Gua Bersumpah!

1.2K 80 1
                                    

Hari ini hari pertama Derrel masuk kuliah, peraturan dari para ospek membuatnya harus bangun jam 5 pagi, dan sekarang Derrel sudah sampai ditempat kuliah jam setengah tujuh dan tempat ini masih sepi mirip kuburan.

"Bangsat! tau gini gua nggak bakal bangun pagi," ucap Derrel diakhiri dengan dengusan pelan.

"Lu kenapa?" ucap seseorang sambil menepuk pundak Derrel.

"Masa disuruh nyampe sini jam 6- eh kakak, kakak itu senior disini, kan?, maaf ya kak tadi berisik," ucap Derrel sedikit gugup mengingat ia hampir mengeluarkan uneg-uneg didepan salah satu panitia acara bagi para MaBa, ia mengetahuinya karena jas universitas yang dikenakan oleh pemuda di depannya ini.

"Kalo gitu ... saya pergi dulu ya, kak, permi-"

"Tunggu!" teriak senior tersebut yang langsung membuat Derrel kaku seketika.

Anjing! mati aja gua!

"Tolong bantu bawa dus-dus ini ke ruang panitia," ucapnya sambil menunjuk beberapa dus dibelakangnya.

"Iya, kak," ucap Derrel sambil mengambil beberapa dus dan menyusunnya diatas kedua tangannya, ia pun langsung bergegas pergi ke lorong kanan.

"Eh! mau kemana?, ruang panitia lewat kiri," ucap senior itu sambil tersenyum simpul yang lebih tepatnya menahan tawa dan tak lupa tangannya yang menunjuk ke lorong kiri.

Asu! malu parah gua.

"Oh iya kak, makasih," ucap Derrel yang langsung berlalu pergi meninggalkannya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Taro sini aja, biar gua yang masukin," ucapnya yang meletakan duluan dus-dus yang ia bawa didepan pintu.

"Lu mahasiswa baru, kan? nama gua Rian Adelio, ketua ospek, gua dari jurusan kedokteran, nama lu?" lanjutnya sambil menegakkan badannya setelah merunduk untuk meletakan dus.

"Saya Derrel Tripati, jurusan ekonomi," ucap Derrel yang agak gugup.

"Jangan aku-kamu bahasanya, gua-lu aja biar santai," ucap Rian sambil mengatur kembali dus-dus yang masih asal diletakan.

"Hwuooo!" terdengar seruan seorang perempuan yang muncul dibelakang Derrel.

"Temen gua udah dateng, gua duluan ya," Derrel langsung menarik lengan wanita itu walau belum mengenalnya, ia melakukan ini untuk menghindari Rian.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Eh, emang kita kenal?" tanya wanita itu kebingungan setelah Derrel melepaskan genggaman-cengkraman- nya.

"Nggak, nama gua Derrel, maap tadi gua tarik tangan lu, gua nggak mau lama-lama bareng dia, yang ada gua jadi babu," ucap Derrel sambil melirik kebelakang apakah ketua ospek tadi mengikuti atau tidak.

"Lu deket sama dia, ya? tau nggak, dia itu terkenal banget sampe keluar universitas ini," ucapnya sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

"Gua sampe mati-matian buat belajar, nge dukun, solat duha 12 rakaat, tahajud, biaya ruang guru, les, demi masuk universitas ini, sumpah gua seneng banget, bisa tiap hari ketemu mas-mas tampan," ucapnya yang lebih seperti orang nyanyi rap dibanding ngomong.

"Sumpah ... gua nggak peduli, terus dia kenapa bisa terkenal sampe seantero jagadh rayah ini," Derrel pun melebarkan mulutnya.

"Eum, nggak usah pake kuahnya bisa, mas?" ucapnya mengelap wajahnya yang terciprat air suci penghenti bacotan emak-emak.

"Dia itu orangnya ganteng, tajir, pinter, baik, berjiwa pemimpin, suka menolong, rajin menabung, pokoknya calon imam gua banget dah," lanjutnya sambil menghitung dengan jarinya.

(Cin)Derrel(la) Where stories live. Discover now