik.

"Aku pulang sendiri saja." Ucap Alice.

"awwww iya iyaa..." ucap Malik. Karin lagi-lagi tertawa menang sambil menjewernya.

"ayo naik." Ucap Karin. Dia membuka pintu mobil dan duduk di depan.
Malik sedikit kecewa karena Alice duduk dibelakang, tak apa masih ada cara untuk bisa melihatnya. Ucapnya dalam hati.

Belum sampai setengah perjalanan Karin sudah ngorok. Malik mengarahkan kaca di atasnya kearah Alice yang sedang sibuk dengan Phonselnya. Sedari tadi dia memang mengacuhkan pesan dan panggilan yang masuk ke phonselnya. Dan yang terbanyak dari Radit, memang baru kali ini dia bepergian tanpa memberi tahu Radit. Pertama karena Alice masih marah dan yang kedua karena dia tau Radit akan memandang remeh tujuan dia pergi hari ini.

"Bisa tolong nyalakan maps nya." Ucapan Malik membuyarkan lamunan.

"Kamu tidak tau jalan? Aishhhhh." Alice geram tapi tetap beralih dari pesan ke Google Maps. "Jadi kenapa kamu mengagumi Ron Weasley?"

Malik mengerutkan kening. "Aku mengagumi semuanya termasuk Ron Weasley... aku kira jalan ceritanya keren."

"Bukan. Maksudku kenapa kamu tadi memakai jubah Ron weasley? Bukankah masih banyak jubah Harry yang lain?"

Malik tersenyum. Alice melihatnya dari lipatan mata yang terlihat dari cermin mengarah padanya. Mata mereka beradu.

"Karena kamu Hermione." Jawab Malik.

Alice tersentak. Alice memang menyukai karakter cerdas Hermione yang juga sangat cantik.

"Tau kah kamu? Seharus nya di akhir cerita Harry Potter dan Hermione seharusnya berjodoh. Mereka sama-sama berdarah mugle. Tapi JK Rowlings mengubahnya, Harry Potter menikah dengan Genie Weasley dan Hermione dengan Ron Weasley." Ucap Malik. "Begitu juga dengan kita. Meskipun kamu sudahh punya pacar, Siapa yang tau nanti di akhir cerita kamu berjodoh dengan ku?"

Alice benci karena sempat beberapa detik terhipnotis dengan kalimat lelaki yang menyupir sambil sesekali melirik kearahnya.

Sementara itu suara Google terus memberi instruksi, "Belok kiri... belok kiri."

Alice And Magic Pencils [On Going]Where stories live. Discover now