Game On!

338 34 0
                                    

"Lu tau kan gua nggak bisa marah karena lu ... tapi lu bisa bikin gua sakit, dan gua tetap mencoba sabar tentang itu," Rian mengeratkan pelukannya.

"Apaan, Der?" tiba-tiba kepala Diaz muncul dari pintu.

"Gua mau ngomongin tentang perjanjian damai lu sama Rian," ucap Derrel tanpa melepaskan tangan Rian.

"Rian udah setuju, bener kan? dia cuma denger apa yang lu omongin," Diaz duduk disofa.

"Lu mau sampe kapan kaya gini, Yan?" ucap Derrel.

"Lu kan perantara perjanjian perdamainnya, gua mau kaya gini terus selama perjanjian," Rian meletakan kepalanya ke pundak Derrel.

"Kalo gitu gua ju-"

"Eit, mau ngapain lu? duduk disitu," Rian menarik tubuh Derrel kesamping sebelum disentuh Diaz.

"Oke-oke, terserah lu aja Rian, sekarang kita mulai, ulangi apa yang gua omongin," ucal Derrel.

"Gua berjanji ...."

"Gua berjanji ...."

"... atas perdamaian, nggak bakal ribut-ribut satu sama lain."

"... atas perdamaian, nggak bakal ribut-ribut satu sama lain."

"Nih gua ada gelang couple, kita bertiga sama, dan gua bakal ngawasin kalian," Derrel membagikan ketiga gelang yang terhiasi kayu bermotif.

"Gua mau ninggalin kalian berdua disini ... anggap aja obrolan pertama kalian sebagai teman," Derrel melepaskan genggaman Rian lalu berjalan keluar.

"Lu ngomong apa ke dia sampe dia nurut begitu?" Rian menatap tajam Diaz yang sedari tadi bengong berdiri menatap pintu.

"Harusnya gua yang nanya, dia ngomong apa ke lu sampe mau damai?" Diaz menatap kembali Rian dengan segan.

"Derrel milik gua, dan bukan mainan, jadi lu jangan jadi kaya bocah yang ngerebut mainan orang, karena gua nggak bakal ngebiarin itu terjadi," ucap Rian sambil menatap tajam Damar.

"Nggak bakal, walaupun dia imut ... tapi gua punya mainan gua sendiri ... eh, bukan ... mungkin yang kali ini bakal gua seriusin," Diaz terlihat berpikir sambil menggaruk dagu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Oi, Der, lu kok kesini," Ayudia menyahut Derrel dari tempat ia duduk sekarang.

"Lagi ngebiarin si Rian ngobrol sama Diaz," tepat setelah Derrel ngomong, Dimas, Kevin, dan Vicki menatap Derrel tak percaya.

"Lu berhasil nyatuin kucing anjing yang selalu berantem kaya gitu, gila gua sahut," Dimas bertepuk tangan sambil bergeleng-geleng.

"Anak ajaib nih bocah, jangan-jangan noh bocah berdua suka sama lu, sampe nurut gitu," Vicki mengambil sendok plastik dan mulai menyantap nasi goreng didepannya.

"Lu gila ya, si Diaz udah pu-" Derrel dengan cepat menutup mulutnya sambil melirik ke arah Kevin.

"Punya apa? pacar?" Dimas mengintrupsi Derrel.

"Bu-bukan, cuma ...," Derrel tak yakin akan benar-benar mengatakannya disini.

"Ada apa nih?" Diaz tiba-tiba muncul dan semuanya ikut terkejut, Derrel gugup seketika.

"Gua mau ke toilet dulu," Kevin berdiri dan langsung pergi ke toilet.

"Sst ... Diaz," ucap Derrel berbisik.

"Pliss, maapin gua, gua hampir keceplosan ngomong orang yang lu suka ... mending lu langsung susul si Kevin, jelasin semuanya, maapin gua ya," Derrel teelihat panik dan gugup.

(Cin)Derrel(la) Where stories live. Discover now