4

37 24 3
                                    

Sekolah sudah selesai dari tadi tapi Caca tidak bergerak dari lapangan karena sedang menonton Rei bermain basket berbeda dengan kedua sahabatnya yang menatap lapangan dengan bosan.

"Caaa,main yuk ke IP"ajak Alin bosan,karena dari tadi mereka sedang memperhatikan kakak kelas bermain basket.Tapi Caca tetap tidak bergeming dan terus menonton Rei  bermain basket.

"Ayo dong Caa,gue gabut"ujar Ivana kesal karena ia sama bosannya dengan Alin.

"Aduh,enggak deh gue lagi ga enak badan gatau kenapa"ucap Caca sambil menyeka keringat yang menetes dari dahinya.Siang itu memang sedang panas-panasnya tapi tidak membuat semangat kakak kelas yang sedang bermain basket itu pudar justru malah makin bersemangat saat ada yang menontonnya.

"Kebetulan juga sore nanti gue mau nonton ama Reinaldo"sambung Sisca lagi.

"Huu,pacaran terus"goda Alin sontak membuat muka Caca memerah.Ivana hanya terkekeh pelan melihat tingkah mereka.Reinaldo Farsyah adalah cinta pertama Caca saat masuk SMA.Perkenalan mereka dimulai saat Caca tidak sengaja menabrak Rei saat sedang di kantin,sialnya jus jeruk yang Caca pegang tumpah megenai seragam Rei sehingga membuatnya panik.

Semenjak kejadian itu mereka menjadi dekat dan akhirnya berpacaran saat kenaikan kelas.

Caca adalah perempuan yang menyukai eskul wushu dan basket bahkan terkenal di kalangan laki laki karena ketangkasan dan kecantikannya sedangkan Rein adalah laki-laki idaman di SMA Fajar karena ia adalah ketua OSIS dan ketua basket,tidak heran jika Caca berpacaran dengan Rein membuat siswa dan siswi lain iri kepadanya.

Awalnya banyak yang menganggu Caca karena kedekatannya dengan Rei,tapi setelah pacaran dengan Rei tidak ada yang menganggunya karena semua takut dengan Rei.Caca merasa bersyukur memiliki Rei walaupun Rei sangat sibuk ia suka meluangkan waktunya untuk bertemu Caca

Pikiran Caca buyar seketika saat Ivana berteriak di sebelah ku.

"Ca.Lu mimisan"suara Ivana membuatku kaget dan langsung berlari ke WC sekolah.Ternyata hidung ku sudah mengeluarkan banyak tetesan darah sehingga mengakibatkan seragam ku bernoda darah sampai sampai membuat Ivana dan Alin khawatir.

"Lu kenapa?Biasanya gapernah mimisan"tanya Alin cemas.

Caca hanya menggeleng pelan"Kayaknya gue kecapean atau kepanasan,Gue gapapa kok"ucapku lemah karena sebenarnya aku juga ketakutan karena tidak pernah mimisan separah ini.

Ivana ngeri melihat saputangan Caca yang sudah penuh dengan noda darah"Ca,gue telepon nyokap lu biar dateng ya.Biar lu bisa dibawa ke dokter"katanya.

Namun memang dasar Caca yang keras kepala,lantas ia berkata"Udah gue gapapa,bentar lagi berhenti.Emang gue lagi kecapekan kayaknya semalem gue kurang tidur"ucapku menenangkan mereka.Untungnya tak lama mimisan Caca berhenti dan membuat mereka berdua lega.

Setelah mimisan Caca berhenti,Alin menawarkan jaketnya untuk menutupi seragamku yang sekarang sudah bernoda darah,bahkan mereka berdua ingin mengantarkan Caca pulang ke rumah tapi di tolak oleh Caca karena meingat mereka berdua ada bimbel.Setelah mengingatkan Caca untuk berhati-hati akhirnya mereka pergi bimbel.

Sore hari setelah Caca beristirahat,Rein pacar Caca,menjemput nya dengan membawa bunga mawar pink kesukaan Caca.

Caca terbelalak melihat bunga yang dibawakan Rein dan tersenyum lebar"Makasih banyak Reiin".

Rein hanya tersenyum kecil dan mencubit pipi Caca pelan.Setelah meminta izin ke Dinda,mamanya Caca.Rein membawa Caca menonton serial Avengers karena menurutnya film itu sangat bagus.

Karena kondisi Caca yang kurang enak badan,sepanjang perjalanan ia hanya diam sampai membuat Rein sedikit heran karena biasanya Caca sangat bawel jika pergi bersamanya.

"Ca,tumben lu diam saja,biasanya lu bawel loh sama gue"tanya Rein sedikit curiga karena daritadi melihat Caca berperilaku aneh.

"Gue agak gak enak badan kok,tapi gapapa gue masih bisa jalan sama lu"ucap Caca tersenyum lembut.Namun tak dapat dicegah ternyata hidung Caca kembali mengeluarkan darah segar.

"Aduh,pake mimisan lagi.Mana didepan Rein astaga"batin Caca kesal.

"Ca,lu gapapa"tanya Rein karena melihat Caca mengusap hidungnya terus terusan.Caca hanya tersenyum tanda ia baik-baik saja.

Saat Rein hendak menggandeng tangan Caca,alangkah kagetnya ia melihat tangannya penuh noda darah.

"Caa,lu berdarah gila.Lu mimisan?"tanya Rein panik.

Saat Caca melepas tangannnya ternyata mimisannya yang sempat berhenti keluar semakin parah sehingga membuat Rein memutuskan untuk mengantar Caca pulang.

Sesampai didepan rumah Caca,Dinda heran melihat kepulangan mereka berdua yang sangat cepat.Alangkah terkejutnya Dinda saat melihat pakaian dan hidung Caca mengeluarkan darah yang sangat banyak.

"Ca,kamu kenapa bisa kayak gini?"tanya Dinda panik lalu menuntun Caca kedalam rumah.

"Caca gatau ma,dari siang  Caca mimisan kayak gini"jelas Caca pelan.

Rein terkejut mendengar penjelasan Caca."Ca,kalau kamu sakit jangan dipendem sendirian,alangkah baiknya kamu ngasih tau orang terdekatmu jadinya pada tau kondisi mu"nasihat Rein perhatian.

Mendengar nasihat Rein otomatis muka Caca memerah dan ia mengangguk singkat.Dinda tersenyum mendengar nasihat Rein dan ia bergegas memanggil Firman,papa Caca untuk segera mengantar Caca ke rumah sakit.

Dinda langsung membopong Caca ke mobil dan berkata kepada Rein."Makasi Rein udah anter Caca,sekarang Tante mau nganter Caca ke rumah sakit.

"Oke tante,Rein pulang dulu ya"ucap Rein lalu mencium tangan Dinda tidak lupa sebelum pulang Rein mengelus rambut Caca untuk memberi kekuatan pada Caca.

Sepanjang perjalanan tidak ada dari mereka yang bersuara,DInda dan Firman cemas memikirkan kondisi Caca,sedangkan Caca hanya mampu berdoa didalam hati."Tuhan,semoga kondisi ku baik-baik saja,aku tidak ingin membuat kedua orang tuaku khawatir"

Ya to be continued gais 

Hope(slow update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang